Perlu Adanya Kajian Multidisiplin untuk Produk Tembakau Alternatif


Tembakau alternatif tetap memiliki risiko kesehatan. (Unsplash/Nisonco)
PRODUK tembakau alternatif sudah banyak tersebar di Indonesia. Melihat hal itu Direktur Eksekutif Centre for Youth and Population Research (CYPR) Dedek Prayudi menuturkan, perlunya kajian ilmiah terhadap tembakau alternatif, membutuhkan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan atau kolaborasi multidisiplin dengan konsep pentahlix.
“Ada peran pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, dan media massa yang bertanggung jawab untuk melakukan riset dan menyebarluaskan informasi yang akurat dan komprehensif kepada masyarakat,” jelas Dedek dalam keterangan resmi seperti dikutip dari Antara, Minggu (4/6).
Baca Juga:
Vape Miliki Profil Risiko Rendah Dibanding Rokok Konvensional

Dengan menggunakan metode penelitian yang sesuai dengan standar dan tinjauan sistematis, maka hasil kajian ilmiah tersebut bisa menjadi landasan dalam meningkatkan kesadaran publik mengenai produk tembakau alternatif.
“Riset-riset produk tembakau alternatif dari beberapa universitas dalam negeri, misalnya Universitas Padjadjaran, dapat dipertimbangkan pemerintah dan pemangku kepentingan terkait lainnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Guna membuktikan bahwa produk tembakau alternatif memiliki profil risiko yang lebih rendah daripada rokok,” lanjut Dedek.
Lebih lanjut, Dedek menambahkan produk alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, kantung nikotin, dan rokok elektrik (vape). Berbeda dengan rokok dari aspek profil risiko karakteristiknya. Untuk itu, kajian ilmiah harus dilakukan secara detail agar tidak ada generalisasi antara produk tembakau alternatif dengan rokok.
“Asalkan disosialisasikan dengan baik dan setiap pemangku kepentingan dapat menerima fakta penelitian berbasis data sains. Maka hasil kajian ilmiah produk tembakau alternatif akan diterima dengan baik karena buktinya transparan dan bisa dipertanggung jawabkan,” kata Dedek.
Baca Juga:
Lebih Bahaya Mana Vape atau Rokok Konvesional? Ini Kata Ahli

Pada kesempatan berbeda, Akademisi dari Fakultas Kesehatan Gigi Universitas Padjadjaran Dr. Amaliya, drg., Ph.D menjelaskan bila produk tembakau alternatif bisa menjadi opsi bagi perokok dewasa untuk menghantarkan nikotin dengan risiko yang lebih rendah daripada rokok.
Hal ini juga diperkuat melalui kajian klinis yang dilakukan dirinya bersama Dr. drg. Agus Susanto, M. Kes., Sp. Perio. (K), dan drg. Jimmy Gunawan, Sp. Perio dengan judul Respon Gusi Pada Pengguna Vape (Rokok Elektronik) Saat Mengalami Peradangan Gusi Buatan (Gingvitas Experimental).
“Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengguna rokok elektrik yang telah berhenti dari merokok menunjukkan perbaikan kualitas gusi. Dibuktikan dengan tingkat perandangan dan pendarahan gusi yang sama seperti yang dialami oleh non-perokok. Artinya, kondisi pertahanan gusi pengguna rokok elektrik telah kembali normal,” ungkap Amaliya. (Far)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas

Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet

The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati

DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera

[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
![[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat](https://img.merahputih.com/media/dd/9e/b5/dd9eb5a1bf5cdc532052d7f541d290b4_182x135.png)
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan

Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga

Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak

Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas

Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
