Pemerintah Kulon Progo Hadirkan Program Wisata Ramah Difabel ‘Laku Wirasa’


Penyandang disabilitas akan dipandu oleh tokoh wayang wisata Kulon Progo, yaitu Geblek dan Sengek. (Foto: Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo)
PEMERINTAH Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kini memiliki program wisata ramah difabel bertajuk Laku Wirasa. Laku Wirasa merupakan akronim dari Layanan Kulon Progo Wisata Ramah Disabilitas.
"Kulon Progo mendahului untuk membuat inclusive tourism yang berada di D.I. Yogyakarta. Saya harap ini dapat berkembang dan membuktikan Yogyakarta siap mengadaptasi inclusive tourism,” kata Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Gusti Kanjeng Ratu Bendara, dalam keterangan pers yang diterima.
Program ini mewajibkan setiap pramuwisata bisa berbahasa isyarat hingga adanya layanan wisata berbasis Virtual Reality (VR) bagi penyandang disabilitas. Laku Wirasa dipamerkan pada sesi khusus pembacaan braille dan uji coba VR Laku Wirasa sebagai simbol kepedulian terhadap pentingnya Destinasi Wisata yang ramah difabel pada acara Grand Launching Laku Wirasa di Amphitheater Taman Budaya Kulon Progo, Jumat (27/10).
Baca juga:
Angkie Yudistia Ajak Penyandang Disabilitas Sukseskan Program Vaksinasi

"Selain diberikan pelatihan keterampilan bahasa Inggris, pemandu wisata juga dibekali keterampilan bahasa isyarat guna memudahkan wisatawan penyandang disabilitas," papar Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Joko Mursito.
Teknologi Virtual Reality (VR) turut melengkapi program ini. Menggandeng PT Vilabs Teknologi Indonesia (VILABS) sebagai mitra teknologi, pengembangan VR bertujuan sebagai pengenalan dan simulasi bagi penyandang disabilitas sebelum nantinya bisa berkunjung langsung untuk berwisata di Kulon Progo.
Dalam dunia VR ini, penyandang disabilitas akan dipandu oleh tokoh wayang wisata Kulon Progo, yaitu Geblek dan Sengek. Dua tokoh ini akan mengajak berkeliling ke destinasi wisata di Kulon Progo, yang nantinya di setiap titik ada penanda berupa warna merah, kuning, dan hijau dengan arti khusus. Merah artinya sulit dijangkau. Kuning bisa dijangkau tapi harus berhati-hati dan butuh pendampingan. Kemudian hijau artinya mudah dijangkau.
Baca Juga:
Gojek-Halodoc Manjakan Para Lansia dalam Program 10.000 Vaksinasi COVID-19

Teknologi VR menghadirkan wahana wisata virtual ke destinasi wisata tersebut seperti berada langsung dan bisa berpindah dari satu destinasi ke destinasi lain dalam waktu singkat tanpa perlu menempuh jarak yang jauh. Dengan suasana 360 view seakan-akan pengunjung merasakan kondisi nyata.
"Misal sewaktu berkeliling via VR di Widosari, akan ada penanda warna merah bagi tunanetra. Tapi tunadaksa dan tunarungu kemungkinan bisa kuning atau hijau. Tanda-tanda ini penting sebagai petunjuk apakah rekan-rekan difabel dapat menjangkau lokasi tersebut," terang Joko.
Ia melanjutkan, Laku Wirasa menjadi langkah awal untuk menciptakan inklusif tourism atau pariwisata ramah difabel di Kulon Progo. Nantinya, pariwisata ramah difabel juga akan dimasukkan ke dalam Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPARDA) 2025 Kulon Progo. (and)
Baca Juga:
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Menelusuri Jakarta Premium Outlets, Ruang Belanja Baru yang Mengusung Keberlanjutan dan Inklusi

4 Pariwisata Bahari di Pulau Enggano, Wajib Masuk Bucket List Traveling

Pramono Anung Tegaskan Ingin Jadikan Jakarta sebagai Destinasi Olahraga Internasional hingga Difabel

Monumen Kapal Lampulo, Saksi Bisu Dahsyathya Tsunami Aceh

5 Destinasi Wisata untuk Habiskan Pergantian Tahun di Sumatra Utara

3 Destinasi Sejuk Dalam Negeri untuk Liburan Akhir Tahun

Kolaborasi dengan Kementerian Pariwisata, Denda Buat Jingle untuk Labuan Bajo

Raih 10 Emas, Indonesia Juara Umum Para Badminton Internasional 2024

IShowSpeed Belajar Kosakata 'Minggir Lo Miskin' di Yogyakarta

Jelajahi Keindahan dan Pengalaman Liburan dengan Kapal Liveaboard di Labuan Bajo
