Radikalisme dan Terorisme Resahkan Kehidupan Berbangsa
Rektor Universitas Mahendradatta Denpasar Dr Putri Anggreni (Foto: universitasmahendradatta.ac.id)
MerahPutih.Com - Rektor Universitas Mahendradatta Bali, Dr. Putri Anggreni mengatakan isu gerakan radikalisme dan terorisme di Indonesia tidak lagi merebak sebagai wacana, tetapi sudah taraf meresahkan kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Gerakan radikalisme dan terorisme sudah sangat meresahkan kehidupan berbangsa di Indonesia, karena itu perlu kesamaan persepsi dalam mencegahnya gerakan tersebut masuk lewat sekolah maupun kampus perguruan tinggi," kata Putri Anggreni dikonfirmasi, di Denpasar, Jumat (28/7).
Dengan adanya fenomena tersebut, maka kalangan akademisi membuat beberapa perwakilan dari berbagai universitas yang diwakili oleh rektor, wakil rektor, dan ketua yayasan, organisaisi pemuda dan organisasi kemasyarakatan bertemu di Museum Bung Karno, Universitas Mahendradatta, Denpasar untuk melakukan "Rembug Nasional" pada Kamis (27/7).
Dalam pertemuan bertajuk "focus group discussion (FGD)" tersebut, kata dia, para peserta membahas cara mengantisipasi fenomena radikalisme dan terorisme itu.
"Di tempat ini bisa merasakan spirit perjuangan para pahlawan bangsa tempo dulu. Bagaimana perjuangan mereka untuk melakukan gerakan untuk kemerdekaan bangsa dari penjajah," ucap Putri Anggreni.
Putri Anggreni menegaskan, dukungan terhadap pertemuan ini karena melihat kenyataan bahwa masyarakat Indonesia masih saja ada, dan mungkin juga dalam jumlah skala besar yang sangat mudah terprovokasi maupun terpengaruh dengan paham dan ideologi terorisme dan radikalisme.
"Mereka sangat mudah terprovokasi untuk merongrong kebangsaan dan kenegaraan, yang mana tumbuh dan digali dari nilai-nilai dan budaya sendiri. Kenyataan ini seharusnya semua perguruan tinggi dapat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa," ucapnya.
Pertemuan FGD dihadiri sekitar 79 rektor dari 79 perguruan tinggi yang tersebar di 12 provinsi yang semuanya sudah bersedia untuk menjadi "steering comittee" dan pengundang untuk mendeklarasikan pertemuan rektor se-Indonesia. FGD ini merekomendasikan agar "SC" minimal di isi oleh 150 perguruan tinggi.
Sementara itu, Rektor Universitas Mpu Tantular Jakarta, Mangasi Panjaitan menggarisbawahi agar gerakan para rektor bisa menghadirkan seluruh rektor di Indonesia.
"Di Indonesia ada 4.350 perguruan tinggi, dan kami berharap pertemuan tersebut bisa dihadiri seluruh rektor atau ketua perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, besar atau kecil karena masalah yg sekarang dihadapi tidak bisa diselesaikan sendiri-sendiri," katanya.(*)
Sumber: ANTARA
Bagikan
Berita Terkait
Pakar Ungkap Dua Kunci Kerentanan Anak di Ruang Digital yang Bisa Dimanfaatkan Jaringan Terorisme
Polisi Dalami Pola Perekrutan Anak di Game Online Buat Aksi Terorisme
Polisi Bongkar Sindikat Teroris ‘ISIS’ Perekrut Anak-Anak, Lakukan Propaganda via Gim Online sampai Medsos
110 Anak Diduga Direkrut Teroris, Gunakan Video Pendek, Animasi, Meme, dan Musik Propaganda
Kapolda Metro Minta Pelajar Jadi Tangan Kanan Polisi Cegah Bully & Radikalisme di Sekolah
Densus 88 Ungkap Fakta Baru Kasus Ledakan SMAN 72, Pelaku Kerap Akses Situs Darknet
Astaga! Isi Rumah Siswa Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Bikin Merinding, Ada Serbuk yang Diduga Jadi 'Kunci' Balas Dendam Perundungan
Operasi Luka Kepala Sukses, Terduga Pelaku Peledakan SMA 72 Mulai Sadar dan Dapat Penjagaan Ekstra Ketat
Ledakan Terjadi SMAN 72 Jakarta Belum Terindikasi Aksi Terorisme
Polisi Mulai Terpapar Radikalisme, As SDM Kapolri Waspadai Fenomena Polisi Cinta Sunah