Pemulihan Hutan dan Lahan Akibat Kebakaran Butuh 50 Tahun

Luhung SaptoLuhung Sapto - Rabu, 14 Oktober 2015
Pemulihan Hutan dan Lahan Akibat Kebakaran Butuh 50 Tahun

Pemadaman kebakaran hutan (Foto Antara/Nova Wahyudia)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih Peristiwa - Kebakaran hutan yang melanda di daerah Kalimatan dan Sumatera merusak ekosistem di kawasan hutan gambut. Menurut Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) membutuhkan waktu 50 tahun lebih untuk memperbaiki ekosistem yang rusak 

Manajer Kampanye Hutan dan Perkebunan Skala Besar Walhi Zenzi Suhadi menjelaskan proses perbaikan pada hutan gambut yang terdapat di hutan gambut memakan waktu cukup panjang. Untuk satu pohon saja butuh waktu 10 tahun. Belum lagi memulihkan sistem hidrologi, ekosistem, dan mata rantai.

"Bisa memakan waktu lebih dari 50 tahun untuk menciptakan hutan gambut seperti sedia kala, dan peran dari semua pihak agar dapat gambut dapat berfungsi seperti aslinya," ujar Zenzi saat ditemui di kantor Walhi, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan (13/10).

Zenzi menambahkan wilayah yang menjadi langganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) ada 10 provinsi, yakni Aceh, Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, dan Kaltara. Yang paling parah adalah Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng dan Kalsel. hampir setiap tahun daerah ini mengalami kebakaran hutan dan lahan. 

"Kami terus berupaya untuk terus mematikan api dan mencoba melakukan pemulihan terhadap hutan gambut yang saat ini terbakar. Di samping itu, perlu penanganan serius dari semua pihak untuk mengatasi masalah asap tersebut," tuturnya. 

Menurut Zenzi, pihaknya saat ini terus menjaga ekologi bukan hanya berapa jenis hewannya, tetapi keseimbangan dari ikatan matarantai suatu spesies. Jadi spesies yang hilang dari mata rantai berdampak punahnya suatu susunan dalam satu habitat.

"Kita melihat pembukaan lahan yang dilakukan perusahaan sawit, bukan hanya memusnahkan makhluk hidup dipermukaan tanah tetapi mempengaruhi ekosistem hutannya tetapi mempengaruhi pemukiman yang berada di sekitarnya, eksodus yang besar-besar ini dapat memunculkan konflik antara satwa dengan manusia. Tidak heran kalau kami mendengar manusia diserang macan, atau gajah merusak lahan pertanian warga," tandasnya. (Abi)

Baca Juga: 

  1. Walhi Akan Gugat 18 Korporasi Pembakar Hutan
  2. 38 Pemasok dan Ritel Tolak Produk Sinar Mas Group
  3. Malaysia Tambah Bantuan Atasi Kabut Asap
  4. Tangani Asap, Indonesia Berencana Beli 3 Pesawat Khusus
  5. Celoteh Ira Rayani Tentang Asap Kebakaran Hutan, Bikin Mata Terbuka
#Walhi #Kebakaran Hutan
Bagikan
Ditulis Oleh

Luhung Sapto

Penggemar Jones, Penjelajah, suka makan dan antimasak

Berita Terkait

Dunia
Kebakaran makin Berkecamuk, Yunani, Spanyol, dan Portugal Berpacu Padamkan Api saat Uni Eropa Tingkatkan Bantuan Lintas Negara
Sebagian besar Eropa Selatan masih berisiko tinggi akibat cuaca panas dan kering.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kebakaran makin Berkecamuk, Yunani, Spanyol, dan Portugal Berpacu Padamkan Api saat Uni Eropa Tingkatkan Bantuan Lintas Negara
Dunia
Eropa Selatan Dilanda Kebakaran Hutan, Suhu Ekstrem Tembus 40 Derajat Celsius
Peringatan panas ekstrem dikeluarkan di beberapa wilayah Italia, Prancis, Spanyol, Portugal, dan Balkan.
Dwi Astarini - Rabu, 13 Agustus 2025
Eropa Selatan Dilanda Kebakaran Hutan, Suhu Ekstrem Tembus 40 Derajat Celsius
Indonesia
Biaya Padamkan Karhutla Mahal, Satu Menit Penerbangan Habiskan Rp 300 Juta
Efisiensi dilakukan dengan mengombinasikan operasi modifikasi cuaca dan water bombing menggunakan helikopter atau pesawat berkapasitas lebih kecil ketika titik api masih sedikit.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 12 Agustus 2025
Biaya Padamkan Karhutla Mahal, Satu Menit Penerbangan Habiskan Rp 300 Juta
Dunia
Prancis Alami Kebakaran Hutan Terbesar Musim Panas ini, Areanya Lebih Luas daripada Kota Paris
Kebakaran telah meluas hingga lebih dari 13.000 hektare.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
 Prancis Alami Kebakaran Hutan Terbesar Musim Panas ini, Areanya Lebih Luas daripada Kota Paris
Indonesia
Peneliti IPB Ungkap Strategi Cerdas Tekan Karhutla dengan Padukan AI dan Keterlibatan Masyarakat
Semua kembali lagi ke masyarakat, bagaimana teknologi itu digunakan oleh masyarakat
Angga Yudha Pratama - Rabu, 06 Agustus 2025
Peneliti IPB Ungkap Strategi Cerdas Tekan Karhutla dengan Padukan AI dan Keterlibatan Masyarakat
Indonesia
Buka Lahan dengan Cara Membakar Kini Dilarang, Pemerintah: Gunakan Teknologi yang Modern
Membuka lahan dengan cara membakar tidak bisa dibenarkan karena berdampak buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 04 Agustus 2025
Buka Lahan dengan Cara Membakar Kini Dilarang, Pemerintah: Gunakan Teknologi yang Modern
Indonesia
Titik Panas di Kaltim Meningkat, Rata-Rata Harian di Atas 100 Titik
Dalam informasi titik panas selalu disebutkan tingkat kepercayaan sedang dengan angka 7 maupun kepercayaan tinggi dengan angka 8.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 31 Juli 2025
Titik Panas di Kaltim Meningkat, Rata-Rata Harian di Atas 100 Titik
Indonesia
Karhutla Sekitar Bandara Singkawang Jadi Lautan Api, Lahan 100 Hektar Ludes Terbakar
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sekitar Bandara Singkawang Kalimantan Barat terus meluas semakin sulit dikendalikan
Wisnu Cipto - Rabu, 30 Juli 2025
Karhutla Sekitar Bandara Singkawang Jadi Lautan Api, Lahan 100 Hektar Ludes Terbakar
Indonesia
Karhutla Kian Merajalela, DPR Desak Pemerintah Lakukan Ini Demi Selamatkan Indonesia
Rina juga menyoroti alokasi anggaran pada Ditjen Penegakan Hukum Kementerian Kehutanan untuk prasarana, sarana, dan pelibatan masyarakat
Angga Yudha Pratama - Rabu, 30 Juli 2025
Karhutla Kian Merajalela, DPR Desak Pemerintah Lakukan Ini Demi Selamatkan Indonesia
Indonesia
Puan Maharani Ungkap Korban Karhutla Bukan Cuma Lingkungan, tapi Anak-anak
Negara harus memastikan bahwa warga terdampak tidak hanya menjadi korban
Angga Yudha Pratama - Selasa, 29 Juli 2025
Puan Maharani Ungkap Korban Karhutla Bukan Cuma Lingkungan, tapi Anak-anak
Bagikan