Starlink Hadapi Krisis Global: Eropa Menjauh, China dan Pakistan Tantang Dominasi Elon Musk


Ilustrasi Starlink. Foto doc. Starlink
MerahPutih.com - Starlink, layanan internet satelit milik Elon Musk di bawah bendera SpaceX, tengah menghadapi gelombang tantangan global yang berpotensi mengancam dominasinya.
Dari tekanan politik di Eropa, kecemasan keamanan di Asia, hingga persaingan ketat dengan teknologi China, masa depan Starlink kini tidak secerah orbit 7.000 lebih satelitnya.
Eropa Mulai Menjauh: Antara AS dan China
Amerika Serikat menunjukkan kekhawatirannya atas sikap sejumlah negara Eropa yang mulai menjauh dari Starlink. Salah satu pemicunya adalah komentar kontroversial Elon Musk soal peran Starlink di Ukraina, yang dianggap sebagai intervensi pribadi dalam urusan geopolitik.
Baca juga:
[HOAKS atau FAKTA]: Prabowo Hapus Jabatan Kepala Desa karena Rawan Korupsi dan Tak Berguna
Pernyataan keras datang dari Brendan Carr, Komisioner Komunikasi Federal AS (FCC), yang memperingatkan bahwa Eropa seharusnya lebih waspada terhadap ekspansi satelit milik Partai Komunis China (CCP) ketimbang mengkhawatirkan Starlink.
"Jika Starlink saja membuat khawatir, tunggu sampai melihat versi China. Itu yang benar-benar mengkhawatirkan," ujar Carr dikutip dari Financial Times, Senin (21/4/2025).
Di sisi lain, perusahaan Prancis Eutelsat dan pemain asal China seperti Spacesail mulai mencuri perhatian. Meskipun jangkauan dan infrastruktur mereka masih jauh di bawah Starlink, ketegangan politik memicu Eropa untuk mengejar kemandirian teknologi satelit.
Rusia dan Ancaman Perang Luar Angkasa
Tidak hanya persaingan bisnis, Starlink juga menghadapi ancaman serius dari sektor militer. Rusia dikabarkan sedang mengembangkan senjata anti-satelit canggih, termasuk rudal Nudol dan bahkan kemungkinan senjata nuklir berbasis luar angkasa.
Baca juga:
[HOAKS atau FAKTA]: Prabowo Hapus Jabatan Kepala Desa karena Rawan Korupsi dan Tak Berguna
Dalam laporan Global Counterspace Capabilities 2025, analis Victoria Samson memperingatkan bahwa sistem tersebut berpotensi menjangkau seluruh satelit orbit rendah, termasuk milik Starlink.
"Rusia mungkin sedang menyiapkan generasi baru senjata luar angkasa. Itu bisa mengancam semua aset orbit rendah, termasuk Starlink," ujar Samson.
Pakistan: Pasar Baru, Tantangan Besar
Di Asia Selatan, Starlink akhirnya menerima izin sementara dari otoritas luar angkasa Pakistan. Namun, kehadirannya masih dibayangi oleh isu regulasi, keamanan nasional, dan ketegangan diplomatik dengan China.
Meskipun pemerintah Pakistan menyambut baik layanan internet satelit Elon Musk, otoritas keamanan negara itu masih meninjau potensi risiko dari teknologi luar negeri, termasuk sistem komunikasi antar-satelit berbasis laser milik Starlink.
Selain itu, biaya layanan yang tinggi menjadi penghalang utama. Dengan tarif bulanan sekitar PKR 35.000 (~US$125), Starlink berisiko menjadi layanan eksklusif untuk kelas atas, jauh dari jangkauan mayoritas warga Pakistan.
Dominasi Terancam oleh China
China tidak tinggal diam melihat ekspansi Starlink. Melalui perusahaan seperti Shanghai Spacecom Satellite Technology, Beijing mengembangkan konstelasi satelit saingan dan memperluas pengaruhnya di negara-negara mitra seperti Pakistan.
Baca juga:
Kehadiran Starlink di Pakistan dilaporkan telah memicu kemarahan Beijing, terutama karena proyek kabel fiber optik China-Pakistan (CPEC) yang masih belum optimal. Di sisi lain, Pakistan justru memberikan akses yang lebih besar kepada perusahaan AS dibandingkan dengan mitra strategisnya, China.
Ancaman dari Dalam: Infrastruktur & RT/RW Net Ilegal
Selain geopolitik, Starlink juga menghadapi tantangan dari ekosistem internet lokal. Di beberapa negara berkembang, layanan Starlink sering dimanfaatkan oleh penyedia RT/RW net ilegal yang menjual ulang koneksi tanpa izin resmi.
Hal ini menimbulkan masalah hukum dan pertanyaan tentang siapa yang harus bertanggung jawab atas penyalahgunaan tersebut.
Baca juga:
Spesial Hari Kartini, Pramono-Rano Ajak Sang Istri Pakai Kebaya Naik Transportasi Jakarta
Dengan lebih dari 7.000 satelit aktif di orbit rendah, Starlink memang memimpin dalam penyediaan internet berbasis satelit. Namun, dominasi teknologi saja tidak cukup. Dalam dunia yang makin terpolarisasi antara AS dan China, Starlink harus piawai dalam mengelola diplomasi, etika teknologi, serta sensitivitas geopolitik.
Persaingan satelit kini bukan hanya soal kecepatan dan konektivitas, tapi juga tentang pengaruh global, kedaulatan digital, dan keamanan nasional.
Bagikan
ImanK
Berita Terkait
Hampir 1000 Orang Meninggal Akibat Banjir di Pakistan, 1 Juta Penduduk Kehilangan Tempat Tinggal

Bom Bunuh Diri Meledak di Pakistan Barat Daya, Tewaskan 13 Orang, Lukai 30 Lainnya

Korban Kekerasan Seksual Anak Minta Elon Musk Hapus Tautan ke Gambarnya, Pihak Penjual Terdeteksi Berlokasi di Jakarta

Pakistan Berbenah setelah Banjir Tewaskan Lebih daripada 300 Orang, Pulihkan Listrik dan Buka Jalan di Daerah Terdampak

Kebakaran makin Berkecamuk, Yunani, Spanyol, dan Portugal Berpacu Padamkan Api saat Uni Eropa Tingkatkan Bantuan Lintas Negara

Eropa Mulai Bersuara Keras, Para Menteri Luar Negeri Desak Israel Akhiri Kelaparan di Gaza

Yunani Berjuang Tanggulangi Kebakaran Hutan, Gelombang Panas masih Menyapu Eropa Selatan

Eropa Selatan Dilanda Kebakaran Hutan, Suhu Ekstrem Tembus 40 Derajat Celsius

Grok AI Sebut Trump 'Penjahat Paling Terkenal' di Washington, Terjerat 34 Kasus Pidana

Prancis Alami Kebakaran Hutan Terbesar Musim Panas ini, Areanya Lebih Luas daripada Kota Paris
