Rekayasa Bioproses Tingkatkan Produktivitas Agroindustri
Institut Pertanian Bogor. (Facebook/Bogor Agricultural University Official)
MerahPutih.Com - Agroindustri menjadi salah satu produk unggulan dalam sektor pertanian modern. Namun sayangnya, pengembangan agroindustri masih terkendala sejumlah faktor.
Demi meningkatkan produktivitas agroindustri, Guru besar Fakultas Teknologi Pertanian IPB Prof Djumali mengenalkan rekayasan bioproses untuk meningkatkan nilai tambah produk agroindustri yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Djumali dalam orasi guru besar IPB di kampus Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (24/2), mengatakan tantangan bagi agroindustri di Indonesia adalah bagaimana dapat meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian, sekaligus menjadi produk unggulan yang mampu berdaya saing di pasar domestik dan global.
"Penggunaan dan penerapan teknologi proses merupakan suatu persyaratan untuk meningkatkan nilai tambah produksi pertanian secara kompetitif di pasar global," katanya.
Ia menjelaskan bioidustri merupakan industri yang menerapkan sistem proses atau pengubahan (transformasi) hayati, termasuk agroindustri yang menerapkan biokteknologi. Beberapa contoh agroindustri bioteknologi yang prospektif untuk dikembangkan antara lain agroindustri berbasis pati dan turunannya.
Contoh lainnya agroindustri minuman penyehat dan probiotik, agroindustri bahan tambahan, wewangian dan enzim, bioindustri hasil perkebunan, bioindustri kelautan, dan perikanan, biopolymer, agrobiofarmaka, pakan dan industri bioenergi.
Ia menyebutkan rekayasan bioproses untuk peningkatan nilai seperti inulin dari umbi dahlia sebagai salah satu bentuk peningkatan nilai tambah agroindustri. Inulin merupakan substrat dengan kandungan fruktosa yang tinggi.
"Rendeman tepung inulin diperoleh dari umbi dahlia sebesar 48,20 persen dengan kadar inulin mencapai 80,09 persen," kata Djumali sebagaimana dilansir Antara.
Memperoleh inulin, lanjutnya didapat dari proses lebih lanjut secara enzimatis untuk produksi FOS (frukto-oligosakarida) atau fruktosa.
Menurutnya penelitian tentang metode ekstraksi inulin dari tanaman lokal seperti pandan, dan buah merah dari Papua masih berlangsung saat ini.
Bioproses agroindustri lainnya yakni siklodekstrim dari pati. Pengembangan proses ini dilakukan dengan menggunakan sel utuh bakteri yang mempunyai aktivitas siklodekstrin.
"Rekayasa bioproses untuk agroindustri ramah lingkungan ada pada produksi alanin dari limbah cair pengolahan kelapa sawit," katanya.
Berikutnya biosurfaktan yang dapat menjadi salah satu alternatif untuk menggantikan surfaktan kimiawi.
Rekayasa bioproses untuk pengembangan agroindustri berkelanjutan sangat potensial di Indonesia sebagai negara yang memiliki sumberdaya alam terbarukan, berupa tanaman (biomassa), mikroba, air, angin dan samudera.
"Contohnya produksi bioetanol," katanya.
Djumali menambahkan strategi pengembangan bioproses dilakukan melalui tiga tahapan yakni penelitians kala laboratorium, skala 'pilot plant', serta pengambangan di skala industri.
"Hasil dari kajian kinerja proses yang diperoleh pada skala pilot plant dan hasil analisis kelayakan ekonomi, menjadi asar diterapkannya bioproses pada skala industri, “ pungkas Prof Djumali.(*)
Bagikan
Berita Terkait
Prabowo Lantik Rektor IPB Jadi Kepala BRIN, Dwiarso Budi Santiarto Jadi Wakil Ketua MA
Indonesia Setop Impor Jagung Sepanjang 2025, Mentan Amran Pamer Lonjakan Produksi Beras Tertinggi Sepanjang Sejarah
Peneliti IPB Ungkap Strategi Cerdas Tekan Karhutla dengan Padukan AI dan Keterlibatan Masyarakat
Guru Besar IPB: Penurunan Tarif Impor AS Harus Diikuti Konsistensi Kedua Negara
Durian Tembaga Super Klamunod Resmi Diakui Buah Endemik Khas Bangka Barat
Pemerintahan Prabowo Diminta Evaluasi Kebijakan Pertanian Demi Wujudkan Kedaulatan Pangan
Legislator Nilai Konflik Agraria jadi Batu Sandungan Kedaulatan Pangan
Legislator Minta Pemerintah Tingkatkan Kualitas Sektor Pertanian
IPB Turun Tangan Atasi Kemacetan Dramaga Bogor Imbas Pengembangan Kampus
Anies Janjikan Penyederhanaan Tata Kelola Pupuk