Rupiah Terus Melemah, BI Tegaskan Tidak Akan Seburuk Krisis Tahun 1998

Eddy FloEddy Flo - Selasa, 22 Mei 2018
Rupiah Terus Melemah, BI Tegaskan Tidak Akan Seburuk Krisis Tahun 1998

Gubernur BI Agus Martowardojo (kanan) didampingi Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara (kiri) bersiap memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor pusat BI, Jakarta (ANTARA FOTO/

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.Com - Nilai tukar Rupiah yang terus melemah dalam beberapa hari belakangan menyebabkan pelaku usaha dan masyarakat umum mencemaskan situasi krisis ekonomi 1998 bakal terulang lagi.

Sebagaimana diketahui, sampai Senin (21/5) sore nilai tukar Rupiah mencapai Rp14.178 per dolar Amerika Serikat. Menjawab kecemasan masyarakat, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai kondisi sistem keuangan saat ini lebih baik daripada periode krisis pada tahun 1998.

"Kondisi kita sekarang baik dan tidak perlu dikhawatirkan," kata Agus saat ditemui di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (21/5) malam.

Agus memastikan fondasi sistem keuangan lebih kuat daripada 20 tahun silam. Salah satunya ditandai oleh tercukupinya cadangan devisa hingga mencapai 124,86 miliar dolar AS pada bulan April 2018.

Gubernur BI Agus Martowardojo
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor pusat BI, Jakarta (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Selain itu, kondisi perbankan saat ini juga dalam keadaan terjaga, yang terlihat dari rasio kecukupan modal (CAR) pada kisaran 22 persen dan kredit bermasalah (NPL) dibawah tiga persen.

Penguatan sistem perbankan ini, kata Agus sebagaimana dilansir Antara, didukung oleh adanya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang mempunyai tugas untuk menjamin dana tabungan milik nasabah.

"Jadi, secara umum, indikator ekonomi Indonesia menunjukkan masih baik kalau dibandingkan dengan kondisi 10 atau 20 tahun lalu," ujarnya.

Terkait dengan depresiasi rupiah yang sempat mendekati level Rp14.200-an, pada hari Senin (21/5), Agus mengatakan bahwa hal itu disebabkan oleh sentimen positif dari membaiknya perekonomian di AS.

Ia memastikan dampak dari fenomena penguatan dolar AS tersebut terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara berkembang lainnya.

"Sentimen positif untuk dolar AS menyebabkan 'currency' melemah. Akan tetapi, secara umum ini dialami juga oleh negara-negara lainnya," kata Agus.

Gubernur Bank Indonesia bersama para Deputi
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo (kedua kiri) didampingi Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara (kiri), Deputi Gubernur Erwin Rijanto (kanan) dan Deputi Gubernur Rosmaya Hadi bersiap memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor pusat BI, Jakarta (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Di pihak lain, pelemahan rupiah juga dipengaruhi kondisi ekonomi global. Menurut Deput Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo memastikan kondisi global masih memengaruhi depresiasi mata uang rupiah terhadap dolar AS hingga mendekati level Rp14.200-an.

"Kondisi global menarik pelemahan di mata uang regional, termasuk Indonesia," kata Dody saat ditemui di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin.

Dody mengatakan kondisi perekonomian di AS yang membaik telah menyebabkan adanya penguatan dolar AS terhadap mata uang di negara-negara berkembang.

Namun, ia memastikan bank sentral melakukan intervensi di pasar mata uang dan pasar Surat Utang Negara untuk menjaga stabilitas dan likuiditas.

"BI tetap berada di pasar dan menjaga stabilitas rupiah, meskipun tentunya kita tidak melawan arah pasar,'" ujar Dody.

Dody juga menegaskan tidak ada faktor domestik yang menyebabkan perlemahan rupiah, karena penyebab utama volatilitas mata uang adalah tekanan dari eksternal.

Pemaparan BI terkait nilai tukar Rupiah
Gubernur BI Agus Martowardojo (tengah) didampingi Direktur Eksekutif-Kepala Departemen Komunikasi Agusman (kiri) dan Deputi Gubernur Erwin Rijanto (kanan) menyampaikan paparan terkait perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Jakarta (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

"Tidak ada faktor domestik, yang menyebabkan rupiah melemah, tapi positifnya juga belum ada, netral. Di semua negara 'emerging' juga menunjukkan arah netral untuk domestik," ujarnya.

Dody mengatakan hal terpenting yang bisa dilakukan saat ini menjaga sentimen dan keyakinan para pelaku pasar agar rupiah tidak bergejolak terlalu dalam.

"Kini kembali ke masalah sentimen, keyakinan dan harus diperkuat. Komunikasi menjadi kuncinya," katanya.

Sebelumnya, nilai tukar Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, melemah 45 poin menjadi Rp14.178 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.133 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan penguatan dolar AS terjadi seiring dengan meredanya kekhawatiran pasar terhadap perang dagang antara AS dengan China.

