Sains

Tak Banyak Menyerap Polutan, Tanaman Hias Lebih Bermanfaat untuk Kesehatan Mental

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Rabu, 26 Juli 2023
Tak Banyak Menyerap Polutan, Tanaman Hias Lebih Bermanfaat untuk Kesehatan Mental

Tanaman diharapkan dapat membersihkan polusi udara dalam ruangan. (Foto: Pexels/Huy Phan)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

SEBAGIAN besar orang tak menyadari berapa banyak polutan memenuhi ruangan rumahnya. Padahal di sinilah mereka menghabiskan banyak waktu setiap hari.

Selain itu, banyak produk yang kita gunakan untuk membersihkan dan menyegarkan ruangan di rumah, sekolah, dan tempat kerja malah menambahkan racun tak kasat mata ke udara.

"Bau segar bukanlah sekedar bau," kata Anne Hicks, spesialis paru anak di University of Alberta, Kanada, seperti dikutip bbc.com.

"Jika kamu bisa menciumnya, ada bahan kimia di udara yang masuk ke hidungmu. Jadi, semua itu adalah polusi udara, baik aromanya enak atau berbau tidak enak," tambahnya.

Polusi udara dalam ruangan jumlahnya sangat besar. Batasannya relatif tidak diketahui. "Bahkan rumah tetangga sebelah pun memiliki jenis polusi udaranya sendiri yang khas, berbeda dari rumah saya," terang Hicks.

Polusi udara dalam ruangan sangat kompleks dan sering kali di luar kendali individu. Lalu lintas jalan raya menghasilkan nitrogen dioksida, sedangkan polusi di rumah dapat menyebabkan jamur.

Baca juga:

Mengintip Kehidupan Seks Tanaman

tanaman hias
Diperlukan sebuah "hutan" dalam ruangan untuk mengurangi polusi secara berarti. (Foto: Unsplash/Vadim Kaipov)

Pembersih udara dengan filter udara partikulat efisiensi tinggi (HEPA) dapat membantu. Namun ini akan menambah biaya bulanan untuk pembelian dan penggunaan listriknya. Mungkin ini pilihan tepat bagi sebagian kecil rumah tangga yang mampu, tapi juga boleh jadi di luar jangkauan sebagian besar rumah tangga.

Maka orang pun beralih ke tanaman. Mereka menganggap tanaman di dalam rumah sebagai pembersih udara yang pasif dan murah.

Pada dasarnya, daun tumbuhan menyerap karbon dioksida dan polutan lainnya. Namun ternyata bukan tanaman yang mampu menyerap polutan, melainkan komunitas mikro-organisme dan media tanam (seperti tanah atau kompos). Dalam banyak penelitian, mereka justru lebih banyak menyerap polutan daripada tanaman itu sendiri.

Sebuah studi NASA pada 1989 menemukan bahwa tanaman dalam ruangan dapat menghilangkan formaldehida dan senyawa organik volatil (VOC) dari udara. Namun, penelitian itu tidak realistis untuk kondisi dunia nyata.

Intinya, diperlukan sebuah 'hutan' dalam ruangan untuk mengurangi VOC secara berarti di rumah.

"Kamu membutuhkan banyak sekali tanaman di ruang yang sangat terang untuk membuat dampak terukur pada penghilangan VOC dan banyak gas lainnya," kata ilmuwan hortikultura utama Tijana Blanusa dari Royal Horticultural Society sekaligus peneliti di University of Reading, Inggris.

Baca juga:

Tanaman Juga Bisa Stres saat 'Pindahan'

tanaman hias
Tidak usah terlalu banyak menaruh harapan pada tanaman dalam pot untuk membersihkan udara dirumah. (Foto: Freepik/Senivpetro)

Demikian pula untuk menyerap karbon dioksida, "Kamu membutuhkan tanaman dalam jumlah yang sangat besar untuk benar-benar memiliki efek terukur pada skala ruangan," lanjutnya.

Kavita Kumari, Associate Director dari Cundall Building Consultancy, menyarankan kliennya untuk mematuhi target yang ditetapkan oleh WELL Building Standard, sertifikasi untuk bangunan yang mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan.

Salah satu target dalam standar itu adalah memiliki satu persen permukaan dalam ruangan yang ditutupi tanaman.

Target ini lebih menyasar pada kesehatan pikiran daripada kebersihan udara. Manfaat tanaman dalam ruangan lebih kuat untuk kesehatan mental daripada kualitas udara.

Meski begitu, pakar kualitas udara tetap menyukai tanaman dalam ruangan. Namun, sebaiknya tidak terlalu banyak menaruh harapan pada 'teman hijau' dalam pot untuk dapat membersihkan udara dalam rumah kita. (aru)

Baca juga:

Tanaman untuk Mengusir Nyamuk

#Sains #Tanaman Hias #Hobi
Bagikan
Ditulis Oleh

Hendaru Tri Hanggoro

Berkarier sebagai jurnalis sejak 2010 dan bertungkus-lumus dengan tema budaya populer, sejarah Indonesia, serta gaya hidup. Menekuni jurnalisme naratif, in-depth, dan feature. Menjadi narasumber di beberapa seminar kesejarahan dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan lembaga pemerintah dan swasta.

Berita Terkait

Berita Foto
Warga Jakarta Berburu Tanaman Hias dalam Pameran Flona 2025 di Lapangan Banteng
Pengunjung memilih tanaman hias dalam pameran Flora dan Fauna (Flona) Jakarta Tahun 2025 di Taman Lapangan Banteng, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Senin (18/8/2025).
Didik Setiawan - Senin, 18 Agustus 2025
Warga Jakarta Berburu Tanaman Hias dalam Pameran Flona 2025 di Lapangan Banteng
Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Fun
LEGO Datangkan Petualangan di Set One Piece, Yuk Menjelajah Bersama Kru Topi Jerami
Rangkaian set baru ini menghadirkan adegan-adegan ikonis dari musim 1 ke dalam bentuk LEGO bricks.
Dwi Astarini - Selasa, 29 Juli 2025
LEGO Datangkan Petualangan di Set One Piece, Yuk Menjelajah Bersama Kru Topi Jerami
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Bagikan