Puluhan Daerah Masuk Kategori Rawan Pangan
                Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi. (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Badan Pangan Nasional (Bapanas) membuat laman sistem peringatan dini kerawanan pangan dan gizi (SKPG) dengan akses kepada pemerintah provinsi serta 514 pemerintah kabupaten dan kota, untuk memasukkan tiga aspek data ketahanan pangan sebagai langkah antisipasi masalah pertanian dan peternakan.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyampaikan, dampak El Nino yang dapat membuat kekeringan panjang bisa mengakibatkan pertanian dan peternakan terganggu, sehingga kecukupan pangan perlu diantisipasi.
Baca Juga:
BMKG Sebut Puncak El Nino Berdampak pada Kekeringan dan Ketahanan Pangan
"Data yang ada di dalamnya adalah data dari daerah yang diinput oleh bapak, ibu bagian urusan pangan di daerah," ujar Arief.
Pemerintah daerah dan masyarakat umum dapat melihat perkembangan SKPG ini berbasis website yang dapat diakses melalui skpg.badanpangan.go.id, dan secara periodik menghasilkan data status rawan pangan dan gizi baik secara nasional, provinsi maupun kabupaten kota.
Arief menyebut, di dalam SKPG terdapat tiga aspek yang ada di dalamnya itu ketersediaan pangan menyangkut luasan lahan, puso atau gagal panen, lalu keterjangkauan pangan yakni daya beli masyarakat dan pemanfaatan pangan mengenai kandungan gizi yang dinilai dari berat badan (BB) balita Indonesia.
Selain penyediaan website, untuk dapat memberi peringatan dini kerawanan pangan, perlu orang-orang yang memang mengerti tentang pangan di daerah masing-masing.
Dinas-dinas urusan pangan dapat memasukkan data pangan daerah yang bisa dilihat secara nasional, sehingga ketika ada daerah berlebih ketersediaannya akan dapat memasok yang kekurangan.
Ia berharap, sosialisasi yang melibatkan semua perwakilan pemerintah provinsi, kabupaten dan kota mengemas dan menjalan program makan enak, makan sehat, makan B2SA yaitu beragam, bergizi seimbang, dan aman, serta yang terakhir habiskan.
Program tersebut untuk menjaga aspek pertama, yaitu ketersediaan pangan di daerah produsen maupun konsumen. Masyarakat diharapkan dapat menerima keberagaman konsumsi dan tidak membuang-buangan ketersediaan pangan.
Saat ini, kata ia, terdapat 74 daerah yang masuk dalam kategori rawan pangan, sebagian besar berada di Indonesia bagian timur. Kerawanan pangan pun telah terpetakan di Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan atau Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA).
Pada sisi lain, hasil produksi pangan Indonesia rata-rata terbuang 30 persen karena berbagai faktor. Oleh karena itu, kata Arief, sistem peringatan dini kerawanan pangan ini dapat digunakan sebagai pencegahan.
"Kami ajak pemerintah daerah melalui dinas-dinas urusan pangan dapat menjaga kerawanan pangan dengan data dan pengetahuan yang cukup di SDM," katanya. (*)
Baca Juga:
BUMN Pangan Bakal Dapat Suntikan Kredit Rp 3 Triliun
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Stok 10 Bahan Pangan di Jakarta Diklaim Aman, Cukup Untuk 2 Bulan ke Depan
                      Harga Beras di Penggilingan Jawa Barat Merangkak Naik, Nilai Tukar Petani Juga Meningkat
                      ID FOOD Gelontorkan Rp 1,75 Triliun Buat Serap dan Stabilkan Harga Gula Petani
                      Kabar Gembira di Akhir Pekan! Harga Beras Medium dan Cabai Rawit Merah Kompak Anjlok Signifikan
                      Harga Pangan Hari Ini, 25 September 2025: Beras, Cabai, Hingga Minyak Goreng Turun Drastis
                      Pemprov DKI Jelaskan Alasan Kenaikan Harga Cabai pada Pekan Ketiga September
                      Harga Telur Melonjak 32 Persen, Alasanya Harga Jagung Naik dan Produksi Minus
                      Harga Gula di Tingkat Produsen Rendah, BUMN ID FOOD Percepat Pembelian
                      Harga Pangan Hari Ini Selasa (23/9): Beras & Daging Kompak Turun, MinyaKita Naik Tipis
                      Harga Komoditas Pangan Hari Ini, Kamis 18 September 2025: Beras, Minyak dan Cabai Makin Terjangkau