Perhatikan Waktu yang Afdol Saat Sembahyang di Klenteng


Juliman alias Acin di Klenteng Sanggar Agung, Surabaya. (Foto MP/Tejo)
Suatu siang, Juliman bersama dengan ayahnya dan dua orang asistennya mendatangi Klenteng Sanggar Agung di Kenjeran, Surabaya. Tujuannya satu, untuk sembahyang sebagai ungkapan rasa syukur telah diberi kemudahan selama tahun 2016 kemarin.
“Minggu ini merupakan minggu terakhir, saya harus ke Klenteng untuk sembahyang,” kata Acin nama Tionghoa Juliman ketika dijumpai merahputih.com.
Acin yang juga pengusaha media online di Surabaya ini berbaik hati mau berbagi pengetahuan soal Imlek dan agama Khonghucu.
Kata dia, dalam kepercayaan umat Khonghucu, setidaknya dalam setahun, umat melakukan sembahyang di Klenteng minimal harus dua kali, yaitu pada awal dan di akhir tahun.
Sembahyang di awal tahun biasanya memohon kepada dewa agar diberi kemudahan, kelancaran rejeki dan kesehatan. Sedangkan sembahyang di akhir tahun, biasa dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur telah diberi kemudahan menjalani tahun sebelumnya.
Nah, sembahyang di akhir tahun pun, kata Acin lebih afdol jika tak dilakukan di sembarang hari. Kata dia, baiknya sembahyang di akhir tahun baiknya disesuaikan dengan perhitungan feng shui dan shio.
“Namun anak muda keturunan Tionghoa sekarang sudah banyak yang mengabaikan. Mereka datang ke Klenteng untuk sembahyang akhir tahun hanya menyesuaikan dengan kesibukannya. Bukan berdasarkan feng shui atau shio,” kata dia.
Sembahyang akhir tahun ini wajib dilakukan karena seminggu sebelum datangnya Imlek, para dewa pergi ke Khayangan. Mereka baru akan kembali pada lima hari setelah Imlek.
“Makanya, bersih-bersih patung para dewa ini dilakukan seminggu sebelumnya. Karena mereka sedang pergi. Kalau sekarang tak boleh, karena kami meyakini mereka bersemayam di patung-patung tersebut,” kata dia.
Kata dia, boleh saja umat Khonghucu sembahyang akhir tahun menjelang Imlek, namun dianggap kurang afdol karena yang ada hanya para pengawal para dewa. Sedangkan para dewa sedang pergi ke khayangan.
Puncak sembahyang Imlek biasanya akan terjadi pada Tahun Baru Imlek. Umat Khonghucu akan datang berduyun-duyun datang ke klenteng untuk memanjatkan doa agar dimudahkan dalam menjalani kehidupan dalam satu tahun ke depan. Dan puncak sembahyang kedua, akan terjadi pada lima hari setelah tahun baru Imlek di mana para dewa sudah kembali bersemayam di patung-patung dalam klenteng.
“Perayaan Imlek sebenarnya dirayakan selama 15 hari. Di hari yang 15 itu, kita biasanya mengenal sebagai Cap Go Meh,” jelas Acin.
Berbeda dengan Idul Fitri atau Natal yang merupakan hari raya keagamaan, Imlek sebenarnya bukan hari besar keagamaan Khonghucu. Namun Imlek adalah tahun baru berdasarkan perhitungan kalender Cina.
“Jadi siapa pun boleh merayakan Imlek, apalagi warga keturunan Cina. Sama halnya kita merayakan tahun baru Masehi,” kata Acin.
Tulisan ini dibuat berdasarkan laporan Tejo Sukmono, kontributor merahputih.com untuk wilayah Surabaya dan sekitarnya. Baca juga ulasan mengenai imlek dari Surabaya, Patung Dewi Kwan Im Setinggi 20 Meter di Klenteng Sanggar Agung.
Bagikan
Berita Terkait
Umat Buddha Gelar Buka Puasa Bersama untuk Umat Muslim saat Ramadan 1446 H di Vihara Dharma Bakti

Menelusuri Asal Usul Perayaan Cap Go Meh

Perayaan Imlek Jadi Simbol Akulturasi Berbagai Budaya di Jakarta

Fang Teh, Tradisinya Pagi Hari Pertama Tahun Baru Imlek Simbolkan Harapan Keberuntungan

Ekspresi Kebebasan Barongsai di Perayaan Imlek, Makin Eksis di Ruang Publik Sejak Dibebaskan Presiden Gus Dur

Arus Balik Long Weekand Padati Stasiun, 37.579 Penumpang Tiba di Jakarta

Prabowo Ucapkan Selamat Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili/2025, Imlek Bagian Rayakan Keberagaman

Makna Makan Menu Vegetarian di Perayaan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili/2025 Masehi

Jadi Tradisi dalam Imlek, Ini 6 Ketentuan Pemberian Angpao

Kisah Legenda Tiongkok di Balik Warna Merah dalam Perayaan Imlek
