Nutrisi

Seporsi Junk Food Turunkan Konsentrasi

Dwi AstariniDwi Astarini - Minggu, 14 Juni 2020
Seporsi Junk Food Turunkan Konsentrasi

Bahkan seporsi junk food bisa merusak konsentrasimu. (foto: pixabay/kendallpools)

Ukuran:
14
Audio:

BURGER, pizza, hot dog, kentang goreng, dan makanan saji cepat lainnya sudah jadi menu biasa buat kamu urban. Makanan saji cepat jadi pilihan praktis dan nyaman untuk mengisi perut. Tidak mengherankan jika jamak kini orang mengonsumsi makanan saji cepat.

Meskipun praktis, makanan saji cepat atau yang kerap disebut junk food ternyata tinggi lemak jenuh. Sebuah penelitian terbaru menyebut sajian minim nutrisi itu bisa menurunkan konsentrasi kamu. Bahkan jika kamu hanya makan satu porsi.

BACA JUGA:

Tetap Cantik Meski Mengenakan Masker

Seperti dilansir Hellosehat, peneliti dari Ohio State University, AS, mengamati pengaruh konsumsi makanan tinggi lemak jenuh terhadap kemampuan konsentrasi. Para peneliti membandingkan dua hasil tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan peserta dalam memusatkan perhatian. Para peserta diminta mengerjakan tes yang sama sebanyak dua kali.

Tes pertama dikerjakan setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh. Tes kedua dikerjakan setelah makan makanan yang sama, tapi diolah dengan minyak biji bunga matahari yang kaya akan lemak sehat.

Hasilnya, kinerja para peserta setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh ternyata lebih buruk ketimbang setelah makan makanan tinggi lemak sehat. Itulah temuan awal yang membuat para peneliti menduga junk food dapat menurunkan konsentrasi.

junk food
Junk food tinggi akan lemak jenuh. (foto: pixabay/freetousesound)

Melalui penelitian tersebut, para peneliti melihat apakah penurunan konsentrasi peserta ada kaitannya dengan sindrom usus bocor. Itu merupakan kondisi ketika lapisan usus rusak sehingga bakteri terbawa aliran darah. Dugaan itu muncul karena peserta yang memiliki usus bocor menunjukkan kinerja yang lebih buruk, bahkan setelah mereka makan makanan dengan lemak sehat.
Berbekal dugaan itu, para peneliti tersebut melakukan studi lanjutan untuk menemukan penjelasannya. Annelise Madison, pimpinan penelitian dari Ohio State University, mengadakan studi lanjutan untuk mengetahui apakah makanan tinggi lemak menyebabkan rasa lesu dan peradangan. Penelitiannya lanjutan itu dilakukan terhadap penyintas kanker.

Para peserta diminta mengerjakan tes penilaian awal terlebih dulu. Penilaian itu melihat kemampuan peserta dalam memusatkan perhatian, konsentrasi, dan refleks. Seluruh sesi tes dilakukan selama 10 menit menggunakan komputer.

Mereka lalu diberikan makanan tinggi lemak yang terdiri dari telur, biskuit, sosis kalkun, dan saus dengan total 60 gram lemak. Makanan tersebut mengandung 930 kalori dan kandungan nutrisinya dibuat mirip dengan junk food dari restoran saji cepat populer.

Setelah lima jam, para peserta diminta mengerjakan tes yang sama. Sekitar satu hingga empat pekan kemudian, mereka mengulang kegiatan serupa. Bedanya, di kali kedua, makanan mereka diolah dengan minyak biji bunga matahari yang mengandung lemak tak jenuh.

Madison dan timnya pun membandingkan hasil kedua tes. Ia mendapati kinerja para peserta rata-rata berkurang 11% setelah makan makanan tinggi lemak jenuh. Perempuan yang tampaknya memiliki sindrom usus bocor bahkan memberikan hasil yang lebih rendah. Mereka tidak bisa fokus sepanjang mengerjakan tes selama 10 menit.

work
Lemak jenuh menurunkan konsentrasi hingga 11%. (foto: pixabay/ciaotiana)

Menurut Madison, makanan tinggi lemak jenuh tampaknya menyebabkan peradangan di seluruh tubuh, termasuk otak. Asam lemak dari makanan mungkin juga menembus batas antara darah dan otak, lalu berinteraksi dengan sel-sel otak secara langsung.

Junk food, seperti burger, kentang goreng, dan berbagai sausnya mengandung banyak lemak tidak sehat. Sebagian kandungan tersebut ialah lemak jenuh. Amat mungkin itulah yang menjadi alasan junk food dapat menurunkan konsentrasi.

Madison menambahkan kemampuan konsentrasi bahkan bisa semakin menurun bila kamu mengalihkan stres dengan makan junk food. Nah, dengan fakta terbaru ini, kamu mungkin harus mempertimbangkan kembali untuk menghapus kebiasaan makan junk food.(*)

BACA JUGA:

Mengenakan Masker saat Berolahraga, ini Tipsnya

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Lainnya
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Vertigo merupakan istilah medis yang digunakan untuk menyebut sensasi seolah-olah lingkungan di sekitar penderita terus berputar dan biasanya disertai rasa pusing.
Frengky Aruan - Kamis, 21 Agustus 2025
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Bagikan