Peduli Lingkungan Sekitar Jadi Langkah Awal Pencegahan Bunuh Diri
Keberadaan lingkungan dan teman sekitar sangat memengaruhi mental seseorang. (Foto: Unsplash/Helena Lopes)
ADA beragam cara yang bisa dilakukan untuk mencegah bunuh diri. Zahrah Nabila Putri, psikolog klinis lulusan Universitas Gadjah Mada, mengatakan bahwa mengasah kepekaan dan kepedulian dengan sesama di sekitar menjadi upaya pertama dan penting dalam pencegahan bunuh diri.
"Dukungan dari teman sekelas, keluarga, kampus, itu penting, bisa dilakukan sebagai upaya reach out pertama (pencegahan bunuh diri)," kata Zahrah, dilansir Antara, Senin (10/10).
Di perguruan tinggi, Zahrah menilai diperlukan adanya pemantauan untuk kondisi mahasiswa, tapi sayangnya, tidak semua fakultas atau jurusan bisa memberikan fasilitas tersebut.
"Ada check in mental health every month, misalnya, mengingat semua jurusan pasti ada stressful-nya untuk mahasiswa, apalagi ini adalah kondisi pascapandemi, ada adaptasi dari online ke offline lagi, adaptasi dengan orang-orang dan lingkungan baru, dan lainnya. Banyak stress factor-nya," jelasnya.
Baca juga:
Menteri PPPA Sebut Kasus Bunuh Diri yang Menimpa NWS Bentuk Dating Violence
Meski fasilitas tersebut disediakan oleh pihak kampus, semua kembali pada individiu yang dituju. Apakah mereka mau untuk dibantu, apakah mau membagikan cerita sensitif yang ia alami, dan intervensi lainnya.
Zahrah menilai bahwa kelompok yang bisa dibiliang rentan untuk mengalami gangguan kecemasan, depresi, hingga akhirnya mengarah ke upaya bunuh diri adalah mahasiswa baru yang mengalami transisi dari sekolah ke bangku kuliah.
Lingkungan yang mereka tinggali sekarang berbeda, pertemanan yang jauh lebih beragam, dan adaptasi lainnya yang mungkin membuat diri sendiri menjadi kewalahan. Untuk itu, Zahrah mengingatkan kehadiran masing-masing individu diperlukan satu sama lain agar tidak merasa sendiri dan menggugah pikiran negatif.
Baca juga:
Polisi Geledah Rumah Tersangka Bom Bunuh Diri Kampung Melayu
"Ini menjadi reminder ke semua orang bahwa ada basic needs kita sebagai manusia. Sesederhana merespons obrolan di chat, baik di group chat maupun personal. Ada yang merasa insecure karena ia tidak pernah direspons, membuat dia merasa sendiri. Kita harus menyadari ada hal-hal sederhana seperti itu yang sudah meaningful untuk orang lain," kata Zahrah.
Bagi mereka yang memiliki kesulitan dan merasa tidak mampu menghadapinya sendiri, lanjut Zahrah, coba cari bantuan ke profesional seperti psikologi. Ia mengatakan, perlu kesadaran dari dalam diri juga untuk mau mengakui bahwa diri sendiri membutuhkan bantuan lebih lanjut.
"Yang terpenting, jangan sampai kehilangan harapan. Lakukan hal yang dirasa cocok, seiring dengan adanya keinginan untuk pulih. Jika merasa stuck, jeda pun tidak apa-apa. Mungkin itu waktunya untuk kontemplasi, dan itu juga membutuhkan waktu, fasilitasi untuk mengasah aspek emosi, fisik, dan pikiran," tutupnya. (and)
Baca juga:
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Raphael Varane Ngaku Alami Depresi saat Masih di Real Madrid, Paling Parah setelah Piala Dunia 2018!
2 Juta Anak Alami Gangguan Kesehatan Mental, Kemenkes Buka Layanan healing 119.id Cegah Potensi Bunuh Diri
Hasil Cek Kesehatan Gratis: 2 Juta Anak Indonesia Alami Gangguan Kesehatan Mental
Ibu Negara Prancis Brigitte Macron Disebut Kena Gangguan Kecemasan karena Dituduh sebagai Laki-Laki
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya