Puluhan Terduga Teroris Ditangkap Pasca Penusukan Wiranto


Anggota Polres Cirebon saat mengamankan rumah terduga teroris YF ketika digeledah. (ANTARA/Khaerul Izan)
MerahPutih.com - Mabes Polri menangkap sebanyak 22 terduga teroris karena diduga terlinat penyerangan terhadap Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto. Para terduga teroris ditangkap di delapan provinsi.
Delapan provinsi itu adalah Banten, Jawa Barat (Jabar), Bali, Jambi, Jakarta, Sulawesi Tengah (Sulteng), Sulawesi Utara (Sulut), dan Lampung. Data penangkapan itu tercatat pada 10-14 Oktober.
Baca Juga:
Aksi Teroris Tikam Wiranto Jadi Tamparan Keras untuk Intelijen
"Pelaku dilakukan preventive strike atau penegakan hukum," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Senin (14/10).

Dedi menambahkan, kelompok-kelompok teroris itu memiliki ciri khas berbaiat ke ISIS dan memiliki tujuan hidup melakukan aksi teror. Dalam merencanakan serangan, mereka bergerak sendiri-sendiri.
"Kalau dia mampunya amaliyah pakai senjata tajam, ya pakai senjata tajam saja," sambung Dedi
Dedi menuturkan, Densus 88 terus mengembangkan penyidikan untuk memperkecil kemungkinan aksi dari kelompok-kelompok teroris.
"Dari Densus masih ada di lapangan. Selain mengembangkan kasus, Densus juga melakukan langkah-langkah mitigasi maksimal supaya kelompok teroris tersebut tidak berhasil melakukan amaliyahnya," ujar Dedi.
Baca Juga:
Ma'ruf Amin Minta NU dan Muhammadiyah Dilibatkan dalam Penanganan Terorisme
Dedi menggambarkan penyebaran kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) lebih masif dibanding kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI).
Hal tersebut lantaran JAD membangun sistem yang terstruktur di dunia maya, yaitu media sosial.
"JAD tidak terstruktur di lapangan, beda dengan JI yang terstruktur di lapangan. Mereka terstrukturnya secara virtual," kata Dedi

Dedi menyebut JAD membangun sistem komunikasi virtual yang intens dengan simpatisan dan anggotanya. Dalam kelompok ini, anggota yang hendak melakukan amaliyah akan memberi kabar terlebih dahulu lewat aplikasi media sosial, salah satunya Telegram.
"Kalau mau melakukan amaliyah, mereka akan sampaikan di Telegram maupun media sosial lainnya, misalnya 'Saya akan melakukan amaliyah pada hari ini', tanpa menyebut lokasinya dan jam berapa," jelas Dedi.
Rangkaian panjang penangkapan dilakukan sejak Maret 2019. Polisi menyebut jaringan JAD ini punya afiliasi dengan pemberontak di Timur Tengah, ISIS. (Knu)
Baca Juga:
Tangkap Terduga Teroris di Bekasi, Densus Sita Buku ISIS dan Panduan Jihad
Bagikan
Berita Terkait
785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta

ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris

ASN Kemenag dan Dinas Pariwisata Aceh Ditangkap Densus 88 Antiteror Polri

Terungkap, Penghubung Teroris dengan Penyedia Dana dan Logistik Selama Ini Bersembunyi di Bogor

BNPT Beberkan 4 Sistem Deteksi Dini Cegah Terorisme di 2026

Pemerintah Bakal Coret Penerima Bansos yang Terbukti Terlibat Pendanaan Terorisme Hingga Tipikor

20 Orang Tewas dalam Serangan Bom Bunuh Diri di Gereja Suriah

Email Misterius Ancam Ledakkan Pesawat Haji, Densus 88 Koordinasi dengan Otoritas Arab Saudi

Remaja 18 Tahun Ditangkap Densus 88, Diduga Sebarkan Propaganda ISIS dan Ajakan Teror

Kim Jong-un Perintahkan Militer Korut Siaga Perang Total Sikapi Kebijakan AS
