Targetkan Atlet eSports, SMA Gaming Jepang Malah Diincar Siswa DO

P Suryo RP Suryo R - Selasa, 28 Februari 2023
Targetkan Atlet eSports, SMA Gaming Jepang Malah Diincar Siswa DO

eSports High School banyak diisi oleh para siswa yang sebelumnya berstatus putus sekolah. (Pexels/Yan Krukau)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

WALAU Jepang merupakan negara yang maju dari sisi SDM, teknologi, serta pendidikan dan tak perlu diragukan lagi. Tapi ada satu masalah yang hingga kini masih menjadi momok untuk dunia pendidikannya. Momok yang dimaksud di sini adalah kultur di sekolahnya.

Dari perundungan atau ijime, standar di sekolahnya yang tinggi, hingga munculnya gangguan kecemasan yang dipicu oleh metode pengajaran guru di kelas yang terkesan harus memberikan hasil yang tinggi bagi para muridnya.

Baca Juga:

God of War dan Elden Ring Borong Penghargaan di 26th Annual DICE Awards

gim
Wataru Yoshida menjadi contoh futoko yang memilih untuk hanya bermain game di kamar dan enggan bersekolah (Pexels/Tima Miroshnichenko)

Kondisi inilah yang memicu banyaknya pelajar yang mengambil langkah putus sekolah alias drop out (DO). Menariknya, bagi mereka yang memutuskan DO terdapat secercah harapan untuk melanjutkan sekolah tapi bukan di institusi pendidikan konvensional.

Mereka yang menolak untuk sekolah atau school refusal di Jepang dikenal dengan istilah futoko dengan tak sedikit yang mengklaim hal ini sebagai fenomena yang timbul akibat kondisi dari sekolah itu sendiri sehingga menimbulkan efek layaknya fobia.

Sebagaimana dilansir dari BBC (23/12) di tahun 2018 tercatat ada 164.528 anak dari kalangan siswa SD-SMP yang absen tidak masuk ke sekolah selama 30 hari atau lebih. Kondisi ini biasanya kalau tak hati-hati berujung menjadi futoko yang putus sekolah. Salah satu contohnya adalah Wataru Yoshida.

Awalnya Yoshida bersekolah seperti biasa tapi ketika hantaman pandemi awal yang memicu Pemerintah Jepang memutuskan menutup sekolah hingga situasi terkendali, mendorongnya untuk belajar di rumah.

Namun ketika pertengahan tahun 2020, Jepang mulai kembali menerapkan kelas tatap muka. Yoshida mengatakan kepada ibunya bahwa ia tak mau lagi bersekolah karena merasa tak mendapat apa-apa. Sejak itulah ia putus sekolah.

Namun sebagaimana dilansir dari The New York Times (25/2), setelah lebih dari setahun ia DO, Yoshida akhirnya mau kembali ke sekolah. Namun, ia tak datang ke sekolah konvensional dan memilih mengenyam pendidikan di institusi yang memiliki kurikulum sejalan dengan hobinya, yaitu gaming.

Baca Juga:

Game Gratis dari PlayStation di Maret 2023

gim
Guru-guru di sekolah eSports Jepang itu memaklumi jika tidak semua siswa akan bertahan di kelas hingga mata pelajaran selesai. (Pexels/Nathan B Caldeira)

Sekolah untuk gamer


Sekolah yang dimaksud adalah eSports High School alias SMA perdana di Negeri Sakura yang memang didirikan dalam rangka mengasah kemampuan para calon atlet eSports demi mengejar target sebagai gamer profesional.

Laki-laki berusia 16 tahun itu pun ikut mengeyam bangku pendidikan di sekolah gaming itu dengan puluhan siswa lainnya.

Seperti yang disinggung di atas, ketika dibuka di tahun 2022, sekolah ini awalnya memang dibuka untuk menghadirkan para atlet eSports yang siap bertanding di panggung turnamen global.

Di mana kurikulumnya menggabungkan pelajaran seperti SMA di Jepang pada umumnya dan dilanjutkan dengan pelatihan gaming selama berjam-jam. Dari sinilah pengamat pendidikan di Negeri Sakura memandang eSports High School dapat menjadi salah satu solusi menangani fenomen futoku.

Salah satu siswa DO lainnya yang sejalan dengan Yoshida adalah Torahita Tsutsumi yang menjadi futoku karena mengalami perundungan parah hingga dibayangi depresi dan memutuskan untuk putus sekolah.

Ia sempat tak mau bergaul sama sekali dan memilih menutup diri dengan bermain gim dan membaca manga setiap hari. Dia juga mengatakan pada ibunya bahwa hidupnya sudah tak berarti lagi.

Melihat kondisi ini, ibunya sempat ketakutan menyuruh anaknya kembali ke sekolah tapi ini berubah ketika Torahito melihat iklan sekolah eSports.

Perubahan positif juga terlihat di laki-laki berusia 17 tahun itu yang katanya setiap hari mau berangkat sekolah dan lebih optimis. Walau ia tak punya banyak teman seperti harapannya tapi setidaknya ia tidak menjadi futoku lagi.

