Pernikahan Akhir Pekan Jadi Tren di Jepang
Istilah Sotsukon digunakan untuk menggambarkan pasangan yang tetap menikah secara resmi tetapi menjalani hidup mereka masing-masing. (Foto: Unsplash/Keisha Kim)
MENIKAH tapi tidak terikat dengan pasangan? Fenomena berumah tangga seperti ini sedang tren di Jepang. Secara hukum beberapa orang Jepang resmi menjadi pasangan suami istri dengan pasangannya, namun mereka tidak perlu tinggal serumah saat weekdays.
Tren tersebut dikenal sebagai pernikahan akhir pekan atau pernikahan pisah yang dalam bahasa Jepang disebut sebagai Sotsukon.
Baca Juga:
“Istilah Sotsukon adalah gabungan kata dalam bahasa Jepang untuk kelulusan (sotsugyo) dan pernikahan (kekkon). Ini digunakan untuk menggambarkan pasangan yang tetap menikah secara resmi tetapi menjalani hidup mereka sendiri terlepas dari pasangan mereka,” tulis SavvyTokyo dalam laporan mereka.
Tren ini dinamakan pernikahan akhir pekan sebab pasangan yang menjalaninya bertemu satu sama lain hanya pada akhir pekan saja dan menjalani hidup dengan cara mereka sendiri-sendiri selama hari kerja. Mereka tetap berbagi tanggung jawab sebagai sebuah keluarga tetapi tidak tinggal di bawah atap yang sama.
"Saya pikir orang-orang akhir-akhir ini menyukai gagasan individualisme dan sama sekali tidak ingin berkompromi. Ketika seseorang menjalin hubungan, batasan-batasan itu selalu ada. Anda tidak harus bertemu atau berbicara dengan mereka setiap hari. Sebab terkadang hidup menjadi sangat sibuk dan orang-orang menyukai waktu dan ruang pribadi mereka," ujar Sybil Shiddell, Country Manager India untuk Gleeden dikutip dari The Hindustan Times mengenai fenomena pernikahan akhir pekan.
Baca Juga:
Jika dilihat lebih dekat, fenomena pernikahan akhir pekan ini juga memberi ruang untuk tiap pasangan agar bisa lebih fokus terhadap pekerjaan dan menyelesaikan kewajibannya pada hari kerja. Dari segi finansial pun, tren ini bisa mendukung suami-istri memiliki keuangan yang lebih stabil. Mengingat budaya Jepang yang terkenal dengan workaholic atau gila kerja.
"Pernikahan dan hidup bersama mengganggu cara hidup pribadi ini dan pasangan mulai menyadari bahwa pernikahan mereka akan berjalan lebih baik ketika mereka tidak terus-menerus bersama satu sama lain," tambah Shiddell.
Meski begitu, rupanya pasal 752 KUH Perdata Jepang dengan jelas menyatakan bahwa suami dan istri harus hidup bersama dan bekerja sama serta saling mendukung. Ini berarti hukum di sana menetapkan kewajiban suami dan istri untuk hidup bersama.
Namun, sejauh ini tidak ada masalah hukum yang timbul dalam kasus perkawinan akhir pekan, karena dalam tren pernikahan ini, kedua pasangan telah bersepakat dengan pilihan mereka. (dsh)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Toyota Bakal Gelontorkan Rp 1,6 Trilun di Proyek Hilirisasi Timah dan Tembaga
Gempa M 6,7 Lepas Pantai Sanriku, Jepang Keluarkan Peringatan Tsunami Sore Tadi
Sidang Pembunuh Mantan PM Jepang Shinzo Abe Dimulai, Motifnya Dendam kepada Gereja Unifikasi
Gedung Putih Klaim PM Jepang Sanae Takaichi Janji Menominasikan Presiden AS Donald Trump untuk Hadiah Nobel Perdamaian
JO1 Rilis EP 'Handz In My Pocket', Jadi Simbol Kepercayaan dan Potensi Diri
Profil Sanae Takaichi, dari Drummer Band Metal hingga Jadi Perempuan Pertama Jabat Perdana Menteri Jepang
Jepang Selamat dari Ancaman Kekurangan Bir, Perusahaan Asahi kembali Berproduksi setelah Serangan Siber
[HOAKS atau FAKTA]: Pemerintah Indonesia dan Jepang Sepakat Lakukan Pertukaran 500 Ribu Penduduk dalam 5 Tahun
Tiba Jepang, Presiden Prabowo Bawa Misi Khusus di Expo 2025 Osaka
[HOAKS atau FAKTA]: Prabowo Setuju Kirim 10 Juta WNI ke Jepang