Pro Kontra Asas Tunggal Pancasila

Zaimul Haq Elfan HabibZaimul Haq Elfan Habib - Jumat, 01 Juni 2018
Pro Kontra Asas Tunggal Pancasila

Ilustrasi. Massa Golkar, (Foto/photobucket)

Ukuran:
14
Audio:

PEMILIHAN Umum (Pemilu) serentak tahun 1982 segera berlangsung. Para petinggi juga simpantisan partai sedang sibuk-sibuknya mengatur strategi. Tiga partai peserta, Golongang Karya (Golkar), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), masing-masing menampilkan jargon-jargon khas dengan tema ideologi.

"Ka`bah di Mekkah, beringin di Indonesia," seru simpatisan PPP. Dengan nada agak mengejek tentang problem ketimpangan ekonomi mereka juga menyeru, "Di atas Golkar, di bawah Ka`bah, bos pilih Golkar, pekerja pilih PPP".

Gokar sebagai representasi Orde Baru pun beroleh serangan jargon-jargon PDI. "Dua pahlawan republik, Soekarno Sang Proklamator, Soeharto mengisinya!".

Pemilu 1982 sangat kental nuansa ideologis. Ketiga partai merupakan representasi pemerintahan Orde Baru, kekuatan politik Islam, dan Nasionalis Bung Karno. "Kampanye Pemilu 1982 berpola pada pemakaian simbol-simbol bersifat ideologis," tulis Iva Maduretna Soejo pada "Asas Tunggal dan Referendum: Telaah atas Ketetapan MPR 1983".

Gesekan tak semata membumbung di jargon-jargon, melainkan berubah bentrok ketika kedua masa berselisihan di jalan. Pada 18 Maret 1982, massa Partai Golongan Karya (Golkar) menguningi Lapangan Banteng, Jakarta. Mereka masih menunggu kehadiran Ali Murtopo, Juru Kampanye partai berlogo beringin tersebut.

soeharto
Presiden Soeharto sedang berpidato. (qurancloud.id)

Mulanya kampanye berjalan damai. Situasi berubah panas setelah massa Partai Persatuan Pembangunan (PPP) melintas. Kedua kubu saling mencela. Tak lama Batu-batu berhamburan. Massa Golkar terpancing, dan mulai meloncat ke jalan mengejar para pendukung PPP.

Fikrul Hanif Sufyan dalam buku Sang Penjaga Tauhid: Studi Protes Tirani Kekuasaan 1982-1985, menegaskan kejadian di atas menjadi pangkal wacana Asas Tunggal Pancasila.

“Awal lahirnya wacana Asas Tunggal Pancasila, bermula dari bentrok fisik antara massa pendukung PPP dengan Golkar di Lapangan Banteng Jakarta,” tulis Fikrul. Penguasa saat itu, Orde Baru, beranggapan Asas Tunggal Pancasila menjadi senjata ampuh untuk mencegah konflik ideologi.

Rentetan peristiwa sedari Prahara 1965 hingga Peristiwa Woyla menjadi alasan mujarab Orde Baru meneguhkan keadaan genting ancaman ideologi negara. Bentrok Golkar dan PPP hanya trigger dari rentetan panjang tersebut. Asas Tunggal Pancasila bertujuan agar negara terhindar dari paham atau ideologi Komunis dan Islam radikal.

Benar saja, satu tahun usai kejadian itu, pada 1983, Soeharto acap menegaskan pentingnya setiap kekuatan sosial politik menerima Asas Tunggal Pancasila. Dalam beberapa forum besar, seperti Halal-bihalal dengan Perwira ABRI 17 Juli 1983, rapat pusat Pepabri 26 Juli 1983, serta kunjungan KNPI 20 September 1983, The Smilling General selalu mengulang betapa ideologi Komunisme dan Islam radikal bisa ditepis menggunakan Asas Tunggal Pancasila.

Mulai saat itu, segenap lini pemerintahan dan pejabat negara Indonesia ikut mensosialisasikan gagasan tersebut. Menteri Agama kala itu, Munawir Sjadzali mensosialisasikan hal tersebut dalam rapat kerja Majelis Ulama Indonesia (MUI), 5 Maret 1984. Menurutnya, tak ada alasan umat Islam menolak gagasan tersebut.

Kontra

Ilustrasi PPP. (Foto/archives.portalsatu.com)
Ilustrasi PPP. (Foto/archives.portalsatu.com)

Kalimat Menag Syadzali ternyata jauh panggang dari api. Di lapangan, organisasi-organisasi Islam tak bisa menerapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas sepeti bunyi penjelasan UU Nomor 3/1985.

Nahdlatul Ulama (NU) juga bersikeras menolak. Saat Sidang Umum MPR 1978 ketika Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) diwicarakan, NU menentang usulan program pemerintah untuk melakukan indoktrinasi ideologi negara, Pancasila.

Sikap NU ternyata tidak bulat. Beberapa tokoh mencoba mencari jalan tengah. KH As'ad Syamsul Arifin mendatangi langsung Presiden Soeharto di kediamannya di Jalan Cendana untuk mempertanyakan polemik Asas Tunggal Pancasila.

Pertemuan itu menemui hasil. Akhirnya, pada Muktamar NU ke-27 di Situbondo pada 1984. Mereka resmi mendukung Asas Tunggal Pancasila.

“Muhammadiyah terkesan sangat berhati-hati dan menunggu disahkannya asas tunggal oleh DPR,” kata Fikrul Hanif.

Perseteruan tajam bahkan terjadi di internal Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI). Sebagian mereka setengah terpaksa menerima gagasan tersebut, tapi sebagian lainnya tetap menolak. Kelompok HMI penolak gagasan itu lalu membentuk HMI tandingan, dikenal sebagai HMI Majelis Penyelamat Organisasi (MPO).

