Polusi Udara Gila-gilaan, India Tetapkan Status Darurat


Kendaraan bergerak di tengah kabut asap tebal di Delhi, India, Rabu (8/11). (ANTARA FOTO/REUTERS/Cathal McNaughton)
MerahPutih.Com - Polusi udara yang melanda kota New Delhi menyebabkan pemerintah India menetapkan status darurat di wilayah tersebut. Sudah tiga hari, pencemaran udara yang ditandai kabut beracun menutup kota New Delhi sehingga tingkat polutan terus bertambah setiap jamnya.
Berdasarkan pengukuran polutan oleh kedutaan Amerika Serikat menyatakan zarah PM 2.5 menunjukan level 608 pada pukul 10.00 waktu setempat. Sementara batas amannya 50.
PM 2.5 adalah zarah sekitar 30 kali lebih halus daripada rambut manusia. Partikel tersebut dapat dihirup ke dalam paru-paru, menyebabkan serangan jantung, strok, kanker paru-paru dan penyakit pernapasan.
Beberapa warga mengeluhkan sakit kepala, batuk dan mata perih. Banyak rumah tinggal dan restoran di beberapa bagian kota yang paling ramai menjadi sepi.
Sejumlah pemerhati lingkungan sebagaimana dilansir Antara menuding pembakaran lahan pertanian secara ilegal di sekitar New Delhi menjadi penyebab timbulnya kabut beracun. Kondisi ini diperparah lagi dengan gas kendaraan umum dan polusi dari pembangunan konstruksi dan jalan.
"Saya ingin meyakinkan masyarakat bahwa pemerintah pusat harus melakukan segala sesuatu yang memungkinkan untuk menghasilkan perbaikan kualitas udara di Delhi, serta Wilayah Ibu Kota Nasional," ujar menteri lingkungan federal Harsh Vardhan, Kamis (9/11) saat pihak berwenang menghadapi kritik akibat gagal mengambil langkah mengatasi masalah yang muncul tiap tahunnya.
Kabut asap menutupi Gerbang India, tugu peringatan perang di pusat kota, di mana Pangeran Charles dan istrinya Camilla akan memberikan penghormatan dalam perjalanan dua hari yang berakhir pada Kamis.
Sekolah ditutup seminggu dan pada Rabu malam, pemerintah kota mengumumkan serangkaian tindakan untuk mencoba membersihkan udara.
Truk niaga dilarang bepergian keluar kota, kecuali jika mereka mengangkut barang penting. Semua pembangunan dihentikan dan biaya parkir, yang mencapai empat kali lipat, memaksa penduduk menggunakan kendaraan umum.
Departemen pengangkutan Delhi mengatakan akan mengambil keputusan memberlakukan skema ganjil-genap pada kendaraan bermotor guna mengurangi polusi dan kemacetan.
Namun, para ahli mengatakan bahwa tindakan tersebut tidak mungkin segera dilakukan.
"Terdapat pemikiran dari kami bahwa Anda mungkin memerlukan hujan buatan atau beberapa hal untuk membersihkan udara seperti ini," ujar Dr. Vivek Nangia, seorang ahli paru di rumah sakit Fortis di Delhi.(*)
Bagikan
Berita Terkait
Banjir Bandang Tewaskan Sedikitnya 200 Orang di India dan Pakistan

Kebakaran makin Berkecamuk, Yunani, Spanyol, dan Portugal Berpacu Padamkan Api saat Uni Eropa Tingkatkan Bantuan Lintas Negara

Eropa Selatan Dilanda Kebakaran Hutan, Suhu Ekstrem Tembus 40 Derajat Celsius

Biaya Padamkan Karhutla Mahal, Satu Menit Penerbangan Habiskan Rp 300 Juta

Prancis Alami Kebakaran Hutan Terbesar Musim Panas ini, Areanya Lebih Luas daripada Kota Paris

Banjir Bandang India, Pemerintah Peringatkan Warga Cuaca Buruk masih Berlanjut

Peneliti IPB Ungkap Strategi Cerdas Tekan Karhutla dengan Padukan AI dan Keterlibatan Masyarakat

Banjir Bandang India, Lebih dari 100 Orang masih Hilang

Banjir Bandang Menyapu India, 4 Tewas dan Puluhan Orang Terjebak dalam Puing

Buka Lahan dengan Cara Membakar Kini Dilarang, Pemerintah: Gunakan Teknologi yang Modern
