Pengakuan Cucu Kandung Jenderal Soedirman: Kakeknya Memiliki Tiga Jimat


Sisi heroik dan lembut Jenderal Besar Soedirman yang dungkapkan sang cucu kandung (Foto: ist.)
INDONESIA merupakan negeri dengan berjuta pahlawan. Ada begitu banyak kisah heroik tersimpan di balik perjuangan dalam merebut kemerdekaan negara. Salah satu nama yang paling sering disebut adalah Jenderal Besar Sudirman. Soedirman yang lahir pada 24 Januari 1916 adalah seorang perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Sebagai panglima besar Tentara Nasional Indonesia pertama, ia adalah sosok yang dihormati di Indonesia.
Di balik kisah heroiknya selama Agresi Militer I dan Agresi Militer II, Soedirman menyimpan banyak cerita yang hanya diceritakan pada anak cucunya. Salah satunya kepada Ganang Priyambodo Soedirman. Di luar sikap keras dan garangnya saat melawan Belanda, Soedirman memiliki kelembutan dan kerendahan hati yang ditunjukkan ke rakyat Indonesia.
Baca Juga:
Jenderal Soedirman, Pahlawan Indonesia yang Dibuatkan Patung di Negara Penjajah

"Setelah Agresi Militer II pada Desember 1948, beliau dan pasukannya disambut oleh rakyat sebagai pahlawan. Namun beliau menolak disebut Pahlawan," tutur Ganang dalam acara Rayakan Semangat Hari Pahlawan Bersama McDonald's Indonesia, Rabu (10/11).
"Beliau menolak itu dan mengatakan, 'Saya bukanlah pahlawan. Anda semua yang ada di darat, di laut, dan di udara sekalian yang merupakan pahlawan sebenarnya. Berkat doa dan dukungan dari kalian kita semua berhasil mengalahkan penjajahan. Kita berjuang bersama'," demikian Ganang mengulang kembali ucapan sang kakek.
Kerendahan hati bukanlah satu-satunya sisi kepahlawanan yang ditunjukkan oleh sang Jenderal. Dia rela menyerahkan seluruh harta bendanya untuk perjuangan melawan penjajah. Ganang menuturkan ketika perang gerilya, Jenderal Besar Soedirman dan pasukannya sudah habis-habisan. Tidak ada lagi harta yang tersisa. Perbekalan mulai dari amunisi, makanan, dan lain-lain pun sudah habis. Sulit rasanya bertahan di medan perang jika tidak ada lagi biaya penunjang.
Baca Juga:
Raden Aria Wangsakara, Pejuang dan Ulama Tangerang Jadi Pahlawan Nasional

Mereka pun meminta kepada Soedirman kembali ke Jogjakarta untuk meminta tolong pada rakyat agar memberi sumbangan guna perbekalan mereka. Namun, Soedirman menolaknya. "Dia termenung sejenak lalu berkata, 'Tidak kepada rakyat ini'. Setelah mengatakan itu, ia menghubungi istrinya, nenek saya Siti Alfiah. Beliau meminta untuk menyumbangkan seluruh harta bendanya," kisah Ganang.
Soedirman berhasil menaklukkan penjajah dengan kondisi fisik yang tidak prima. Bahkan saat perang gerilya, Soedirman terus dibopong dengan menggunakan tandu di sepanjang perjalanan. Melihat hal tersebut, banyak yang menduga jika Soedirman memiliki 'aji-ajian' tertentu. Ganang menuturkan bahwa sang kakek ternyata punya tiga 'jimat' yang membuatnya bisa bertahan hingga akhir.
"Beliau berkata bahwa dalam perjalanannya jimat yang selalu ia pegang ada tiga. Jimat pertama, sebagai orang beragama yakni menjalani agama dengan benar. Jimat kedua, tidak menzalimi siapapun juga. Sementara jimat ketiga dan pamungkasnya adalah melakukan segala sesuatu dengan tulus dan ikhlas," urai Ganang. (avia)
Baca Juga:
Memperingati Hari Pahlawan, Ismail Marzuki jadi Google Doodle
Bagikan
Berita Terkait
10 November dalam Sejarah: Hari Pahlawan Indonesia dan Momen Bersejarah Dunia

BG Beberkan Pesan Prabowo di Hari Pahlawan: Jaga Kekompakan dan Kebersamaan

Gibran Pimpin Upacara Peringatan Hari Pahlawan di TMP Kalibata

Menggali Sejarah Hari Pahlawan: Peran Pertempuran Surabaya dalam Kemerdekaan Indonesia

3 Tempat untuk Mengenang Kejadian G30S PKI

Ulama Kharismatik Kudus KH Asnawi Masuk Daftar Calon Pahlawan Nasional Baru

Peluncuran Buku Sejarah Unindra, Tiap Individu yang Menginspirasi Adalah Pahlawan

Refleksi Hari Pahlawan, MPI Gelar Aksi Damai Tolak LSM Asing

Jokowi Berikan Gelar Pahlawan Nasional Untuk Enam Tokoh

Rayakan Hari Pahlawan dengan 4 Film Ini
