Tanaman Hasil Rekayasa Genetik Bisa Bersinar Saat Stres
Sebuah tanaman rekayasa genetik bisa besinar saat stress (Foto: newatlas)
SEBUAH tim peneliti di Hebrew University of Jerusalem telah berhasil memodifikasi sebuah tanaman kentang secara genetik, agar dapat besinar di bawah kamera flouresens ketika stress yang disebabkan oleh berbagai faktor.
Adapun salah satu tantangan terbesar pertanian modern yakni bereaksi terhadap faktor stres sebelum terlambat.
Tanaman tak benar-benar memiliki cara untuk menyampaikan perasaan mereka, lebih sering tidak memperlihatkannya. Hingga pada saat gejala aneh muncul, kamu sudah terlambat untuk melakukan sesuatu.
Baca Juga:
Namun, para ilmuwan berharap untuk memperbaiki masalah yang kerap terjadi itu. Yakni dengan bantuan rekayasa genetik tingkat lanjut.
Sebuah tim peneliti dari Israel yang dipimpin oleh Dr. Shilo Rosenwaser, berhasil memodifikasi tanaman kentang secara genetik, sehingga flouresens terlihat bila tersorot kamera flouresens atau terkena tekanan fisik. Seperti kekuarangan air, cuaca dingin, kurangnya sinar matahari, cahaya yang kuat, dan sebagainya.
Para peneliti berhasil meraih prestasi yang luar biasa, dengan memperkenalkan gen baru ke dalam kloroplas tanaman, stuktur subselular yang melakukan fotosintesis.
Gen tersebut mengekspresikan protein flouresens sebagai respons terhadap keberadaan spesies oksigen reaktif dan molekul kimia yang sangat reaktif, yang diproduksi untuk membantu mengurangi stress.
Semakin banyak stres yang dialami tanaman, semakin banyak spesies oksigen reaktif yang dihasilkannya. Maka semakin terang pula cahaya fluoresennya.
Baca Juga:
Tingginya Tak Wajar, Tanaman Kaktus Ini Jadi Viral di Internet
Sedikit informasi, flouresensi tanaman yang dimodifikasi, tidak terlihat dengan mata telanjang. Namun, perubahannya bisa diamati ketika tanaman dilihat melalui kamera flouresens.
"Kami dapat memantau sinyal fluoresensi yang dipancarkan dari biosensor dan memperhatikan akumulasi spesies oksigen reaktif, selama respons fase awal terhadap kondisi stres seperti kekeringan, suhu ekstrem, dan cahaya tinggi," tutur Dr. Rosenwaser kepada Alpha Galileo .
Para peneliti tersebut memilih berfokus pada kentang sederhana untuk studi mereka. Karena merupakan tanaman pangan utama yang terdiri dari 40% ekspor Israel dan sangat populer di seluruh dunia.
Tapi, para peneliti percaya, bahwa penerapan biosensor dapat diperlaus ke tanaman utama lainnya, yang dapat membantu mengurangi masalah gagal panen akibat perubahan iklim.
Rekayasa genetik pada tanaman bukan pertama kali dilakukan, karena, pada tahun lalu peneliti MIT memamerkan tanaman selada air bioluminescent yang dibaut dengan memasukka DNA, yang diperoleh dari jamur bioluminescent ke dalam urutan DNA tanaman. (Ryn)
Baca Juga:
Viral Fenomena Semangka Persegi Asal Jepang, Enak Dilihat Tapi...
Bagikan
Berita Terkait
Kemenag Tegaskan Tidak Ada Larangan Istirahat di Masjid, Tapi Pengelola Wajib Pasang CCTV Biar Aman
Tragedi Masjid Sibolga: Kemenag Murka Rumah Ibadah Diubah Jadi Arena Kekerasan, Program Inklusif Terancam Gagal Gara-Gara Aksi Para Pelaku
Bertahan Seabad, Pesan dalam Botol dari Prajurit Perang Dunia I Ditemukan di Pantai Australia
A2O MAY Merilis "PAPARAZZI ARRIVE" dengan Synth Sirene dan Beat Dubstep yang Bikin Candu Generasi Muda
Raisa Tumpahkan Kekecewaan Dalam Lirik Lagu 'Terserah'
Kalya Islamadina Rilis EP Perdana “Orange”, Ungkap Cinta Lewat Kejujuran
Bekantan Berjubah di Artwork 'Pandir Wara', Primitive Monkey Noose Rilis Single Paling Satir Agar Melek Soal Kepalsuan Hidup
Falaci Bawa Virus Electronic Groove dan Rock yang Catchy Lewar 'prototype (demo)'
Bilal Indrajaya Ajak Menyelami Kenangan Manis dan Realitas Pahit Perpisahan di ‘Akhir Pekan yang Hilang’
Viral Warga Israel Diduga Punya KTP Indonesia, Begini Penjelasan Disdukcapil Cianjur