Teknologi BMKG Buktikan Indonesia Bukan Penyumbang Ketiga Efek Rumah Kaca Dunia

Wisnu CiptoWisnu Cipto - Selasa, 07 Agustus 2018
Teknologi BMKG Buktikan Indonesia Bukan Penyumbang Ketiga Efek Rumah Kaca Dunia

Ilustrasi Efek Rumah Kaca. Foto: pixabay

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berhasil membuktikan tudingan Indonesia penyumbang terbanyak emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar ketiga di dunia salah. Bantahan ini merujuk hasil temuan teknologi canggih yang dikembangkan BMKG selama belasan tahun.

"Sebelumnya Indonesia dituding oleh dunia sebagai kontributor gas rumah kaca terbesar nomor tiga di seluruh dunia. Itu tuduhan dunia. Namun berkat pengawasan atau pemantauan yang dilakukan BMKG kita bisa membuktikan tudingan itu tidak berdasarkan data yang tepat," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Selasa (7/8).

ruang kontrol BMKG
Ruang Kontrol BMKG. Foto: ANTARA

Menurut Dwikorita, selama 14 tahun pengukuran gas rumah kaca di Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) atau Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Koto Tabang, Sumatera Barat, kenaikan konsentrasi karbondioksida (CO2) sekitar 1,94 ppm per tahun dari 371,7 ppm pada Juni 2004 menjadi 398,8 ppm pada Juni 2018.

Namun, lanjut dia, dengan Stasiun GAW menghasilkan data kenaikan CO2 1,94 ppm sejak 1996 sampai 2018. 1,94 ppm ini ternyata di bawah rata-rata kenaikan dunia yang mencapai dua koma sekian ppm. Artinya kalau masih di bawah rata-rata itu kan berarti bukan kontributor nomor tiga di dunia, tambah Dwikorita.

Kenaikan konsentrasi CO2 di Indonesia itu menunjukkan angka yang lebih rendah dari laju kenaikan konsentrasi CO2 global, namun sama-sama memiliki kecenderungan tren yang terus naik dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, semua komponen bangsa harus menempatkan kesadaran bersama dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

"Kami terus melakukan pemantauan dan pengawasan dan berupaya mengurangi gas rumah kaca secara sistem," tutur petinggi BMKG itu dalam acara Lokakarya Internasional Penguatan Pelayanan Publik di Bidang Pemantauan Gas Rumah Kaca di Hotel Borobudur, dikutip Antara.

Co Pilot Helikopter MI 171 asal Ukraina milik BNPB melakukan pemadaman kebakaran lahan di Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten OKI (Ogan Komering Ilir), Sumatera Selatan, tahun 2017. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
Co Pilot Helikopter MI 171 asal Ukraina milik BNPB melakukan pemadaman kebakaran lahan di Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten OKI (Ogan Komering Ilir), Sumatera Selatan, tahun 2017. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Dwikorita menuturkan walaupun laju kenaikan CO2 Indonesia itu tidak setinggi konsentrasi CO2 hasil pengukuran di Stasiun GAW Mauna Loa di Amerika Serikat maupun pengukuran rata-rata global, tetapi data dan informasi yang diperoleh dari Stasiun GAW Bukit Koto Tabang sangat bermanfaat untuk referensi dalam mitigasi perubahan iklim dan negosiasi praktis perubahan iklim.

Temuan Stasiun GAW Bukit Koto Tabang ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah karena telah berstandar internasional termasuk kapasitas sumber daya manusia dan peralatan. "Datanya diakui oleh dunia yang mana data yang dikeluarkan dari Stasiun GAW Bukit Koto Tabang merupakan data berkualitas dunia," tandas dia. (*)

