Penjelasan Ilmiah Mengapa Orang Senang Berlibur


Ini penjelasan ilmiah mengapa banyak orang suka berlibur. (Foto: Pexels/Te lensFix)
MASIH ingat dengan lirik lagu Tasya ini? 'Libur telah tiba, libur telah tiba, hore! hore! hore!'. Kira-kira mengapa ya Tasya dan banyak orang merasa sangat bahagia ketika pergi jalan-jalan? Padahal kan kamu harus mengeluarkan uang, mengemas barang, mencari tiket murah, serta repot-repot menempuh perjalanan jauh. Ternyata memang ada penjelasan ilmiah di baliknya.
Para peneliti dari Universitas California, San Fransisco, dan Harvard menemukan bahwa mengambil liburan minimal enam hari saja dapat membawa perubahan genetik lho. Liburan dapat mengurangi stres, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan mengurangi beberapa faktor risiko demensia dan depresi. Demikian seperti dilansir dari laman Askmen.
Baca juga:
Dalam eksperimen tersebut, 94 perempuan sehat dikirim untuk mengikuti retret enam hari di California. Mereka melakukan tes darah sebelum dan sesudah perjalanan. Selanjutnya, peserta juga mengisi survei mengenai kondisi mentalnya. Hasil menunjukkan responden yang mengikuti retret tetap merasa bahagia bahkan sebulan setelah liburannya.

"Ini intuitif bahwa mengambil liburan mengurangi proses biologis yang berkaitan dengan stres, namun tetap impresif untuk melihat perubahan besar dalam ekspresi gen ketika jauh dari kesibukan kehidupan," kata penulis studi, Dr. Elissa Epel dari Universitas California.
Epel juga menyebutkan hasil penelitian menunjukkan efek liburan signifikan yang menguntungkan semua kelompok serta penekanan respons terkait stres. Menariknya, setengah dari partisipan yang mengambil sesi meditasi dan yoga di retret menunjukkan efek stres lebih sedikit sepuluh bulan setelah perjalanan tersebut.
Baca juga:
Selama bertahun-tahun, studi memang telah membuktikan hubungan antara kelebihan dopamin di otak dan kecenderungan untuk melakukan perilaku impulsif dan berbahaya. Mengutip laman Travel and Leisure, kelebihan dopamin ini dikaitkan dengan varian spesifik gen DRD4 yang mengkode satu jenis reseptor dopamin yang disebut alel 7R+. Sebelumnya, variasi genetik itu berhubungan dengan masalah, seperti perjudian dan kencanduan. Akan tetapi, genetik ini tampaknya juga menjelaskan dorongan untuk bepergian.

Seorang ahli biologi evolusi di Kinsey Institute di Indiana University, Justin Garcia mengatakan gen DRD4 dan dopamin ekstra ini yang akhirnya membuat manusia purba pergi meninggalkan rumah dan menjelajahi wilayah lain. Mereka pergi dengan harapan menemukan makanan, pasangan, maupun tempat berlindung. Lama kelamaan, dorongan biologi itu berubah menjadi nafsu untuk melancong.
Jadi jangan khawatir kalau kamu demen banget liburan. Ternyata bukan hanya berdampak baik pada kesehatan fisik dan mentalmu saja, tetapi memang sudah ada dalam gen manusia. (sam)
Baca juga:
Tak Perlu Dicuekin, Tetaplah Balas E-Mail dari Bos saat Liburan
Bagikan
Berita Terkait
Taiwan Bidik Pasar Wisatawan Indonesia, Khususnya Kalangan Generasi Muda

Menemukan Ketenangan dan Cita Rasa Bali di Element by Westin Ubud, Momen Sederhana Jadi Istimewa

Airbnb & SEVENTEEN Hadirkan Pengalaman Eksklusif di Seoul, LA, dan Tokyo, Bikin Pengalaman tak hanya Konser Biasa

Cara Ramah Pulau Jeju Ingatkan Wisatawan yang Bertingkah, tak ada Hukuman

Tanggal Merah September 2025: Ada Libur Nasional dan Long Weekend 3 Hari!

PSI Tolak Rencana Pramono Buka Ragunan hingga Malam Hari, Pertanyakan Kesiapan Fasilitas

Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat

Penyegelan Pulau Reklamasi di Perairan Gili Gede Lombok Tunggu Hasil Observasi Lapangan

Serba-serbi Gunung Tambora, Pesona Jantung Konservasi Alam Khas Indonesia Timur

Korea Utara Buka Resor Pantai Baru demi Cuan di Tengah Sanksi Ketat
