Pandemi Bikin Kualitas Pendidikan di Bogor Kian Menurun


PTM. (Foto: Humas Kota Bandung)
MerahPutih.com - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bogor, Jawa Barat membantu pemerintah daerah (Pemda) merancang strategi pembelajaran yang efektif di masa pandemi COVID-19.
Sistem pendidikan di masa pandemi telah berubah drastis dari pembelajaran tatap muka menjadi daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan banyak dianggap kurang efektif dalam pelaksanaannya.
Baca Juga:
Nyaris 500 Ribu Sekolah Gelar PTM, Provinsi Aceh Urutan Teratas
"Pendidikan tidak boleh terputus bagaimana pun caranya, termasuk di masa pandemi ini. Pendidikan harus terus berinovasi mengikuti perjalanan zaman," ungkap Ketua MUI Kabupaten Bogor, KH Ahmad Mukri Aji di Cibinong, Bogor, Minggu (12/9).
Ia menyebutkan, pendidikan merupakan fundamental setiap anak, sehingga tak ada alasan untuk tidak melakukan pendidikan demi melahirkan generasi penerus bangsa.
"Ini tugas kita untuk menyiasati bagaimana pendidikan bisa berjalan di masa pandemi ini," kata KH Mukri.
Ketua Bidang Pendidikan MUI Kabupaten Bogor, Saepudin Muhtar alias Gus Udin menyebutkan, pendidikan di masa pandemi dinilai masih berat untuk dilakukan di Indonesia, terutama di Kabupaten Bogor.
Pasalnya, kualitas pendidikan di Kabupaten Bogor terbilang masih belum merata baik dari fasilitas infrastrukturnya maupun sumber daya manusia atau pengajarnya.

"Hal ini dikarenakan fasilitas penunjang yang belum lengkap serta kuantitas dan kualitas tenaga pengajar yang masih terbatas. Kondisi ini diperparah oleh pandemi COVID-19 melanda Indonesia. Sebagai imbasnya, mutu pendidikan di Kabupaten Bogor semakin menurun sehingga sangat dibutuhkan strategi, inovasi, dan akselerasi pendidikan," kata Gus Udin.
Dosen di Universitas Djuanda (Unida) Bogor itu menyebutkan, dalam kondisi pandemi ini guru harus beradaptasi dengan cepat dan menyalurkan kreativitasnya agar mampu menciptakan suasana belajar mengajar yang menarik peserta didik.
"Ini diperlukan agar peserta didik bisa merasakan pengalaman belajar yang tidak jauh berbeda dengan kegiatan belajar mengajar pada kondisi normal yang dilakukan secara tatap muka di sekolah," katanya.
Ia meminta, guru harus memahami kebutuhan peserta didik seiring berkembangnya zaman, seperti mengimplementasikan pembelajaran jarak jauh baik dalam penggunaan aplikasi online, maupun menentukan metode pembelajaran yang cocok dengan keadaan pandemi," paparnya dikutip Antara. (*)
Baca Juga:
Anak Yatim Piatu Akibat COVID-19 Lebih 20 Ribu, Menteri PPPA Harap Tak Ada Tambahan Lagi
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Sekolah Ditargetkan Kembali Lancar di Rabu, 3 September 2025

Strategi Disdik DKI Cegah Siswa Ikut Demo, Pemberlakuan Belajar Jarak Jauh hingga Pengawasan Khusus pada Sekolah Rawan

Pemerintah Targetkan 12 Sekolah Garuda Rampung pada 2026, 4 Siap Beroperasi

Pelajar Indonesia Kesulitan Membaca Jam Analog, Kemampuan Numerasi Siswa Rendah
Negara Salurkan Rp 354,09 Buat Kebutuhan Hidup Anak Yatim Piatu, Diberikan ke Anak di Bawah 18 Tahun

Belasan Ribu Siswa Sekolah Rakyat Bakal Dapat Laptop Baru, Mensos Beri Jaminan Penting

Pendirian Sekolah Rakyat Dinilai Langkah Strategis Atasi Kemiskinan Struktural

Miris, APBD Jakarta Rp 91,34 T Tapi Masih Ada Anak Putus Sekolah karena Biaya

HUT Ke-80 RI Jatuh pada Akhir Pekan, Apakah Sekolah Wajib Menggelar Upacara Bendera?

Bantu Program Prabowo, Pramono Sediakan Gedung untuk Sekolah Rakyat
