Ribuan Umat Buddha Ikuti Detik-detik Waisak di Borobudur


Sejumlah Bhiksu saat berlangsung Kagyu Monlam ke-9 di kompleks Candi Borobudur, Senin (24/4) malam.(ANTARA FOTO/Anis Efizudin)
Ribuan umat Buddha mengikuti detik-detik Waisak di pelataran Candi Borobudur sebelah barat pada Kamis, pukul 04.42.09 WIB.
Detik-detik waisak ditandai pemukulan lonceng tiga kali dan pemercikan air berkah "paritta jayanto" dan umat bersikap anjali.
Biksu Tadisa Paramita Mahasthavira dalam renungan Waisak mengatakan, peringatan Hari Tri Suci Waisak bukan hanya sekadar diadakan ritual Waisak untuk berdoa dan memohon saja.
Ia mengatakan, umat Buddha harus menyadari hakikat kebuddhaan dan menyerapnya, berjuang untuk kembangkan hati Buddha dan potensi kebuddhaan dalam diri masing-masing.
"Jangan mengabaikan dan menelantarkan hakikat kebuddhaan. Guru Agung Sang Buddha hanya mengajar dan menyadarkan saja, tetapi pengembangan dan praktik berpulang pada individual masing-masing. Berjuanglah dengan penuh semangat untuk meraih pencerahan dan mahabudi," katanya.
Bikhu Wongsin Labhiko dalam tuntunan sebelum meditasi Waisak menuturkan, kehidupan tidak cukup dengan keinginan dan waktu tidak cukup bagi kebutuhan. Dunia ini tidak ada persoalan bagi yang menjadi orang bijaksana.
"Dunia ini tidak ada persoalan apabila belajar mengetahui kenyataan, bahwa sesungguhnya dunia ini berkondisi tidak kekal adanya," katanya.
Oleh karena itu, katanya, jangan terlalu lekat dengan sesuatu, bahagia dan derita berbeda perasaan manusia, menderita karena melekat, bahagia karena lepas itulah jalan Buddha.
"Apabila ingin bahagia belajar untuk lepas jangan melekat, sesuatu yang dapat secara gratis adalah ketuarentaan, sesuatu yang harus dicari adalah nilai kehidupan manusia," katanya.
Wongsin mengatakan, nilai binatang diukur dari badannya, sedangkan nilai manusia diukur atau dihitung dari kebajikannya atau perbuatannya.
Ia mengajak umat Buddha pada Waisak tahun ini untuk menambah level objek umat Buddha dengan menjaga perbuatan menjadi baik sesuai dengan ajaran Guru Agung Sang Buddha Gautama. Dunia ini tidak ada yang baru selain pergerakan dan perubahan.
"Semua berubah, semua bergerak, tetapi perubahan pergerakan harus diambil. Ambil krisis menjadi kesempatan, jangan takut apabila hidup ini mengalami krisis atau susah. Dalam kesusahan itu adalah kesempatan yang terbuka untuk anda sekalian," katanya.
Ia mengatakan rela bersusah payah di masa awal adalah lebih baik dari pada jatuh miskin di belakang hari. Jangan berdoa saja, Sang Buddha mengajarkan praktik, jangan menunggu nasib baik, jangan terlambat bangun, jangan malu mencari nafkah.
"Jangan menghina bahwa untungnya sedikit, jangan menunggu nasib baik. Kalau menunggu nasib baik saja tidak mau kerja bukan Buddha. Umat Buddha bangun pagi mencari nafkah, jangan putus semangat, apabila anda sekalian hidup dalam keputusasaan itu adalah penggalian liang memandang diri sendiri," katanya.
Perayaan Waisak 2561 BE/2017 di Candi Borobudur ditutup dengan ritual pradaksina oleh para biksu dan umat dengan mengelilingi candi tiga kali searah jarum jam.
Sumber: ANTARA
Bagikan
Berita Terkait
Libur Panjang Waisak, KAI Group Layani Lebih dari 6,6 Juta Pelanggan

Perayaan Hari Raya Tri Suci Waisak 2569 BE di Wihara Ekayana Arama Jakarta

Dewan PSI DKI Ucapkan Hari Waisak: Merawat Kebhinekaan dengan Kasih Universal dan Perdamaian

Long Weekend Waisak, Kereta Whoosh Sudah Layani 22 Ribu Penumpang

Libur Waisak, Tol Jagorawi Arah Puncak Berlakukan Contraflow Sejak Minggu Pagi

Inspirasi Ucapan Hari Waisak 2025: Cocok untuk Media Sosial dan WhatsApp

Long Weekend Waisak, 142 Ribu Lebih Penumpang Gunakan Kereta Api untuk Mobilitas ke Luar Kota

Hadapi Long Weekend di Mei, KAI Tambah 9.948 Tempat Duduk per Hari

Kewajiban Batita Bayar Tiket Whoosh untuk Asuransi Ditiadakan Selama Libur Waisak

Ganjil Genap Jakarta Ditiadakan Saat Libur Waisak 2025
