Penggunaan Dopping dalam Olahraga, dari Cedera Serius hingga Reputasi Buruk


Pelarangan penggunaan doping biasanya karena tidak etis dan berbahaya bagi kesehatan. (Foto: Unsplash/Michal Parzuchowski)
Merahputih.com - Penggunaan doping merupakan kecurangan dalam dunia olahraga. Seorang atlet yang ketahuan menggunakan doping berisiko batal ikut pertandingan bahkan bisa dibanned selamanya. Lantas mengapa doping sangat dilarang?
Doping adalah penggunaan zat atau metode tertentu secara sengaja untuk meningkatkan performa fisik dan mental seseorang, khususnya dalam olahraga.
Doping melibatkan zat-zat terlarang yang dapat meningkatkan kekuatan, daya tahan, kecepatan, atau pemulihan tubuh. Contoh doping diantaranya Peptida dan Protein Hormonal IGF-1 (Insulin-like Growth Factor-1), Beta-2 Agonis, Erythropoietin (EPO), Steroid Anabolik, Human Growth Hormone (HGH).
Pelarangan penggunaan doping biasanya karena tidak etis dan berbahaya bagi kesehatan.
Dalam kompetisi olahraga, penggunaan doping bukan tanpa tujuan. Doping bisa meningkatkan kemampuan atlet dalam kompetisi, memberikan keunggulan fisik atau mental yang tidak wajar, dan mempercepat pemulihan dari cedera atau kelelahan.
Baca juga:
China Minta Perbanyak Tes Doping untuk Atlet Amerika di Olimpiade Paris 2024
Atlet mungkin menggunakan doping untuk mencapai hasil maksimal, memperbaiki performa, atau mengatasi rasa sakit yang mengganggu latihan atau pertandingan.
Walaupun tampak menguntungkan pada stamina tubuh dan potensi ketahanan, doping tetap punya efek samping yang mengancam keselamatan atlet. Berikut ini penjabarannya:
1. Gangguan Kesehatan Jantung
Beberapa jenis doping, seperti steroid anabolik dan stimulan, dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung secara berlebihan, meningkatkan risiko serangan jantung, aritmia, dan hipertensi.
Baca juga:
2. Kerusakan Hati dan Ginjal
Penggunaan zat doping, seperti steroid dan hormon pertumbuhan, dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan ginjal akibat kerja berlebih dalam memproses zat-zat ini, meningkatkan risiko penyakit hati dan gagal ginjal.
3. Gangguan Psikologis
Efek psikologis seperti depresi, kecemasan, agresivitas, dan perubahan suasana hati sering dialami pengguna doping. Steroid anabolik khususnya dapat memicu gangguan emosi dan perilaku.
Baca juga:
4. Gangguan Hormon dan Reproduksi
Penggunaan doping jangka panjang dapat mengganggu keseimbangan hormon tubuh. Pada pria, dapat menyebabkan penurunan produksi testosteron alami, disfungsi ereksi, dan bahkan infertilitas.
Pada wanita, bisa menyebabkan gangguan menstruasi dan perkembangan karakteristik pria, seperti suara lebih berat dan pertumbuhan rambut di wajah.
5. Risiko Cedera dan Kerusakan Otot
Meskipun doping dapat meningkatkan kekuatan otot secara cepat, hal ini juga dapat membuat otot dan jaringan tidak siap untuk beban tambahan, meningkatkan risiko cedera, seperti robeknya ligamen dan tendon. (Tka)
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
CFD Jakarta 26 Oktober Ditiadakan karena Ada Jakarta Running Festival 2025

Lepas Kontingen Indonesia ke AYG dan ISG 2025, Erick Thohir: Pahlawan yang Kita Kirim untuk Berperang

Sambut Gagasan Akademi Atlet Nasional, Komisi X DPR: Bukan Sekadar Prestasi, tapi Investasi Jangka Panjang

Hardiyanto Kenneth Dilantik Jadi Ketua Percasi DKI Jakarta, Bertekad Cetak Sejarah Raih 10 Emas di Kejurnas Catur Mamuju 2025

Ikut Tanding ke China, Kris Dayanti Siap Bikin Sejarah di Kejuaraan Dunia Wushu 2025

Jalan Terjal Timnas Kick Boxing Indonesia Menuju SEA Games Thailand 2025, Optimis Bisa Raih Emas

Targetkan 2 Emas di SEA Games Thailand 2025, Timnas Esports Indonesia Incar Peluang dari Free Fire dan MLBB Women

Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet

Andalkan Pemain Naturalisasi Asal Rusia dan Atlet Muda, Tim Hoki Es Indonesia Berpotensi Bikin Kejutan di SEA Games 2025 Thailand

The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
