Permohonan Maaf Fadli Zon kepada Mbah Moen Karena Sudah Terpojok
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. (MP/Ponco Sulaksono)
MerahPutih.Com - Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon meminta maaf kepada Mbah Moen (Maimoen Zubair) dan mengklarifikasi bait puisi "Doa yang Ditukar".
Hal itu diketahui setelah Fadli memposting permohonan maaf dan karifikasi ke akun twitter pribadinya, Minggu (17/2).
Menanggapi, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengingatkan Politisi Gerindra agar menjaga tindakan dan ucapan. Jangan karena sudah terpojok lalu minta maaf.
"Ya setiap kepojok kan pasti klarifikasi. Jadi mari jaga maruah pimpinan dewan karena itu melekat dalam karakter pimpinan agar hati-hati, mulutmu harimaumu itu yang harus dijaga fadli," tuturnya kepada wartawan di posko cemara, Minggu (17/2).
Kedepan, Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf ini mengimbau agar Fadli Zon tidak asal berbicara dan selalu menjaga etika.
"Iya itu harus dijaga dengan baik," pungkasnya.
Sebelum meminta maaf, sejumlah gelombang demonstrasi terjadi di sejumlah daerah yang mendesak agar Fadli Zon mengklarifikasi isi puisi yang dinilai memojokkan kiai sepuh NU (Mbah Moen) tersebut.
Fadli dinilai telah melecehkan Kiai Maimoen karena puisi yang ditulisnya "doa yang ditukar" dianggap ditujukan kepada Mbah Moen.
Berikut beberapa poin klarifikasi Fadli Zon terkait Puisi Doa yang Ditukar:
Untuk menghindari agar fitnah tsb tak dianggap sbg kenyataan, saya merasa perlu untuk menyampaikan klarifikasi tertulis sbg berikut:
1. Saya sangat menghormati K.H. Maimoen Zubair, baik sbg ulama, maupun sbg pribadi yg santun dan ramah. Beberapa kali sy bertemu dengan beliau. Beberapa di antaranya kebetulan bahkan bertemu di tanah suci Mekah, di pesantren Syekh Ahmad bin Muhammad Alawy Al Maliki, di Rusaifah.
2. Di tengah pembelahan dikotomis akibat situasi perpolitikan di tanah air, sy sllu berpandangan agar penilaian kita thdp para ulama sebaiknya tdk dipengaruhi oleh penilaian atas preferensi politik mereka. Hormati para ulama sama sprti menghormati para guru atau orang tua kita.
3. Justru krn sy sgt menghormati K.H. Maimoen Zubair, sy tdk rela melihat beliau diperlakukan tdk pantas hanya demi memuluskan ambisi politik seseorang ataupun sejumlah orang. Inilah yg mendorong sy menulis puisi tsb. Sy tdk rela ada ulama kita dibegal n dipermalukan semacam itu.
4. Secara bahasa, puisi yg sy tulis tidaklah rumit. Bahasanya sengaja dibuat sederhana agar dipahami luas. Hanya ada tiga kata ganti dlm puisi tsb, yaitu “kau”, “kami” dan “-Mu”. Tak perlu punya keterampilan bahasa yg tinggi untuk mengetahui siapa “kau”, “kami” dan “-Mu” di situ.
5. Pemelintiran seolah kata ganti “kau” dalam puisi tersebut ditujukan kepada K.H. Maimoen Zubair jelas mengada-ada dan merupakan bentuk fitnah.(Fdi)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Debat Capres Kedua, Fahri Hamzah: Prabowo Harus Banyak Nanya
Bagikan
Berita Terkait
Menbud Percaya Maha Menteri Tedjowulan Bisa Selesaikan Konflik Raja Kembar Solo
Bayangan Menbud Fadli Zon Saat Revitalisasi Benteng Indrapatra Aceh Kelar
Fadli Zon dan Gus Jazil Sepakat Seni Qasidah Jadi Warisan Budaya Tak Benda
3 Norma Dilanggar, KPAI Tegaskan Aksi Dai Cium Anak di Ruang Publik Bisa Masuk Ranah Hukum
Klaim tak Ada Bukti Pelanggaran HAM, Fadli Zon Justru Ungkit Jasa Besar Soeharto untuk Indonesia
Peringatan Hari Wayang, Fadli Zon: Ekosistem Kebudayaan Harus Jalan
Soeharto dan Gus Dur Layak Jadi Pahlawan Nasional
Sumpah Pemuda Harus Jadi Semangat Kepeloporan Anak Muda
Hari Santri 2025, Megawati Titip 3 Pesan Resolusi Jihad untuk Tanamkan Cinta Tanah Air
Buka Art Jakarta 2025, Menbud Fadli Zon Janji Kirim Perupa Indonesia Ikut Pameran Internasional