Sejarah Tari Kretek, Representasi Buruh Rokok di Kabupaten Kudus

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Senin, 05 Desember 2016
Sejarah Tari Kretek, Representasi Buruh Rokok di Kabupaten Kudus

Tari kretek dipentaskan saat Aksi Kabangsaan Indonesia Raya 412 di Jakarta. (Foto: MerahPutih/Widi Hatmoko)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih Budaya - Tari kretek adalah tarian tradisional khas Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Sejarah lahirnya tarian ini tidak lepas dari kota Kudus sebagai produsen penghasil rokok kretek pertama di Indonesia. Awalnya, tarian ini bernama tari mbatil. Namun karena nama mbatil tidak begitu dikenal di masyarakat, digantilah dengan tari kretek.

Tari kretek pertama kali dipentaskan adalah pada saat peresmian Museum Kretek, 3 Oktober 1986, yang diprakarsai Gubernur Jawa Tengah kala itu Soepardjo Roestam. Dalam acara ini, tari kretek dimainkan oleh 500 orang penari sekaligus.

Tari Kretek sendiri diciptakan oleh Endang Tonny, pemilik Sanggar Seni Puring Sari. Tarian ini menceritakan tentang para buruh rokok yang sedang bekerja membuat rokok, mulai dari pemilihan tembakau hingga rokok siap dipasarkan. Tarian dibawakan beberapa penari perempuan sebagai representasi buruh mbatil dan penari lelaki sebagai representasi dari seorang mandor.

Buruh mbatil adalah buruh rokok yang kerjanya mengguntingi atau merapikan ujung-ujung rokok. Sementara sang mandor adalah bos yang mengawasi buruh rokok dan mempunyai kuasa untuk menyortir atau menyeleksi rokok garapan buruh.

Kostum, atribut dan perlangkapan tari kretek di antaranya; konde bernama konde ayu; cunduk, cunduk ada dua macam yaitu cunduk ece (yang di pakai untuk usia SLTP ke bawah) dan cundek jepu (yang dipakai untuk remaja sampai dewasa ); giwang markis (tak lagi dipakai), karena sekarang giwang markis susah dicari maka diganti dengan permata (kalung susun renteng 9, angka 9 melambangkan wali sanga); bros atau gendhem 5, angka 5 mempunyai arti rukun Islam; gelang lungwi; kebaya kartininan warna biru; selendang toh watu; tangen (kendit); idet; jarik kaseman san sore bisa juga menggunakan jarik kudusan; celana rancingan kuning; pek timang (sabuk) dan gesper.


Tari kretek dipentaskan saat Aksi Kabangsaan Indonesia Raya 412 di Jakarta. (Foto: MerahPutih/Widi Hatmoko)

Bupati Kudus Musthofa Wardoyo mengungkapkan, melihat Kudus bukan sekadar daerah industri, jauh dari itu merupakan daerah yang memiliki kultur dan filosofi “gusjugang”. Menurut Musthofa, filosofi gusjigang sendiri merupakan salah satu nasihat atau pegangan hidup masyarakat Kudus yang diajarkan oleh Sunan Kudus.

“Agar kita semua bisa senantiasa menjadi makhluk atau sosok yang ideal, yang memiliki akhlak atau perangai yang bagus, taat beragama, berintelektualitas tinggi, dan pandai mencari uang dengan berdagang, serta mempunyai jiwa entrepreneurship sebagai seorang pengusaha,” ujar Musthofa kepada merahputih.com, usai pementasan tari kretek di panggung terbuka Aksi Kabangsaan Indonesia Raya 412, Patung Arjuna Wijaya atau Patung Asta Brata, persimpangan Jalan MH Thamrin dengan Jalan Merdeka Barat Monas, Jakarta, Minggu (4/12).

Ia juga mengungkapkan, gusjigang merupakan singkatan dari tiga kata, yang artinya; Gus berasal dari kata "bagus", ji adalah dari kata "ngaji", dan gang adalah "dagang." (Wid)

BACA JUGA:

  1. Tari Kretek Semarakkan Panggung Parade Nusantara
  2. Cintai Budaya Lokal Lewat Karya Tari Kreasi
  3. Tari Kreasi Lenggang Puspa Simbol Pluralisme Kota Tangsel
  4. Puspo Budoyo Hadiahkan Tari Lenggang Puspo untuk Sewindu Tangsel
  5. Penampilan Tari Bali Pukau Penonton di India
#Budaya Kudus #Kabupaten Kudus #Tari Kretek
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.

Berita Terkait

Indonesia
Banjir Kudus: Akses Jalan Putus, 5 Desa Terendam, 2.539 Jiwa Terdampak
Banjir sudah mulai terjadi sejak Selasa (21/1), namun mulai memutus akses jalan dan rumah warga juga mulai tergenang pada Kamis (23/1) sore.
Wisnu Cipto - Jumat, 24 Januari 2025
Banjir Kudus: Akses Jalan Putus, 5 Desa Terendam, 2.539 Jiwa Terdampak
Indonesia
Kudus Tetapkan Status Siaga Darurat Bencana Sampai Maret 2025
Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menetapkan status siaga darurat bencana angin kencang, banjir, tanah longsor, dan bencana geologi hingga 31 Maret 2025
Wisnu Cipto - Kamis, 21 November 2024
Kudus Tetapkan Status Siaga Darurat Bencana Sampai Maret 2025
Berita
Kudus Fashion Week 2024 Tonjolkan Caping Kalo sebagai Ikon Budaya Daerah
Kudus Fashion Week 2024 mengangkat Caping Kalo sebagai ikon budaya daerah. Acara ini juga menjadi perayaan ulang tahun Kudus ke-475.
Soffi Amira - Kamis, 26 September 2024
Kudus Fashion Week 2024 Tonjolkan Caping Kalo sebagai Ikon Budaya Daerah
Indonesia
Ulama Kharismatik Kudus KH Asnawi Masuk Daftar Calon Pahlawan Nasional Baru
Usulan agar ulama kharismatik dari Kudus Kiai Haji R Asnawi dianugerahi gelar pahlawan nasional sudah masuk ke Kemensos tinggal menunggu kebijakan Presiden RI.
Wisnu Cipto - Jumat, 06 September 2024
Ulama Kharismatik Kudus KH Asnawi Masuk Daftar Calon Pahlawan Nasional Baru
Lifestyle
Lestarikan Caping Kalo lewat Tari ‘Cahya Nojorono’ 
Saat ini tercatat hanya tersisa dua orang perajin caping kalo masih berproduksi.
Dwi Astarini - Senin, 29 April 2024
Lestarikan Caping Kalo lewat Tari ‘Cahya Nojorono’ 
Indonesia
Banjir di Kabupaten Kudus Meluas Hingga 31 Desa
Ribuan pengungsi tersebut, tersebar di 29 lokasi pengungsian. Di antaranya, ada yang menempati aula gedung DPRD Kudus, balai desa, tempat ibadah, tempat pendidikan, dan rumah warga.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 20 Maret 2024
Banjir di Kabupaten Kudus Meluas Hingga 31 Desa
Bagikan