Perlengkapan Sedekah Laut Dirusak, PDIP: Menyapa Alam Perintah Semua Agama Termasuk Islam
Ilustrasi: Kegiatan Pesta Laut Nelayan Tradisional (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
MerahPutih.com - Politisi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari menyayangkan perusakan perlengkapan upacara tradisi sedekah laut di Pantai Baru, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) oleh sekelompok orang.
Eva mengaku heran dengan kelompok yang mencurigai upacara tradisional tersebut. Padahal, kata Eva tradisi sedekah laut mencerminkan subtansi agama. ‘Menyapa alam’ adalah perintah semua agama termasuk agama Islam.
"Konsep keseimbangan segitiga hubungan antara Tuhan-manusia-alam (Hablum minallah, hablum minan nas dan hablum minal 'alam) sama dengan konsep di Hindu juga (Tri hita karana)," kata Eva kepada MerahPutih.com, Minggu (15/10).
Sayangnya, kata Anggota Komisi XI DPR ini, selama ini perintah-perintah agama Islam sering diabaikan dan perintah sebagai kalifah kurang diajarkan.
Menurut Eva, dalam konteks hukum tindakan kekerasan dan melarang tradisi ini (atas nama apapun termasuk agama) tidak boleh dibiarkan. Pasalnya, tradisi larung tidak bertentangan dengan hukum Indonesia. "Pihak yang merusak dan yang melarang sehingga menyebabkan kerusakan bisa dilaporkan ke polisi," ujar dia.
Lebih lanjut Eva menilai, pentingnya ormas-ormas keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU) atau Muhammadiyah untuk memberikan pembinaan kepada kelompok-kelompok yang belum paham soal kesadaran hukum, atau konstitusionalisme.
"(Upacara tradisi sedekah laut) tidak bertentangan dengan Islam," tandas Sekretaris Badan, Pendidikan dan Pelatihan DPP PDIP ini.
Acara sedekah laut di Pantai Baru, Ngentak, Poncosari, Srandakan, Bantul batal digelar setelah sekelompok orang merusak properti di lokasi acara Jumat (12/10) malam. Perusakan itu dilakukan karena sedekah laut dianggap bermuatan unsur syirik.
Menurut keterangan warga setempat, pukul setengah 12 malam ada sekitar 50 orang datang dengan sejumlah motor, dua mobil, dan ada satu mobil ambulan. Selanjutnya melakukan perusakan dimaksud.
Meski mengalami perusakan, sejak pagi hari warga yang tinggal di pesisir Pantai Baru sibuk menata makanan yang terdiri dari ayam suwir, lalapan dan nasi gurih ke dalam sebuah pincuk berwarna putih yang disebut takir. Selanjutnya, makanan yang diwadahi takir itu langsung dibagi-bagikan kepada warga dan pengunjung pantai tersebut.
Hingga saat ini, tindak perusakan tersebut masih dalam penanganan Polres Bantul. Polisi telah memintai keterangan dari sembilan orang.
Polisi juga turut menyita beberapa barang bukti yang menguatkan adanya perusakan di Pantai Baru, bahkan ada satu spanduk yang disita. Mengenai spanduk, Kapolres Bantul AKBP Sahat Marisi Hasibuan membenarkan bahwa spanduk yang disita bertuliskan penolakan kesyirikan berbalut budaya. (Pon)
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan, Politisi PDIP: Aktivis 1998 Bisa Dianggap Pengkhianat
Hari Santri Jadi Momentum Gali kembali Islam Bung Karno dan Resolusi Jihad
Hari Santri 2025, Megawati Titip 3 Pesan Resolusi Jihad untuk Tanamkan Cinta Tanah Air
Ketua Fraksi PDIP: Pemerintahan Prabowo-Gibran Menuju Sosialisme ala Indonesia
Resmi! Nasi Megono Kecombrang dan Lopis Krapyak Pekalongan Jadi Warisan Budaya Takbenda Nasional
Jadi Ketua DPD PSI Solo, Astrid Widayani Ditargetkan Kuasai Kandang Banteng
[HOAKS atau FAKTA] : Megawati Pingsan, Prabowo Copot 103 Anggota DPR dari Fraksi PDI-P
Ingin Petani Sejahtera, PDIP Dorong Petani Punya Lahan Melalui UU Pokok Agraria
Regenerasi Petani Mendesak, Tantangan Lahan hingga Teknologi masih Membelit
Hari Tani Nasional Jadi Momentum Wujudkan Kedaulatan Pangan