Negara Ini Punya Jam Kerja Paling Rendah Namun Produktivitas Paling Tinggi di Dunia!


Sumber: Welcome Center Germany
JERMAN merupakan pusat industri Eropa. Memimpin manufaktur dunia dan dikenal sebagai negara paling produktif di dunia. Namun, produktivitas nan tinggi justru berbanding terbalik dengan beban jam kerja begitu rendah. Rata-rata jam kerja masyarakat Jerman maksimal 35 jam perminggu. Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Etos kerja menjadi kunci penting. Orang Jerman sangat fokus saat bekerja. Tak disambi bermain game, membuka sosial media, apalagi bergosip di jam kerja.
Dalam sebuah dokumenter BBC bertajuk Make Me A German, seorang perempuan muda Jerman saat bekerja di Inggris mengaku gegar budaya terhadap etos kerja di negeri Ratu Elizabeth. Ia heran dengan para pekerja Inggris bekerja dengan sangat kasual dan santai.
Di Jerman, menurutnya, para pekerja tak diperkenankan membuka facebook atau email pribadi saat di area perkantoran. Tak hanya itu, mereka selalu berorientasi pada tujuan dan sangat menghargai bentuk komunikasi secara langsung.
Pekerja Jerman akan langsung menyampaikan laporan pekerjaan kepada manajer tanpa basa-basi. Bicara bertele-tele justru memperlambat pekerjaan, dibandingkan mengatakan secara lugas "bisakah kau mengerjakan ini sebelum pukul 3?", atau mereka lebih suka berkata "aku butuh laporan ini pukul 3."
Salah satu budaya kerja di Jerman adalah Work Hard Play Hard. Ketika jam kerja, mereka sangat fokus untuk menghasilkan produktivitas secara efisien. Namun ketika jam kerja usai, mereka melepaskan seluruh atribut kerja. Mereka merasa nongkrong saat pulang kerja tak penting. Mereka selalu memisahkan antara hubungan personal dan profesinal. Di luar jam kerja, tak ada yang membicarakan pekerjaan. Sesama rekan kerja pun sangat menghargai kehidupan pribadi. Mereka akan menaruh teleponnya di rumah dan menghabiskan waktu bersama orang-orang tercinta. Hal tersebut membuat pekerja Jerman jarang mengalami stres karena pekerjaan.
Dibandingkan nongkrong dengan rekan kerja mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan komunitas. Beberapa komunitas yang kerap dipilih masyarakat Jerman misalnya seperti sportvereine (klub olahraga), gesangvereine (klub nyanyi), wandervereine (komunitas pecinta alam), tierzuchtvereine (komunitas pecinta hewan) dan lain-lain.

Para pekerja Jerman, terutama para ibu, juga beroleh hak istimewa. Perempuan Jerman bisa mendapatkan keuntungan finansial dengan bekerja dari rumah. Mereka percaya para ibu tetap harus memiliki waktu luang di rumah demi mendidik anak-anak.
Pemerintah Jerman menerapkan sistem elternzeit (waktu orang tua). Para pekerja yang telah bekerja di perusahaan selama 12 bulan bisa mengajukan cuti selama tiga tahun tanpa bayaran. Mereka bahkan bisa memperpanjang waktu cuti hingga anak mereka telah berulang tahun ke-8. Bagi mereka yang ingin memanfaatkan elternzeit, mereka tetap mendapatkan upahnya 67% dari gaji selama 14 bulan. (*) Avia
Bagikan
Berita Terkait
Jerman Jadi Pasar Sensor Asal Indonesia, Produk Diproduksi di Batam

Kereta di Jerman Tergelincir Bawa Penumpang 100 Orang, Sejumlah Orang Tewas dan Terluka

Dicalonkan Jadi Dubes RI untuk Jerman, Abdul Kadir Siap Wujudkan Visi Prabowo dalam Diplomasi

Prediksi Jerman vs Italia: Perburuan Tiket Semifinal UEFA Nations League 2024/25

Mesut Ozil Dilarang Kunjungi Werder Bremen, Dituduh Ekstremis Sayap Kanan

3.400 Penerbangan di 11 Bandara Jerman Dibatalkan Imbas Aksi Mogok Massal Senin Lusa

Senin 10 Maret, Operasional 11 Bandara Utama Jerman Terganggu 24 Jam Imbas Mogok Massal Buruh

Mobil Seruduk Demonstrasi Pekerja di Munchen, 27 Orang Luka-Luka

EKONID dan Goethe-Institut Perkuat Kemitraan untuk Dukung Tenaga Kerja Indonesia ke Jerman

Kebijakan Usia Pensiun 59 Tahun Jadi Tantangan Bagi Pengusaha
