Sengkarut Pidato Anies, Politisi Tionghoa: Semangat Kebangsaan Kita Belum Kokoh
 Eddy Flo - Selasa, 17 Oktober 2017
Eddy Flo - Selasa, 17 Oktober 2017 
                Aktivis dan politikus Tionghoa Frans Tshai (MP/Dickie Prasetia)
MerahPutih.Com - Pidato politik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menyisipkan kata pribumi sontak menimbulkan polemik semantik yang berujung pada kegaduhan politik.
Pro-kontra pemakaian kata pribumi memicu tanggapan banyak kalangan di tanah air termasuk aktivis dan politikus Tionghoa, Frans Tshai.
Ditemui merahputih.com di kawasan Gading Serpong, Selasa (17/10) Frans yang juga mantan wakil ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat itu mengajak semua komponen bangsa agar terus memperkokoh semangat kebangsaan.
“Semangat kebangsaan kita belum kokoh, ini jadi bahaya yang harus kita sadari. Kalau kita terus menerus saling cakar-mencakar, anggap diri paling benar, kapan kita bersatu? “papar Frans Tshai.
Mantan Sekjen PPI Swiss ini menambahkan, daripada semua energi terkuras pada hal-hal yang kontra produktif, lebih baik sama-sama bergandeng tangan membangun negara.
“Tiap anak bangsa punya peran penting dalam membangun negeri ini, jangan pernah ada yang anggap diri paling berjasa terhadap negara ini, “katanya.
Pernyataan Anies Baswedan terkait istilah pribumi dalam pidato politiknya di Balai Kota, Senin (16/10) kemarin, menurut Frans Tshai bukanlah sesuatu yang bijak.
“Ada kata bijak mengatakan, orang pintar tahu apa yang mau dikatakan, sementara orang bijak tahu kapan mengatakannya. Kalau ini sudah bergulir dalam masyarakat, sayang sekali. Kenapa? Seorang pemimpin harus mengayomi semua komponen orang-orang yang dipimpinnya. Tidak bisa hanya untuk satu kelompok, “beber Frans yang juga pernah menjabat anggota MPR tersebut.
Frans kemudian melanjutkan bahwa selama istilah pribumi dan non pribumi masih dipakai apalagi dalam praksis pemerintahan akan mengancam persatuan Indonesia.
“Istilah itu khan sudah dihilangkan oleh pemerintah, kenapa seorang pejabat masih memakai istilah itu? Sangat disayangkan, sangat tidak pantas. Selama istilah ini dipakai, kita akan sulit mencapai persatuan yang baik, “tegas Frans.
Mantan aktivis mahasiswa sejak era Bung Karno ini menggarisbawahi bahwasannya baik pribumi maupun non pribumi memiliki peran dan kewajiban yang sama terhadap negara.
“Tidak ada yang boleh menganggap dirinya lebih Indonesia dari Indonesia. Untuk bangun sebuah bangsa, harus mengayomi semua komponen bangsa. Kita harus bangga, Indonesia itu beragam dan justru itu menjadi kekuatan kita, “kata Frans Tshai.(*)
Bagikan
Berita Terkait
[HOAKS atau FAKTA]: Anies Sebut Sehebat Apapun Prabowo, Tetap Rusak Bila Sekelilingnya Orang-Orang Munafik yang Gila Jabatan
![[HOAKS atau FAKTA]: Anies Sebut Sehebat Apapun Prabowo, Tetap Rusak Bila Sekelilingnya Orang-Orang Munafik yang Gila Jabatan](https://img.merahputih.com/media/dd/c1/7d/ddc17dc7bc7a6319eca011d3376f3034_182x135.png) 
                      Bakar Semangat Atlet Muda, Gubernur Pramono: Jakarta Harus Juara di POPNAS dan PEPARPENAS 2025
 
                      Pemprov DKI Tiadakan Car Free Day Demi Sukseskan Jakarta Running Festival 2025
 
                      Pramono Anung Akui Jakarta Krisis Lahan Pemakaman, Minta TPU Baru Segera Dibuka
 
                      Hari Santri 2025, Gubernur Pramono Anung: Santri Adalah Penjaga Moral dan Motor Peradaban Bangsa
 
                      Monorel Mangkrak di Rasuna Said Dibongkar Mulai 2026, Pramono Anung: Jakarta Harus Lebih Rapi
 
                      IKJ Bakal Pindah ke Kota Tua, Pramono Anung: Waktunya Hidupkan Ruang Seni Jakarta
 
                      Anies Baswedan Doakan Prabowo di Usia ke-74: Semoga Diberi Petunjuk dan Ketetapan Hati dalam Memimpin Bangsa
 
                      Gubernur Pramono Sambangi KPK, Bahas Penguatan Upaya Antikorupsi di Jakarta
 
                      Tanggapi BMKG soal Cuaca Ekstrem, Gubernur Pramono: Jakarta Aman, yang Penting Hatinya Enggak Panas
 
                      




