Pertunjukan 'Matahari Papua' dari Teater Koma Berjalan Sukses


Pertunjukan Tanah Papua. (Foto: merahputih.com/Didik)
MerahPutih.com - Seorang dukun mulia bernama Koreri berdiri di tengah berteriak “Hutan Papua adalah milik kita, hutan ini adalah Jiwa bagi rakyat Papua.” Dialog tersebut mengawali pertunjukan Matahari Papua yang dimainkan oleh Teater Koma di Bakti Budaya Djarum Foundation, Taman Ismail Marzuki, Kamis (6/6).
Lakon yang menjadi produksi ke-230 dari Teater Koma ini merupakan naskah terakhir yang ditulis oleh mendiang Norbertus Riantiarno, juga biasa dipanggil Nano Riantiarno atau N. Riantiarno.
“Karya terakhir ini adalah bentuk dedikasi dan cinta beliau yang tulus terhadap seni pertunjukan. Semoga warisan beliau terus menginspirasi dan menyemangati generasi penerus dalam merayakan dan menghargai kekayaan seni budaya kita,” ucap Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian dalam keterangan resmi yang diterima MerahPutih.com, Jumat (7/6).
Berlatarkan tempat di wilayah Kamoro, Papua, MATAHARI PAPUA mengisahkan seorang pemuda bernama Biwar tumbuh dewasa, di bawah asuhan sang Mama, Yakomina, dan didikan Dukun Koreri. Saat mencari ikan, Biwar menolong Nadiva dari serangan Tiga Biawak, anak buah Naga, yang meneror Tanah Papua.
Baca juga:
Harta Paling Berharga, Visinema Persembahkan Teater Musikal 'Keluarga Cemara'
Biwar bercerita kepada Mamanya, sang Mama justru mengisahkan memori pahit. Papa dan tiga paman Biwar ternyata mati dibunuh Naga. Mama, yang sedang mengandung, lolos lalu melahirkan Biwar dan ia bertekad balas dendam membunuh Sang Naga.
MATAHARI PAPUA disutradarai oleh Rangga Riantiarno dan co-sutradara Nino Bukir, didukung oleh tata artistik dan multimedia Deden Jalaludin Bulqini, tata musik Fero A. Stefanus, tata rias Subarkah Hadisarjana, tata busana Rima Ananda Omar, tata rambut Sena Sukarya, tata cahaya Deray Setyadi, tata gerak Ratna Ully, dan tata suara Bona.
Teater ini juga melibatkan pandu vokal Ajeng Destrian, rancang grafis Saut Irianto Manik, pimpinan produksi Rasapta Candrika dibantu oleh pengarah teknik Tinton Prianggoro serta manajer panggung Sari Madjid Prianggoro dan produser Ratna Riantiarno. (far)
Bagikan
Berita Terkait
Mengenang Pramoedya Ananta Toer lewat 'Bunga Penutup Abad'
Mengintip Sesi Latihan Jelang Pementasan Teater Bertajuk Bunga Penutup Abad

Jelang Pertunjukan Teater Bertajuk Bunga Penutup Abad di Jakarta

Teater Koma Bawa Karakter Punokawan Melintasi Ruang dan Zaman dalam Pertunjukan 'Mencari Semar'

Jelang Pementasan Teater Mencari Semar Angkat Cerita Tradisi Punakawan yang Futuristik

Indonesia Kaya Tampil dengan Wajah Baru, Siap Jadi Platform Pioner Lestarikan Seni Pertunjukan Tanah Air yang Lebih Progresif dan Relevan

Panggung Musikal 'Keluarga Cemara' Siap Dipentaskan Kembali
Mengintip Rehearsal Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara di Ciputra Artpreneur

Bersama Fadli Zon, Megawati Hadiri Pertunjukan Teater Seni Musik Imam Al-Bukhari-Sukarno di GKJ

Ketika Romantika Diuji Prahara Politik Nasional Tersaji dalam Teater Musikal 'Mar'
