Selain Kartini, Ini Perempuan yang Perjuangkan Kesetaraan Gender
(Foto: Caption Youtube)
Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini memang menjadi ikon bagi emansipasi perempuan. Semasa hidupnya, perempuan yang lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 ini selalu memperjuangkan kesetaraan gender lewat tulisan-tulisannya.
Namun, selain Kartini, ada juga para perempuan yang juga memperjuangkan kesetaraan gender dan hak-hak bagi perempuan. Mereka ada yang hidup sebelum masa Kartini, tetapi ada juga yang menjalani hidupnya setelah Kartini meninggal pada tanggal 17 September 1904. Siapa saja mereka?
Dewi Sartika
Jika di Jawa Tengah ada RA Kartini, maka di Jawa Barat Anda bisa bertemu dengan Dewi Sartika. Perempuan kelahiran Cicalengka, Bandung, 4 Desember 1884 ini merupakan tokoh perintis pendidikan untuk kaum perempuan di Indonesia.
Dewi Sartika mendirikan Sekolah Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung. Sekolah tersebut kemudian direlokasi ke Jalan Ciguriang dan berubah nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri pada tahun 1910. Hingga di tahun 1920 sekolah itu berkembang menjadi satu sekolah di setiap kabupaten maupun kota dan tahun 1929 namanya kembali berubah menjadi Sekolah Raden Dewi.
Hj. Rangkayo Rasuna Said
Mungkin Anda hanya tahu jika Rasuna Said adalah nama jalan di Jakarta. Namun siapa sangka, nama tersebut adalah nama pahlawan nasional yang selalu memperjuangkan adanya persamaan hak antara pria dan perempuan. Bernama asli Hajjah Rangkaayo Rasuna Said, perempuan yang lahir tanggal 14 september 1910 ini adalah seseorang yang sangat berperan dalam kemerdekaan Indonesia terutama dalam pendidikan, pemberdayaan perempuan dan jurnalisme nasional.
Rasuna Said sangat memperjuangkan kemajuan dan pendidikan kaum perempuan. Ia sempat mengajar di Diniyah Putri sebagai guru. Namun ia berhenti karena memiliki pandangan bila kemajuan perempuan bukan hanya lewat mendirikan sekolah tetapi juga harus disertai perjuangan politik.
Maria Walanda Maramis
Maria Josephine Catherine Maramis atau lebih dikenal dengan Maria Walanda Maramis lahir di Kema, Sulawesi Utara, 1 Desember. Perempuan dinobatkan sebagai pahlawan nasional Indonesia karena perjuangannya dalam kesetaraan gender di Indonesia pada permulaan abad ke-20.
Perempuan yang menikah dengan Joseph Frederick Caselung Walanda ini mendirikan organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT) pada tahun 1917. Organisasi ini didirikan untuk memperjuangkan pendidikan perempuan, khususnya ibu-ibu. Di tahun 1919, Maria berhasil memperjuangkan hak perempuan untuk punya hak suara di lembaga perwakilan Minahasa Raad.
Nyi Siti Walidah Ahmad Dahlan
Terlahir di keluarga pemuka Agama Islam, Siti Walidah sangat lekat dengan ilmu agama. Ia tidak pernah mengenyam pendidikan umum kecuali pendidikan agama termasuk bahasa Arab yang ia dapat dari ayahnya, Kyai Haji Muhammad Fadli. Namun pernikahannya dengan Ahmad Dahlan dan kedekatannya dengan tokoh awal Muhammadiyah membuatnya memiliki pengetahuan luas.
Perempuan yang lahir di Kauman, 31 Mei 1946 ini pernah membuat kelompok pengajian bernama wanita Sopo Tresno (Siapa Cinta). Ia juga membuka asrama dan sekolah-sekolah putri serta mengadakan kursus pelajaran Islam dan pemberantasan buta huruf bagi kaum perempuan. Selain itu ia juga menerbitkan majalah bagi kaum perempuan.
Sahabat Merahputih, itulah empat tokoh perempuan yang tidak kalah dengan Kartini.
Selain artikel ini Anda juga bisa baca Perempuan-Perempuan Perkasa di Dunia Pria
Bagikan
Berita Terkait
Viral! Surat-Surat R.A. Kartini Masuk Daftar Memory of the World, Bukti Perempuan Indonesia Punya Kontribusi Penting untuk Peradaban Dunia
Deretan Tokoh Perempuan Indonesia Raih Penghargaan RA Kartini Award 2025
Ketika Kartini Membela Buruh, Cerita dari Pekerja Ukir Jepara
Pementasan ‘Terbitlah Terang’ Gemakan Suara Kartini lewat Pembacaan Surat dan Gagasannya
Pementasan Musikalisasi Puisi Bertajuk Terbitlah Terang: Pembacaan Surat dan Gagasan Kartini
Peringati Hari Kartini Petugas Bagikan Bunga Penumpang Perempuan di Stasiun Halim Whoosh
Hari Kartini, Ketua DPR Soroti Angka Pelecehan Perempuan Tinggi Minta Korban Berani Bersuara
MRT Jakarta Gratis untuk Umum di Hari Angkutan Nasional, Tarif Khusus Rp1 bagi Wanita di Hari Kartini
Hampir Setengah Juta Perempuan Jadi Korban Kekerasan, Puan Ajak Momentum Hari Kartini Untuk Berani Bersuara
Menteri PPPA Sebut Perjuangan Kartini Terus Hidup dalam Generasi Muda, Perempuan Bisa Bebas Menentukan Nasib Sendiri