Selingkuh Juga Bisa Terjadi dalam Hubungan yang Baik-baik Saja


Ada dua pendorong utama yang memotivasi orang untuk berselingkuh. (Foto: pexels/cottonbro studio)
SEBUAH studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Archives of Sexual Behavior mempelajari pengalaman pengguna layanan kencan daring Ashley Madison dan menemukan ada dua pendorong utama yang memotivasi orang untuk berselingkuh:
1. Kamar tidur yang sepi (atau seks yang tidak memuaskan)
2. Keinginan untuk otonomi pribadi dan kebaruan.
"Saya telah mempelajari perselingkuhan romantis untuk sementara waktu, lebih dari 10 tahun," jelas Dylan Selterman dari Departemen Ilmu Psikologi dan Otak, Universitas Johns Hopkins, yang menjadi penulis utama studi tersebut.
BACA JUGA:
Selingkuh itu Dilakukan dengan Kesadaran Penuh, Ini Ciri-cirinya
"Sebagian besar pekerjaan saya sebelumnya fokus pada orang dewasa muda dalam hubungan kencan, dan sampel tersebut sedikit condong ke arah perempuan. Jadi saya bersemangat untuk mempelajari demografi berbeda dari pengguna Ashley Madison yang sebagian besar ialah pria paruh baya yang sudah menikah," ujarnya seperti diberitakan Psychology Today (24/6).

Faktor lain yang membedakan penelitian ini dari penelitian sebelumnya ialah fokusnya pada peserta yang secara aktif terlibat dalam urusan mereka pada saat dinilai.
"Kami menyurvei pengguna Ashley Madison pada dua titik waktu, selang waktu sekitar tiga bulan, dan beberapa peserta kami (lebih dari 250 dari mereka) menyelesaikan kedua ukuran survei yang berarti bahwa kami dapat menguji bagaimana hubungan mereka dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai akibat dari urusan mereka," tambah Selterman.
Bertentangan dengan temuan sebelumnya, Selterman menemukan bahwa kualitas hubungan yang rendah (dalam hal kepuasan, cinta, dan komitmen) tidak ada hubungannya dengan alasan orang memutuskan untuk selingkuh.
Sebaliknya, kurangnya kepuasan seks dan keinginan untuk hal baru menonjol sebagai motivasi untuk terlibat dalam perselingkuhan. Menariknya, banyak peserta melaporkan merasa 'sangat puas' dengan perselingkuhan mereka dan mengungkapkan sedikit penyesalan moral terkait dengan hubungan utama mereka.
Hasil itu tentu saja dibatasi oleh rentang waktu penelitian dan perspektif para peserta, yang secara proaktif mencari perselingkuhan.
BACA JUGA:
"Kami menemukan sedikit bukti untuk perubahan dalam kualitas hubungan atau kesejahteraan, meskipun sangat mungkin bahwa kami akan mendapatkan hasil yang berbeda jika kami melakukan rentang waktu yang lebih lama (bertahun-tahun, bukan berbulan-bulan), atau jika kami mensurvei pasangan yang kebanyakan tidak menyadari bahwa pasangan mereka selingkuh," ujar Selterman.
Studi ini juga menyelidiki dinamika hubungan yang terbuka secara konsensual, di mana pasangan orang sadar dan menerima perselingkuhan mereka.
"Hubungan tersebut biasanya memiliki hasil hubungan yang lebih baik jika dibandingkan dengan hubungan dengan perselingkuhan terjadi," kata Selterman.
"Namun, ada motivasi mendasar yang serupa di kedua jenis pengalaman hubungan ini. Dalam kasus mereka yang berselingkuh dan mereka yang memiliki hubungan terbuka, orang-orang ini sering kali didorong oleh keinginan untuk mendapatkan lebih banyak pasangan seksual dan lebih banyak gairah, dan belum tentu puas hanya dengan satu pasangan," dia menjelaskan.

Kesimpulan dari studi Selterman sangat berharga bagi siapa saja yang ingin memahami mengapa beberapa orang berselingkuh dalam hubungan yang tampaknya sempurna. Studi ini menekankan betapa pentingnya bagi pasangan monogami untuk mengatasi masalah seksual mereka dan menormalkan percakapan yang terbuka dan jujur tentang seks.
Selterman mengatakan ini ketika ditanya alasan para peserta dalam penelitian tersebut melaporkan sebagian besar pengalaman positif dengan berselingkuh, “Kami tidak tahu persis mengapa orang memiliki pengalaman positif dengan perselingkuhannya dan mengapa mereka merasa sedikit menyesal."
"Kami berharap untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu (setidaknya sedikit) dengan memeriksa variabel lain dalam kehidupan orang, seperti keprihatinan moral mereka, tetapi hasil tersebut tidak berjalan dengan baik karena secara statistik tidak dapat diandalkan. Saya berharap untuk melihat lebih banyak penelitian yang meneliti variabel moral," ujar Selterman.(aru)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Buat Calon Pengantin nih, Rekomendasi 5 Restoran Terbaik untuk Wedding Venue di Jakarta

Gen Z Spill 2 Tantangan sebelum Menikah, Ekspektasi Orangtua dan Biaya

5 Tanda si Dia Effort dalam Hubunganmu

3 Tanda Cintamu Bertepuk Sebelah Tangan, Tinggalkan Saja

Pentingnya Komitmen untuk Bikin Hubungan Langgeng

5 Tahap Berdamai saat Kena Ghosting

Korea Selatan Sambut Generasi Baru, Angka Kelahiran Catatkan Rekor Tertinggi dalam 14 Tahun

Lajang Berhak Bahagia, Aktivitas Seru ini Bisa Dilakukan Sendirian

Memahami Kata Gaul 'Bestie', Apa cuma buat Cewek?

BI Checking ke Calon Pasangan, Penting enggak Sih?