Pelajar Islam Indonesia (PII) dan tokoh-tokoh Islam macam Deliar Noer, A.M. Fatwa, dan Sjafrudin Prawiranegara, berbasis di Sumatera juga berang dengan ketetapan tersebut. Akhirnya, pada 17 April 1987 PII akhirnya dibubarkan karena tak mendapat izin.

Deliar Noer pada Beberapa Masalah Politik, menilai asas tunggal partai menafikan kebinekaan masyarakat yang berkembang menurut keyakinan masing-masing, mengandung paksaan, menafikan hubungan agama dengan politik untuk mendorong sekulerisasi politik, menutup argumentasi, dan menghalangi kemungkinan perkembangan paham-paham atau tiadanya tantangan alternatif pemikiran dalam pembinaan dan pembangunan negara. (*) Zaimul Haq Elfan Habib

#Pancasila
Bagikan
Ditulis Oleh

Zaimul Haq Elfan Habib

Low Profile

Berita Terkait

Indonesia
Penetapan Hari Kebudayaan Nasional 17 Oktober Diklaim Tidak Terkait Dengan Hari Ulang Tahun Presiden Prabowo
Hasil kajian tersebut menghasilkan 17 Oktober dipilih sebagai momentum yang tepat sebagai tanggal peringatan Hari Kebudayaan yang bertepatan dengan lahirnya satu dari empat pilar yaitu Pancasila, NKRI, UUD 945 dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 18 Juli 2025
Penetapan Hari Kebudayaan Nasional 17 Oktober Diklaim Tidak Terkait Dengan Hari Ulang Tahun Presiden Prabowo
Indonesia
Lagu Indonesia Raya dan Pembacaan Naskah Pancasila Diputar Setiap Hari di Kabupaten Bogor
Rudy juga meminta Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor, dan Kkantor Cabang Dinas (KCD) Wilayah I Jawa Barat untuk meneruskan instruksi tersebut ke seluruh sekolah dan lembaga pendidikan tinggi
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
 Lagu Indonesia Raya dan Pembacaan Naskah Pancasila Diputar Setiap Hari di Kabupaten Bogor
Indonesia
DPR Mulai Cari Masukan dan Pandangan Buat Bahas RUU BPIP
Baleg DPR RI akan mempercepat jalannya pembahasan RUU BPIP dalam beberapa hari ke depan agar dapat segera rampung pada pembahasan Tingkat I.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 09 Juli 2025
DPR Mulai Cari Masukan dan Pandangan Buat Bahas RUU BPIP
Indonesia
Pembubaran Retret Pelajar Kristen di Sukabumi Cederai Pancasila, DPR Desak Semua Pelaku Ditangkap
Warga yang melakukan pembubaran beralasan rumah itu dijadikan tempat ibadah tanpa izin.
Wisnu Cipto - Selasa, 01 Juli 2025
Pembubaran Retret Pelajar Kristen di Sukabumi Cederai Pancasila, DPR Desak Semua Pelaku Ditangkap
Indonesia
Prabowo-Mega Mesra Saat Upacara Hari Pancasila, Jokowi Absen karena Alergi
Teka-teki absennya Jokowi saat upcara Hari Pancasila terjawab
Wisnu Cipto - Selasa, 03 Juni 2025
Prabowo-Mega Mesra Saat Upacara Hari Pancasila, Jokowi Absen karena Alergi
Indonesia
Ingatkan Pancasila Bukan Slogan, Prabowo Imbau Pejabat: Jangan Anggap NKRI Bisa Ditipu
Prabowo yakin Indonesia bisa tumbuh kuat jika bersih dari korupsi, manipulasi, dan penipuan
Wisnu Cipto - Senin, 02 Juni 2025
Ingatkan Pancasila Bukan Slogan, Prabowo Imbau Pejabat: Jangan Anggap NKRI Bisa Ditipu
Indonesia
Prabowo: Tidak Boleh Ada Kemiskinan di Indonesia
Prabowo berpandangan Indonesia adalah bangsa besar dengan kekayaan luar biasa
Wisnu Cipto - Senin, 02 Juni 2025
Prabowo: Tidak Boleh Ada Kemiskinan di Indonesia
Indonesia
Momen Akrab Prabowo-Megawati di Hari Pancasila, Presiden Sampai Pindah Kursi
Prabowo bahkan sempat berpindah tempat duduk, mendekat dan duduk tepat di sebelah Megawati
Wisnu Cipto - Senin, 02 Juni 2025
Momen Akrab Prabowo-Megawati di Hari Pancasila, Presiden Sampai Pindah Kursi
Indonesia
Prabowo Tuding Asing tidak Mau Indonesia Maju, Biayai LSM Adu Domba Bangsa
Kepala Negara menegaskan pentingnya menjaga persatuan nasional di tengah ancaman adu domba dari pihak luar.
Wisnu Cipto - Senin, 02 Juni 2025
Prabowo Tuding Asing tidak Mau Indonesia Maju, Biayai LSM Adu Domba Bangsa
Indonesia
Upacara Hari Pancasila, Lalu Lintas di Sekitar Gedung Pancasila Dialihkan
Ruas jalan yang terdampak meliputi Jalan Banteng Barat, Jalan Taman Pejambon, dan Jalan Kwini II. Pengendara baik roda dua maupun roda empat disarankan mencari rute alternatif guna menghindari kemacetan.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 02 Juni 2025
Upacara Hari Pancasila, Lalu Lintas di Sekitar Gedung Pancasila Dialihkan
Bagikan