Metode kurikulum yang menggabungkan antara sesi gaming intensif dan pelajaran reguler ini diharapkan memang dapat mendorong mereka yang putus sekolah mau kembali belajar.

Walau realitanya tidak semua siswa tetap mau duduk di kelas untuk setiap mata pelajarannya. Bagi pengajar di eSports High School ini tak masalah. Karena bagi para guru, aspek yang terpenting adalah mereka mau datang ke sekolah dan tak hanya berdiam di rumah saja seperti futoku pada umumnya. (aru)

Baca Juga:

Hari ini Gim Angry Birds Dihapus dari PlayStore

#Game #Gamers #Sekolah
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love

Berita Terkait

Fun
Bakal Seru Banget nih, Zenless Zone Zero Versi 2.3 akan Hadir 15 Oktober Bawa Cerita Horor Penuh Teka-Teki
Lucia, Yidhari, dan Komano Manato akan bergabung dalam pertempuran sebagai Agen baru, ditemani berbagai gameplay baru, outfit keren untuk Vivian dan Manato, serta konten event-event menarik lainnya.
Dwi Astarini - Selasa, 14 Oktober 2025
Bakal Seru Banget nih, Zenless Zone Zero Versi 2.3 akan Hadir 15 Oktober Bawa Cerita Horor Penuh Teka-Teki
Lifestyle
Sistem Pendingin di Red Magic 11 Pro: Cara Kerja dan Keunggulan
Seri 11 Pro diperkirakan mampu menjalankan game berat
Angga Yudha Pratama - Selasa, 14 Oktober 2025
Sistem Pendingin di Red Magic 11 Pro: Cara Kerja dan Keunggulan
Lifestyle
Red Magic 11 Pro: HP Gaming dengan Sistem Pendingin Cairan Berbekal Baterai Raksasa 8.000 mAh dan Kipas 24.000 RPM
Red Magic 11 Pro rilis 17 Oktober
Angga Yudha Pratama - Selasa, 14 Oktober 2025
Red Magic 11 Pro: HP Gaming dengan Sistem Pendingin Cairan Berbekal Baterai Raksasa 8.000 mAh dan Kipas 24.000 RPM
Indonesia
Teror Bom di Sekolah, DPR: Serangan terhadap Institusi Pendidikan dan Rasa Aman
Wakil Ketua Komisi III DPR RI meminta Polri memperkuat keamanan siber untuk menghadapi berbagai bentuk ancaman.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 10 Oktober 2025
Teror Bom di Sekolah, DPR: Serangan terhadap Institusi Pendidikan dan Rasa Aman
Indonesia
Siswa Sekolah di Jaktim Keluhkan Menu MBG Bau, Dewan PSI Minta SPPG Dievaluasi
Siswa sekolah di Jakarta Timur mengeluhkan soal menu MBG yang bau. Dewan PSI pun meminta SPPG dievaluasi.
Soffi Amira - Jumat, 10 Oktober 2025
Siswa Sekolah di Jaktim Keluhkan Menu MBG Bau, Dewan PSI Minta SPPG Dievaluasi
ShowBiz
Karakter 'KPop Demon Hunters' Beraksi di Arena 'Fortnite', Hadir dengan Mode dan Item Eksklusif
Dari Netflix ke Fortnite, KPop Demon Hunters kini hadir di arena permainan.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 04 Oktober 2025
Karakter 'KPop Demon Hunters' Beraksi di Arena 'Fortnite', Hadir dengan Mode dan Item Eksklusif
Indonesia
Muhaimin Ingin Sekolah Umum Contoh Sekolah Rakyat, Memetakan Talenta
Pada akhir Oktober 2025 nanti, pemerintah menargetkan ada 165 Sekolah Rakyat yang berdiri di seluruh Indonesia.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 01 Oktober 2025
Muhaimin Ingin Sekolah Umum Contoh Sekolah Rakyat,  Memetakan Talenta
Indonesia
DPR Soroti Rencana Penutupan 7 Sekolah di Aceh Barat, Khawatir Hak Pendidikan Anak Terancam
Komisi X DPR RI mendesak pemerintah daerah dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk mencari solusi
Angga Yudha Pratama - Senin, 29 September 2025
DPR Soroti Rencana Penutupan 7 Sekolah di Aceh Barat, Khawatir Hak Pendidikan Anak Terancam
Fun
HoYoverse Kenalkan Gim Life Sim Kosmik Terbaru Petit Planet
Dalam Petit Planet, pemain diberi kepercayaan untuk merawat sebuah planet milik mereka sendiri.
Dwi Astarini - Jumat, 26 September 2025
HoYoverse Kenalkan Gim Life Sim Kosmik Terbaru Petit Planet
Indonesia
Pramono Targetkan 6.654 Ijazah Bakal Diputihkan Tahun ini, Banyak Siswa yang Terjerat Masalah Biaya
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menargetkan 6.654 ijazah diputihkan tahun ini.
Soffi Amira - Rabu, 24 September 2025
Pramono Targetkan 6.654 Ijazah Bakal Diputihkan Tahun ini, Banyak Siswa yang Terjerat Masalah Biaya
Bagikan