Museum di Italia Pakai Teknologi untuk Tetap Jaga Jarak Fisik


(Foto: Massimo Adami)
ITALIA merupakan salah satu negara yang paling terpukul dari pandemi COVID-19 yang masih berlangsung ini. Namun setelah mencatat beberapa tingkat infeksi terendah dalam 24 jam awal pekan ini, Italia perlahan-lahan mulai mengurangi kebijakan pengunciannya yang ketat. Di seluruh negeri, museum sekali lagi diizinkan untuk membuka pintu bagi pengunjung sambil menerapkan tindakan pencegahan keselamatan yang ketat.
Salah satu bentuk tindakan pencegahan tersebut adalah dengan perangkat yang akan memastikan orang menjaga jarak dari pengunjung lain. Lembaga budaya pertama yang menguji gawai baru ini adalah Katedral Santa Maria del Fiore di Florence, yang lebih dikenal sebagai Duomo.
Baca juga:

EGOpro Active Tag, dikembangkan oleh perusahaan Advanced Microwave Engineering yang berbasis di Florence. Bentuknya seperti kalung yang sebenarnya perangkat audio tur yang digunakan beberapa museum, dan memanfaatkan teknologi radio untuk mengukur jarak antara dua tag.
Jadi, jika kamu terlalu dekat dengan seseorang kurang dari jarak aman 2 meter, perangkat akan mulai menyalakan lampu merah dan bergetar. Jika kamu bepergian dalam grup, perangkat dapat di pra-kalibrasi sehingga kamu dapat berjalan bersama. Alat ini diberikan kepada semua orang di pintu masuk dan dibersihkan setelah digunakan.
Untuk memastikan ada banyak ruang untuk menjaga aturan jarak sosial, Duomo hanya mengizinkan sejumlah kecil orang per hari atau sekaligus. Ini kebijakan baru yang nantinya harus diikuti oleh kebanyakan museum yang dibuka kembali.
Baca juga:

Nantinya museum seperti Galleria Borghese dan Scuderie del Quirinale di Roma akan membatasi waktu yang bisa orang habiskan di dalam. Galleria Borghese, misalnya, hanya mengizinkan waktu berkunjung selama 120 menit. Kemudian orang yang datang dibatasi hanya 80 orang sekaligus. Sementara seorang penjaga di Scuderie del Quirinale akan membawa kelompok enam orang di dalam galeri dalam interval lima menit. Setelah itu, grup akan memiliki 80 menit untuk melihat pameran.
Jangan berharap untuk berpikir bahwa kamu dapat menipu dan berada di dalam lebih lama. Berkat perangkat jarak sosial ini, otoritas museum juga dapat melacak dengan tepat berapa banyak waktu yang orang habiskan di dalam. (lgi)
Baca juga:
Bagikan
Leonard
Berita Terkait
Ketua DKJ Tegaskan Perusakan Benda dan Bangunan Bersejarah Adalah Kejahatan Serius yang Melampaui Batas Kemanusiaan

Kerusakan Museum dan Cagar Budaya di Tiga Kota Jadi Kerugian Besar Bagi Bangsa, Fadli Zon Minta Pelaku Kembalikan Koleksi yang Dijarah

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Nasib Pemain Serie A di Ujung Tanduk! Gaji Bakal Dipotong Jika Timnya Degradasi

Pemprov DKI Setuju dan Dukung Pendirian Musem Gus Dur di Jaksel

Bikin Ilmuwan Terkejut! Ini Rahasia Dinosaurus Super Cepat "Enigmacursor" yang Mampu Berlari Lebih Cepat dari Predator Terbesar

Transformasi Sang Badak, Harapan Italia Akhiri Kutukan Gagal Lolos Piala Dunia

Era Baru Gli Azzurri Segera Dimulai! Gennaro Gattuso Resmi Jadi Nahkoda Timnas Italia

Pemerintah dan Keluarga Sepakat Jadikan Rumah Bing Slamet Museum

Museum Belanda Pamerkan Kondom Langka Abad ke-19, masih Utuh belum Dipakai tapi Terbukti tak Efektif
