Penelitian Terbaru Ungkap Banyak Jomlo Bahagia


Individu lajang, secara umum, puas dengan status lajang dan kehidupannya. (unsplash.com/Robert V Ruggiero)
DIPERCAYA, hubungan percintaan menentukan kesehatan mental yang lebih baik. Karena pendapat itu, beberapa orang menganggap para lajang tidak puas dengan status lajang atau kehidupan. Ternyata ketidakpuasan itu tidak benar. Banyak orang lajang yang mengaku puas dengan kehidupan dan status mereka.
Penelitian baru menunjukkan individu lajang, secara umum, puas dengan status lajang dan kehidupan mereka. Orang dengan kepuasan menjadi jomlo yang lebih rendah lebih cenderung laki-laki, lebih tua, lebih berpendidikan, atau dalam kesehatan yang lebih buruk.
BACA JUGA:
Realistiskah Resolusi 2022 Jomlo Ingin Punya Hubungan Spesial Sampai Pelaminan?
Apakah orang lajang bahagia? Apakah tingkat kebahagiaan mereka berubah seiring waktu? Jika mereka bahagia, apa sumber perasaan positif mereka? Apakah itu kepuasan karena melajang atau kepuasan dengan kehidupan secara umum? Itulah beberapa pertanyaan yang coba dijawab penelitian terbaru oleh Jeewon Oh, dkk. yang akan diterbitkan dalam Personality and Social Psychology Bulletin.
Menyelidiki lajang dan kepuasan hidup

Peserta dipilih dari investigasi longitudinal di Jerman. Ada tiga kohort dan 10 gelombang pengumpulan data tahunan. Sampel terdiri dari 3.439 peserta (di sepuluh gelombang), rentang usia 14 hingga 39 tahun pada awal penelitian. Sebagian besar lajang tidak pernah menikah, 5 persen telah berpisah atau bercerai, dan 0,2 persen pasangannya meninggal.
Hasilnya menunjukkan hubungan dua arah positif yang tertinggal antara kepuasan melajang dan kepuasan hidup. Khususnya: 1) Kepuasan jomlo yang lebih tinggi memprediksi kepuasan hidup yang lebih tinggi setahun kemudian; dan 2) Kepuasan hidup yang lebih tinggi memprediksi kepuasan lajang yang lebih tinggi setahun kemudian.
Secara umum, kepuasan hidup lebih kuat memprediksi kepuasan masa lajang masa depan daripada sebaliknya. Secara khusus, efeknya tiga kali lebih besar dalam kasus pertama.
Dengan kata lain, dalam banyak kasus, menjadi bahagia secara keseluruhan terkait dengan menjalani kehidupan lajang yang bahagia. Sedangkan hanya dalam beberapa kasus, menjadi lajang yang bahagia terkait dengan menjadi lebih bahagia secara keseluruhan.
Temuan penting lainnya adalah bahwa semua orang lajang tidak sama puasnya. Biasanya, mereka yang kurang puas dengan masa lajang mereka adalah laki-laki, orang-orang dengan pendidikan lebih tinggi, kesehatan yang lebih buruk, dan kepuasan hidup yang lebih rendah.
Menurun seiring usia

Meskipun individu lajang cenderung umumnya puas dengan menjadi lajang dan dengan kehidupan mereka, analisis data menunjukkan bahwa kedua jenis kepuasan menurun selama bertahun-tahun. Mengapa?
Pertimbangkan penurunan kepuasan hidup terlebih dahulu. Mungkin para lajang yang puas dengan hidupnya, dibandingkan yang tidak puas, lebih cenderung menjalin kemitraan. Jadi, dengan keluarnya orang yang paling bahagia dari penelitian, kepuasan hidup rata-rata dalam sampel berkurang.
Adapun penurunan kepuasan lajang, tidak ada penjelasan sederhana. Namun, penting untuk dicatat bahwa kepuasan hubungan romantis dan kebahagiaan perkawinan sering menurun seiring dengan berlalunya waktu.
Temuan ini menantang asumsi umum tentang individu yang tidak berada dalam hubungan romantis: mereka tidak bahagia dan tidak puas. Rata-rata, studi yang ditinjau menemukan, para lajang berada di sisi yang puas dengan kehidupan dan kehidupan lajang mereka. Jadi, para lajang yang bahagia memang ada, dan jumlahnya besar.
Ditentukan beberapa faktor
Tingkat kepuasan para jomlo tergantung pada berbagai faktor. Individu dengan kepuasan masa lajang yang lebih tinggi, data menunjukkan, lebih cenderung menjadi wanita, lebih muda, memiliki pendidikan yang lebih rendah, dan memiliki kesehatan yang lebih baik.
Penting untuk diingat bahwa para lajang bukanlah kelompok yang homogen. Misalnya, beberapa tidak pernah memiliki pasangan romantis; yang lain pernah menjalin hubungan romantis sebelumnya, meskipun mereka belum pernah menikah. Selain itu, ada perbedaan antara memilih untuk melajang dan gagal menemukan pasangan yang cocok, atau menjadi lajang karena bercerai atau pasangan meninggal.
Singkatnya, mengetahui bahwa seseorang masih lajang tidak memberi tahu kita apa artinya menjadi lajang bagi mereka (misalnya, seberapa kuat hal itu memprediksi kepuasan hidup mereka) atau bagaimana mereka memenuhi kebutuhan rasa memiliki mereka.
Penelitian di masa depan harus memeriksa penyebab yang berbeda dari lajang untuk membantu menentukan mengapa beberapa lajang melaporkan kepuasan yang lebih besar dengan hidup dan menjadi lajang daripada yang lain.(aru)
Bagikan
Berita Terkait
Buat Calon Pengantin nih, Rekomendasi 5 Restoran Terbaik untuk Wedding Venue di Jakarta

Gen Z Spill 2 Tantangan sebelum Menikah, Ekspektasi Orangtua dan Biaya

5 Tanda si Dia Effort dalam Hubunganmu

3 Tanda Cintamu Bertepuk Sebelah Tangan, Tinggalkan Saja

Pentingnya Komitmen untuk Bikin Hubungan Langgeng

5 Tahap Berdamai saat Kena Ghosting

Korea Selatan Sambut Generasi Baru, Angka Kelahiran Catatkan Rekor Tertinggi dalam 14 Tahun

Lajang Berhak Bahagia, Aktivitas Seru ini Bisa Dilakukan Sendirian

Memahami Kata Gaul 'Bestie', Apa cuma buat Cewek?

BI Checking ke Calon Pasangan, Penting enggak Sih?