Meredanya ketegangan perdagangan mendukung aset berdenominasi dolar AS dan dapat menjadi pertanda baik bagi ekonomi AS," katanya.

Ia menambahkan bahwa imbal hasil obligasi Amerika Serikat yang di atas level 3 persen untuk tenor 10 tahun juga masih menjadi salah satu faktor yang telah memicu permintaan dolar AS meningkat.(*)

Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Akhir Pekan Nilai Tukar Rupiah Ditutup Melemah Jadi Rp14.144 Per Dolar AS

#Rupiah Melemah #Rupiah Anjlok #Bank Indonesia #Agus Martowardojo
Bagikan
Ditulis Oleh

Eddy Flo

Simple, logic, traveler wanna be, LFC and proud to be Indonesian

Berita Terkait

Indonesia
Cadangan Devisa Indonesia Cukup Buat 6 Bulan Ekspor
Bank Indonesia terus meningkatkan sinergi dengan Pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 05 Desember 2025
Cadangan Devisa Indonesia Cukup Buat 6 Bulan Ekspor
Indonesia
Warga Makin Mudah Lakukan Pembayaran Digital, Transfer Capai Rp 25 Kuadriliun
Transaksi tersebut dengan volume mencapai 9,61 miliar transaksi sejak pertama kali diluncurkan pada Desember 2021 hingga September 2025.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 13 November 2025
Warga Makin Mudah Lakukan Pembayaran Digital, Transfer Capai Rp 25 Kuadriliun
Indonesia
Target RUU Redenominasi Rupiah Rampung 2027, BI Tegaskan Butuh Persiapan Matang
Redenominasi rupiah merupakan penyederhanaan jumlah digit pada pecahan rupiah tanpa mengurangi daya beli atau nilai tukar terhadap barang dan jasa.
Wisnu Cipto - Senin, 10 November 2025
Target RUU Redenominasi Rupiah Rampung 2027, BI Tegaskan Butuh Persiapan Matang
Indonesia
Surat Utang Global Bikin Cadangan Devisa Meningkat
Bank Indonesia menilai cadangan devisa ini mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 07 November 2025
Surat Utang Global Bikin Cadangan Devisa Meningkat
Indonesia
Banyak yang Belum Tahu, Ingat Transaksi QRIS di Bawah Rp 500 Ribu Gratis Biaya Admin
Kebijakan ini berlaku sejak Desember 2024. Sebelum aturan ini berlaku, pedagang dikenakan biaya Merchant Discount Rate (MDR) sebesar 0,3 persen untuk transaksi di atas Rp 100 ribu.
Wisnu Cipto - Jumat, 07 November 2025
Banyak yang Belum Tahu, Ingat Transaksi QRIS di Bawah Rp 500 Ribu Gratis Biaya Admin
Indonesia
Ekspor Dinilai Bagus, Tapi Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 5,5 Persen
Kebijakan makro prudensial dan sistem pembayaran tetap diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 03 November 2025
Ekspor Dinilai Bagus, Tapi Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 5,5 Persen
Indonesia
Legislator NasDem Rajiv Mangkir dari Panggilan KPK, Pemeriksaan Bakal Dijadwalkan Ulang
Anggota DPR RI dari fraksi NasDem, Rajiv, mangkir dari panggilan KPK terkait kasus dugaan korupsi dana CSR Bank Indonesia dan OJK.
Soffi Amira - Selasa, 28 Oktober 2025
Legislator NasDem Rajiv Mangkir dari Panggilan KPK, Pemeriksaan Bakal Dijadwalkan Ulang
Indonesia
Ramai Bantahan Jumlah Dana Pemda Mengendap, Menkeu Purbaya Lempar Tanggung Jawab ke BI
koordinasi terkait data simpanan pemda di bank merupakan kewenangan BI sebagai bank sentral.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 23 Oktober 2025
Ramai Bantahan Jumlah Dana Pemda Mengendap, Menkeu Purbaya Lempar Tanggung Jawab ke BI
Indonesia
Bantah APBD Jabar Parkir di Bank, Dedi Mulyadi Pegang Bukti Menkeu Pakai Data Lama dari BI
Dedi menjelaskan angka Rp 4,17 triliun yang dikutip Menkeu Purbaya merupakan data BI merujuk pada laporan keuangan per 30 September 2025, sehingga tidak mencerminkan kondisi terkini. Baca juga:
Wisnu Cipto - Kamis, 23 Oktober 2025
Bantah APBD Jabar Parkir di Bank, Dedi Mulyadi Pegang Bukti Menkeu Pakai Data Lama dari BI
Indonesia
BI Tahan Suku Bunga Acuan, Perang Tarif AS Bikin Ekonomi Dunia Melemah
Berbagai indikator menunjukkan kebijakan tarif AS memperlemah kinerja perdagangan global, tercermin dari melambatnya ekspor dan impor di sebagian besar negara.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 22 Oktober 2025
BI Tahan Suku Bunga Acuan, Perang Tarif AS Bikin Ekonomi Dunia Melemah
Bagikan