Pakar Ungkap Jenis Masker Terbaik untuk Mencegah Virus


Sejumlah pakar memberikan pendapatnya tentang masker yang bak digunakan saat pandemi(Foto: Pixabay/ornaw)
SEJUMLAH pakar kesehatan menyarankan pemakaian dua masker. Ini karena varian baru Virus Corona kabarnya lebih mudah menyebar dibanding varian virus sebelumnya.
Sebagian dari para pakar kesehatan berpendapat, masyarakat sebaiknya mengenakan masker bedah, atau masker kain setelah masker bedah, atau pun masker N95 yang dipakai dengan baik.
Baca Juga:
Ketua Terpilih PB IDI sekaligus Ketua Tim Mitigasi COVID-19 PB IDI, Dr. Muhammad Adib Khumaidi menuturkan, bahwa dirinya tidak merekomendasikan masker kain, karena ketiadaan fungsi filtrasi.
"Kami tidak merekomendasikan masker kain karena fungsi untuk filternya tidak ada," jelas Dr. Adib
Lebih lanjut Dr. Adib mengatakan "(Kita) harus melihat kondisi di mana kita berada, kalau sebagai tenaga medis memang disarankan N95. Ini pun tidak boleh dipakai terus menerus."

Meski begitu, Adib mengingatkan, masker bedah atau N95 sebaiknya tidak digunakan lebih dari 4-5 jam. Karena, fungsi perlindungannya dapat menurun seiring waktu pemakaian.
Masker sejatinya menghalangi partikel air liur yang keluar dari mulut dan hidung. Diyakini partikel-partikel tersebut bisa membawa virus COVID-19 dari satu orang ke orang lainnya. Jadi, memakai masker sangat membantu untuk menghentikan penyebaran virus berbahaya tersebut.
Baca Juga:
Seperti dilansir ANTARA, menurut Scientific American, dari sisi perlindungan masker N95 lebih baik memblokir, setidaknya 95% partikel kecil di udara. Termasuk partikel berdiameter tiga persepuluh mikron.
Sementara itu, masker kain berguna untuk melindungi orang lain, dengan menjaga partikel-partikel itu keluar dari udara. Tujuan pemakaiannya agar tetesan infeksi di udara tidak sampai hidung atau mulu.
Kemudian, untuk masker bedah, menurut tinjauan studi dalam jurnal The Lancet pada Juni 2020, bisa memblokir lebih sedikit partikel terkecil. Tetapi menawarkan lebih banyak perlindungan bagi pemakainya, daripada masker kain satu lapis.

Menurut Ketua Umum Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (PERSAKMI) sekaligus epidemiolog Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Ridwan Amiruddin, dalam prinsipnya mengenakan masker kain tiga lapis dengan tingkat kerapatan benang tinggi itu tidak salah.
Pada beberapa kasus, masker kain berkualitas lebih bagus bisa menyaring hampir 50% partikel halus, yang berdiameter kurang dari 1 mikron.
Seperti yang diketahui, virus corona berdiameter sekitar 0,1 mikron. Memiliki karakter aerosol yang berukuran lebih kecil dari 5 mikron dan tetesan yang lebih besar.
Mengenai rekomendasi masker, menurut Popular Science, masyarakat umum sebaiknya mengenakan masker kain setelah masker bedah, bisa menjadi pilihan terbaik. (Ryn)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