#BMKG #Kerusakan Lingkungan
Bagikan
Ditulis Oleh

Wisnu Cipto

Berita Terkait

Indonesia
Suhu di Sebagian Daerah Jawa Barat Capai 37,6 Derajat Celsius, Masih Lebih Rendah Dibanding 2022
Pada periode tersebut, cuaca cenderung sangat panas pada siang hari dan berpotensi hujan pada sore hingga malam hari.
Alwan Ridha Ramdani - 1 jam, 53 menit lalu
Suhu di Sebagian Daerah Jawa Barat Capai 37,6 Derajat Celsius, Masih Lebih Rendah Dibanding 2022
Indonesia
Cuaca Panas Landa Indonesia, BMKG Sebut Suhu di Jabar, NTT, dan Papua Tembus 37 Derajat Celsius
Kondisi ini diprakirakan masih akan berlanjut hingga akhir Oktober atau awal November 2025.
Dwi Astarini - Kamis, 16 Oktober 2025
Cuaca Panas Landa Indonesia, BMKG Sebut Suhu di Jabar, NTT, dan Papua Tembus 37 Derajat Celsius
Indonesia
Cuaca Panas, Suhu di Solo Tembus 30 Derajat Celcius
Diprediksi, cuaca panas yang terjadi tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Dwi Astarini - Kamis, 16 Oktober 2025
Cuaca Panas, Suhu di Solo Tembus 30 Derajat Celcius
Indonesia
BPBD Mulai Terima Laporan Bangunan Rusak Buntut Gempa Magnitudo 6,6
Dampak guncangan gempa juga terasa di wilayah lain
Angga Yudha Pratama - Kamis, 16 Oktober 2025
BPBD Mulai Terima Laporan Bangunan Rusak Buntut Gempa Magnitudo 6,6
Indonesia
Papua Digoyang Gempa Magnitudo 6,6: Tak Berpotensi Tsunami, Masyarakat Diminta Waspada
BMKG mencatat kekuatan getaran mencapai skala V MMI di Sarmi
Angga Yudha Pratama - Kamis, 16 Oktober 2025
Papua Digoyang Gempa Magnitudo 6,6: Tak Berpotensi Tsunami, Masyarakat Diminta Waspada
Indonesia
Ungkap Penyebab Cuaca Panas Ekstrem 37,6 Derajat Celcius, BMKG: Radiasi Matahari Capai Titik Maksimal
Wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan seperti Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Papua menerima penyinaran matahari yang lebih intens.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 16 Oktober 2025
Ungkap Penyebab Cuaca Panas Ekstrem 37,6 Derajat Celcius, BMKG: Radiasi Matahari Capai Titik Maksimal
Indonesia
Sejumlah Masalah Kesehatan Bisa Muncul Akibat Cuaca Panas Ekstrem, Ini yang Harus Dilakukan
Pemprov DKI Jakarta lewat Dinas Kesehatan diminta untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat terkait dampak dari cuaca panas.
Frengky Aruan - Kamis, 16 Oktober 2025
Sejumlah Masalah Kesehatan Bisa Muncul Akibat Cuaca Panas Ekstrem, Ini yang Harus Dilakukan
Indonesia
Tanggapi BMKG soal Cuaca Ekstrem, Gubernur Pramono: Jakarta Aman, yang Penting Hatinya Enggak Panas
Gubernur Pramono berharap suhu di Jakarta tetap stabil sehingga tidak mengganggu aktivitas warga.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 15 Oktober 2025
Tanggapi BMKG soal Cuaca Ekstrem, Gubernur Pramono: Jakarta Aman, yang Penting Hatinya Enggak Panas
Indonesia
Prakiraan BMKG: Hujan Ringan hingga Disertai Petir Terjadi di Sejumlah Kota Besar di Indonesia pada Rabu, 15 Oktober 2025
Hujan ringan hingga disertai petir akan terjadi di sejumlah kota besar di Indonesia pada Rabu, 15 Oktober 2025, sesuai perkiraan BMKG
Frengky Aruan - Rabu, 15 Oktober 2025
Prakiraan BMKG: Hujan Ringan hingga Disertai Petir Terjadi di Sejumlah Kota Besar di Indonesia pada Rabu, 15 Oktober 2025
Indonesia
BMKG Prediksi Panas Ekstrem akan Mereda pada Akhir Oktober
Cuaca panas ekstrem ini dipicu pergeseran semu matahari ke selatan Indonesia.
Dwi Astarini - Rabu, 15 Oktober 2025
BMKG Prediksi Panas Ekstrem akan Mereda pada Akhir Oktober
Bagikan