Ketika Romantika Diuji Prahara Politik Nasional Tersaji dalam Teater Musikal 'Mar'


Teater musikal Mar ditampilkan di Ciputra Artpreuner Jakarta. (Foto: MerahPutih.com/Tika)
Merahputih.com - ArtSwara Production merilis produksi teater musikal ke-13 bertajuk 'Mar' yang tayang dengan meriah di panggung megah Ciputra Artpreuner, Jakarta Selatan, Kamis (27/2).
Drama musikal Mar diproduseri oleh Narindra Kukila. Persipan sejak tiga tahun, proyek ini digarap dengan matang.
Melibatkan penulisan naskah drama Titien Wattimena, serta penanggung jawab aransemen lagu Dian HP. Hamada Abdool dan Davit Fitrik betanggung jawab atas koreograferi di musikal ini.
Produksi ini mencerita kisah cinta dua sejoli Galabby Tahira yang berperan jadi tokoh Aryati dan Gabriel Harvianto sebagai tokoh Sersan Mayor Mar.
Cinta mereka merekah di tengah gejolak politik pasca Kemerdekaan yang masih tak pasti. Menariknya cerita ini disampaikan dalam bentuk prolog antara Aryati tua yang disapa Nin dan cucunya Mara.
Baca juga:
Drama Musikal Mar: Perjalanan Cinta yang Kuat antara Prajurit dan Perawat
Dari sudut kiri panggung, Nin terlihat dalam baluta baju brokat dihiasi seledang menjutai di bahunya yang ringkih. Tangannya menggenggam foto cinta pertama dan terakhirnya, Sersan Mayor Mar.
Cucunya Nin, mendesaknya mengilhami sebuah kisah cinta abadi yang pernah dilalui Nin. Sebuah perjalanan menuju perjamuan cinta.
Diceritakan kisah berlatar awal tahun kemerdekaan Indonesia.
Suatu sore, sekelompok tentara dan juru rawat bersantai melepas penat di warung Ambu. Lantunana serulingan sunda, wangi kopi dan goreng pisang mengepul dan meruar ke sudut manapun.
Waktu pertama bagi Aryati bersinggah melepas penat yang selama ini hanya didekapnya di ruang perawatan. Tapi siapa yang tahu nasib, hari itu jadi hari spesial, wanita dengan tutur manis tersebut bertemu dengan Sersan Mayor Mar.
Setiap orang tersanjung bisa berkenalan dengan Sersan Mayor Mar. Pria gagah dan tegap itu dijuluki "Gatot Kaca". Saat Mar duduk di kuris kayu, kelap kelip lampu berganti, menyoroti Mar yang kehadiran selalu mencuri perhatian.
"Pria idaman hasratnya hatiku, juru terbang angkatan udara negaraku. Alangkah gagahnya sopan satunya. Aku namakan dia juru terbangku si Gatot Kaca," kata Sersan Jono menyanjung Mar, sebuah lagu terinspirasi dari karya maestro Ismail Marzuki.
Baca juga:
Pementasan Teater Populer Bertajuk Dag Dig Dug di Salihara Jakarta
Sersan Jono yang paling mendukung Mar berkenalan dengan Ariyati. Satu langkah malu-malu jadi lebih pasti, waktu Mar menyodorkan tangan bersalaman dan berkenalan dengan Ariyati.
Itulah waktu di mana benih cinta mulai tumbuh di hati Mar. Ia menyukai Ariyati. Perkenalan mereka terbilang singkat. Namun kechemistri keduanya terikat kuat, romansa-romansa menghiasi hari mereka.
Satu pertemuan penting, Ariati dengan blouse orange bersepeda dengan Mar, melihat rembulan terang seterang niat Mar yang inginkan Ariati menjadi kekasihnya. Dua orang yang sedang dibelai asmara itu mengikat janji, saling mencintai dan akhirnya berpacaran.
Hari berganti hari. Sampai tiba di mana Ariyati mendapatkan tugas mengabdi kepada negara. Ia dipindah tugaskan ke Jakarta meninggalkan Mar di 'Bumi Parahyangan'.
Kabar yang membuat hari Mar tertegun, tapi tergugah karena ia pun mesti mengabdikan dirinya menjaga kedaulatan Indonesia yang berpindah ke Yogyakarta.
"Rindu tak bisa kamu lawan Mar. Semakin coba kau bunuh. Semakin kuat dia mengusai detak jantungmu," kata Aryati dalam penggelan pesan perpisahan yang membuat pilu.
Baca juga:
Teater Pandora bersama Museum MACAN Persembahkan Teater 'Constellations'
Satu hari terlewati, jarak Jakarta dan Yogyakarta mungkin beratus kilometer tapi perasaan keduanya selalu hangat. Dengan doa dan harapan yang selalu mereka rapal dalam surat cinta.
Hari baik makin dekat. Mar dan Ariyati menikah, sebuah cita-cita suci yang lama dimimpikan tercapai. Tapi pengabdian sang Sersan tidak bisa lepas. Ia kembali bertugas.
Dalam langkah Mar berseraklah doa-doa Ariyati. Tapi takdir tak bisa dibendung. Peristiwa Bandung Lautan Api pecah, menjadi saksi pilu memisahkan sosok patriot "Mar" dengan orang yang dikasihinya.
Mar meregang nyawa bersemayam ke dunia lain di banyak ketinggian ialah ketinggian cinta dan rasa hormat. (Tka)
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Mengenang Pramoedya Ananta Toer lewat 'Bunga Penutup Abad'
Mengintip Sesi Latihan Jelang Pementasan Teater Bertajuk Bunga Penutup Abad

Jelang Pertunjukan Teater Bertajuk Bunga Penutup Abad di Jakarta

Teater Koma Bawa Karakter Punokawan Melintasi Ruang dan Zaman dalam Pertunjukan 'Mencari Semar'

Jelang Pementasan Teater Mencari Semar Angkat Cerita Tradisi Punakawan yang Futuristik

Riri Riza Sebut Pemutaran Musikal 'Petualangan Sherina' Sebuah Nostalgia Penting

Musikal 'Petualangan Sherina' Janjikan Pengalaman Audio Visual Ciamik

Mengulik Kenangan Kolektif, Teater Musikal Adaptasi 'Petualangan Sherina' Gelar Panggung dengan Visual Autentik 11 - 20 Juli 2025

Sutradara Riri Riza Awalnya Tak Menyangka Petualangan Sherina 'Terus Hidup'

Melihat Keseruan Pertunjukan Panggung Musikal Keluarga Cemara 2025 di Jakarta
