Pilpres Usai, Nasib Kelompok Alumni 212 dan Loyalis Prabowo-Sandi Terancam Berakhir


Pengamat politik Wempy Hadir (Foto: Dok Pribadi)
MerahPutih.Com - Selama Pilpres 2019, kelompok Persaudaraan Alumni (PA) 212 dikenal sebagai salah satu basis pendukung Prabowo-Sandi yang paling militan. Kelompok ini saban kali menggelar aksi atau pawai mengawal pasangan Prabowo-Sandi dalam kegiatan kampanye.
Lantas, bagaimana nasib kelompok Alumni 212 dan loyalis Prabowo-Sandi seusai Pilpres? Apakah dengan kekalahan Prabowo-Sandi, para pendukung akan tetap setia bersama junjungannya?
Pengamat politik Wempy Hadir memprediksi ormas-ormas pendukung Prabowo-Sandi bakal berakhir eksistensinya, termasuk kelompok PA 212.
Menurut Wempy, keberadaan kelompok alumni 212 tentu dipengaruhi oleh kekalahan dari capres yang didukung.

"Apalagi kehadiran elemen ini didasari oleh kepentingan kelompok atau partisan. Artinya dia akan berakhir mana kala perjuangan mereka mengalami kebuntuan atau kekalahan,"jelas Wempy kepada MerahPutih.Com di Jakarta, Jumat (5/7).
Wempy berujar, kekalahan tersebut telah melemahkan perjuangan mereka dan perlahan akan hilang. Buktinya, beberapa tokoh yang selama ini vokal seperti Slamet Maarif, Al Khaththath hingga Novel Barmukmin tak terdengar lagi suaranya.
"Mereka akan muncul kembali ketika ada momentum politik," jelas Wempy.
Oleh sebab itu, lanjut Wempy, jika ingin menjadi sebuah ormas, maka mereka harus mengikuti ketentuan Undang-Undang Ormas.
"Menurut saya, sebaiknya ormas atau kelompok ini sebaiknya membubarkan diri jika hanya menjadi partisan dari kepentingan politik sesaat," ungkap Wempy.
Ia juga menyoroti nasib beberapa pendukung setia Prabowo pasca Pilpres 2019 seperti Dahnil Anzhar Simanjuntak, Sudirman Said hingga Djoko Santoso.

Direktur Indo Polling Network ini menganggap, nasib para pendukung Prabowo tentu sangat ditentukan bagaimana Ketua Umum Gerindra itu memposisikan diri dalam kekuasaan.
Apakah tetap mengambil jarak sebagai penyeimbang pemerintah atau mau bergabung dengan pemerintahan Jokowi-Maruf Amin.
Jika pilihannya bergabung, maka tentu akan ada dampaknya terhadap pembagian kekuasaan.
"Dengan demikian tentu pendukung Prabowo akan turut mendapatkan posisi," terang Wempy.
BACA JUGA: Berkas 180 Pelaku Kerusuhan 22 Mei Segera Dikirim ke Kejaksaan
Pendaftar Capai 384 Orang, Pansel Capim KPK: Banyak yang Daftar di Saat-Saat Akhir
Pilihan Gerindra dan PKS menjadi oposisi menurut dia mempersulit posisi alumni 212 dan kelompoknya dalam konstelasi politik Tanah Air.
"Namun jika tidak bergabung, maka para pendukung agak sulit untuk masuk dalam kekuasaan, misalnya Sudirman Said cs yang selama ini menjadi pendukung setia Prabowo-Sandi," tutup Wempy Hadir.(Knu)
Bagikan
Berita Terkait
Viral Video Prabowo Diputar di Bioskop, Kini Sudah Tidak Tayang di Solo

Legislator Sebut Munculnya Prabowo di Bioskop Jadi Bagian dari Inovasi Pemerintah

Jubir Presiden Pastikan Surpres Prabowo Tentang Pergantian Kapolri Hoaks

Prabowo Langsung ke Bali dari Abu Dhabi, Dengarkan Curhat Korban Banjir

Legislator Sarankan Komisi Reformasi Polri Langsung Diketuai Presiden Prabowo

Prabowo Undang Tokoh Gerakan Nurani Bangsa ke Istana, Romo Magnis Datang Nyaris Telat

Kursi Menko Polkam dan Menpora Masih Kosong, Prabowo: Tunggu Waktunya

Gibran Tegaskan Reshuffle Kabinet Merah Putih Sudah Diperhitungkan Matang oleh Prabowo untuk Optimalkan Kinerja Pemerintah dan Pelayanan Publik

Copot Sri Mulyani hingga Budi Arie, Pengamat Duga Prabowo Mau Lepas 'Warisan' Jokowi

Pakar Nilai Menteri Baru Harus Berhati-hati dalam Berkomunikasi dan Fokus Pada Program 'Quick Wins'
