Politik Etis dan Realitas Pribumi


Bendungan Lama Pamarayan Banten . (Foto: deppu.go.id)
MerahPutih Budaya - Pada saat Belanda menjadikan Nusantara sebagai wilayah jajahannya, banyak arsitektur dibangun untuk kepentingan menjalankan pemerintahan. Sebelum 1905, arsitektur dibangun menelan bulat-bulat gaya Belanda, setelah 1905 Belanda memberlakukan kebijakan otonomi daerah yang merangsang pertumbuhan pembangunan yang pesat di 32 kota di Nusantara.
Pada tahun 1901, muncul gagasan dari van Deventer agar Belanda memberlakukan politik etis (politik balas budi), di mana bangunan dan kebijakan dibuat tidak hanya untuk kepentingan Belanda saja, tetapi juga untuk kepentingan pribumi nusantara yang kekayaannya diangkut untuk keuntungan kerajaan Belanda.
(Politik etis Belanda. Sumber: Tim Ahli Cagar Budaya DKI Jakarta)
Tiga hal yang menjadi pijakan politik etis adalah irigasi, yaitu membangun sistem pengairan untuk pertanian pribumi. Emigrasi, yaitu transmigrasi membuka lahan pertanian baru. Dan edukasi, yaitu memperluas pendidikan bagi pribumi.
Arkeolog Universitas Indonesia Candrian Attahiyat mengatakan, meskipun politik etis dihembuskan oleh van Deventer dengan niatan mulia, namun pada praktiknya tetap saja keuntungan hanya untuk Belanda semata.
(Sekolah bangunan Belanda. Saat ini markas Korem 064/Maulana Yusuf, Banten. Foto: Tim Ahli Cagar Budaya DKI Jakarta/KITLV)
"Ternyata politik etis menyimpang dari janji, irigasi dibangun untuk kepentingan Belanda, transmigrasi pribumi justru dipekerjakan pada pertanian milik Belanda, bukan memberikan lahan pertanian untuk pribumi, sementara itu edukasi hanya untuk pribumi pegawai Belanda atau keturunannya," jelasnya, di Museum Nasional Provinsi Banten, Jalan Brigjen KH Syamun, Kota Serang, Banten, Rabu (14/3).
Kebijakan politik etis ini salah satunya melahirkan doktor pertama di Nusantara, yaitu Husein Djajadiningrat yang merupakan priyayi asal Banten. Husein Djajadiningrat kemudian menjadi bagian dari 12 orang pribumi Nusantara yang segala fasilitas dan pendapatannya sejajar dengan Belanda sesuai dengan keahliannya. (ctr)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Yandri Susanto Bantah ‘Cawe-cawe’ Menangi Istrinya di Pilbup Serang, Datang ke Acara Kepala Desa Sebelum Dilantik jadi Mendes

Piramida Kuno di Meksiko Runtuh, Dianggap sebagai Pertanda Buruk

5 Tempat Paling Ikonik di Olimpiade Paris 2024

Atikoh Ganjar Cek Harga Dan Serap Aspirasi saat Blusukan di Pasar Rau Serang
Rumah Adolf Hitler Jadi Tempat Pelatihan HAM Kepolisian Austria

Telusur Kisah Hotel Royal Ambarrukmo, Lokasi Resepsi Kaesang dan Erina
