Pengin Tahu Pelayanan Delivery Makanan di Korea? Ini Bedanya dengan Indonesia


Layanan pesan-antar. (Foto: Pixabay/KaiPilger)
LAYANANA delivery order makanan cukup populer saat ini. Terutama di kota-kota besar, layanan pesan-antar makanan menjadi pilihan di tengah kesibukan dan aktivitas lalu lintas yang padat.
Di Indonesia banyak layanan delivery order, dengan beragam pilihan makanan dan kekhasan pelayanannya masing-masing, juga ada yang menggunakan jasa aplikasi di ponsel. Lalu bagaimana di Korea? Dan, bagaimana pelayanannya di negeri yang kulinernya banyak dikenal di Indonesia ini?
Motor tidaklah populer di Korea. Jasa ojek penumpang pun sama sekali tidak ada. Akan tetapi, delivery makanan di Korea berkembang menjadi industri yang sangat maju. Apa bedanya budaya delivery di Korea dengan di Indonesia? Berikut merahputih.com beberkan seperti dilansir iStyle;
1. Aplikasi Terintegrasi

Delivery di Korea umumnya terorganisir oleh aplikasi khusus delivery, hampir seperti Go Food. Bedanya, delivery umumnya dilakukan oleh masing-masing restoran. Ada beberapa aplikasi yang biasa digunakan oleh warga Korea, di antaranya adalah Yogiyo, Baedal Minjok, dan Baedal Tong.
Baedal sendiri artinya delivery. Dalam satu aplikasi, ada berbagai pilihan kategori makanan dan ratusan restoran yang dapat dipilih. Mulai dari ayam, pizza, dessert hingga hidangan khas Korea seperti daging dan hangover soup. Aplikasi sangat memudahkan teman-teman yang enggan berbicara lewat telpon berbahasa Korea.
Untuk sistem riders atau delivery yang dilakukan oleh pengemudi eksternal (seperti Go Food) baru diperkenalkan tahun 2017 oleh Baedal Minjok, di mana pelanggan bisa memesan dari restoran yang umumnya tidak menyediakan jasa delivery (seperti sushi atau cafe).
2. Poin dan Promosi
Cara jitu khas Korea untuk memenangkan hati pelanggan loyal adalah sistem poin. Banyak pelanggan yang setia pada satu produk saja karena sistem poin yang berlaku seperti cash ini.
Biasanya aplikasi delivery memberikan 1-2% poin dari setiap nilai pembelian. Terlihat sedikit, tapi karena ketergantungan aplikasi, dengan frekuensi yang tinggi, kita bisa sering-sering makan gratis dari poin ini.
Promosi juga sangat gencar, terutama dengan potongan harga atau cashback tanpa syarat berupa poin. Seperti Yogiyo, ada potongan harga untuk beberapa restoran tiap harinya. Banyak juga sistem promosi kreatif lainnya, seperti tambahan poin jika pelanggan menulis review.
Seperti situs Tripadvisor, pemilik toko juga bisa membalas review pelanggan secara langsung.
3. Sistem Pembayaran

Orang Korea sangat minim menggunakan pembayaran tunai. Pembayaran umumnya dilakukan langsung melalui aplikasi dengan berbagai pilihan, mulai dari kartu debit/kredit, aplikasi pembayaran eksternal seperti KakaoPay atau Payco dan pilihan terakhir yaitu tunai.
Pembayaran tunai sangat jarang diambil karena promosi tidak berlaku jika pembayaran tidak dilakukan melalui aplikasi.
Sistem pembayaran ini juga memudahkan penjual dari pesan lari dan memberikan keamanan lebih bagi pelanggan saat harus melakukan transaksi refund. Semua serba otomatis dan tidak berbelit-belit.
4. "Sadar" Lingkungan
Industri yang sangat besar ini sama sekali tidak menggunakan styrofoam untuk kemasannya. Box kertas adalah material paling banyak digunakan.
Toko-toko juga umumnya tidak memberikan kantong plastik untuk pelanggan. Meski masih banyak usaha yang harus dilakukan untuk meminimalisir sampah, pemerintah Korea sangat sadar pentingnya memulai dari langkah kecil.
4. Tingkat Kecepatan
Aplikasi sangat mudah digunakan. Setelah memasukkan area antaran, kita bisa memilih restoran yang melayani area tersebut. Jika sudah tahu apa yang ingin dibeli, proses pemesanan bisa memakan waktu kurang dari 1 menit saja. Tidak hanya waktu pemesanan yang cepat, waktu pengantaran pun biasanya kurang dari 1 jam.
Kemudahan-kemudahan ini membuat orang-orang di Korea sangat bergantung pada jasa delivery melalui aplikasi.
Meski banyak kelebihan, ada juga beberapa kekurangan dari budaya delivery di Korea. Isu utamanya adalah keselamatan pengemudi dan cuaca. Pengemudi motor di Korea dikenal sangat tidak taat peraturan lalu lintas, kerap menggunakan jalur pejalan kaki dan cenderung ceroboh. Hal ini dikarenakan budaya Korea yang menginginkan semua cepat-cepat.
Sedangkan untuk cuaca, banyak delivery yang tutup saat hari terlalu dingin atau salju turun terlalu lebat. Biasanya ini terjadi di bulan Januari, saat temperatur drop hingga mencapai minus 20 di Seoul. (*)
Baca juga berita lainnya dalam artikel: Tips Make-up Mata Korea, Cantik dan Menggemaskan
Bagikan
Berita Terkait
Chuseok, Perayaan Panen ala Korea, Diwarnai Makanan Lezat dan Aktivitas Seru

Icip-Icip Kuliner Era 80-an Korea Selatan, Rasanya Beragam dengan Berbagai Banchan

Kenalan dengan ‘3 Jang’, Saus Khas Korea yang Diakui Warisan UNESCO

‘Culinary Class Wars’ Bikin Pemesanan Restoran para Peserta Melonjak

Kenalan Sama Produk Kebudayaan ‘Negeri Ginseng ‘ di Korea DIY Show

Tiger Soju Pochabar Hadir di Jakarta, Usung Konsep ala Korea

Pameran Budaya K-Food 2023 Rayakan 50 Tahun Kerja Sama Indonesia-Korea
