Mengenang Sahur on the Road, Kebiasaan Ramadan Masyarakat Urban


Kegiatan SOTR makin menghilang di masa pandemi. (Pixabay-Skitterphoto)
JALANAN Jakarta dua tahun belakangan saat tiba waktu sahur tampak lengang. Tak ada kemacetan akibat cegatan sekelompok pengendara kebanyakan anak muda membentangkan bendera, berfoto, sambil beberapa di antara mereka membagikan hidangan sahur berupa nasi bungkus. Tak terdengar kabar pula ada jalan ditutup karena rombongan tawuran di jalan raya.
Pandemi dua tahun terakhir membuat kebiasaan tersebut sirna. Bahkan, kebiasan sahur Warga +62 pun berubah selama pandemi. Rumah menjadi tempat paling nyaman bagi umat muslim melaksanakan ibadah sahur ketimbang tempat makan di luar rumah.
Survei Jakpat menunjukan kebiasaan orang bersantap sahur di rumah menjadi lebih besar di masa pandemi dengan raihan sebanyak 68 responden mengaku masak sendiri untuk hidangan sahur, lalu 22 persen membungkus makanan untuk dimakan di rumah, 19 persen pesan makanan daring, dan hanya 11 persen makan di tempat makan.
Pihak berwenang secara tegas melarang kegiatan Sahur on the Road (SOTR) atau kegiatan membagikan hidangan sahur pada orang membutuhkan dengan berkendara bersama-sama mengunjungi beberapa lokasi tujuan. SOTR umum dilakukan komunitas, teman-teman sekolah, hingga rekan-rekan universitas satu angkatan. Biasanya mereka melakukanya dengan beramai-ramai, berkonvoi menggunakan kendaraan roda dua hingga empat.
Konsep awal kegiatan SOTR sebetulnya dengan berkonvoi bersama membagi-bagikan makanan kepada orang-orang membutuhkan di panti asuhan dan di tempat lainnya.
Baca juga:
Polda Jabar Larang Kegiatan SOTR

Namun, kebiasaan tersebut pudar dan bergeser menjadi hanya kebiasaan sahur bersama teman-teman dengan berkonvoi ria bersama menuju satu destinasi tempat di tengah kota atau titik lainnya.
Biasanya peserta SOTR dapat mencapai ratusan orang. Saking banyaknya peserta SOTR dalam satu kelompok, tak jarang malah membuat kemacetan dan kepadatan di jalan raya.
Banyaknya jumlah peserta SOTR tak jarang juga memicu keributan hingga kericuhan antarkelompok akibat saring berebut jalan, tempat, hingga aksi saling sok jagoan di jalan. Kegiatan SOTR awalnya memiliki tujuan positif kerap malah berakhir dengan perselisihan antarkelompok.
Baca juga:
Ikut SOTR Saat Bulan Puasa Siap-Siap Ditindak Polisi

Tak sedikit pula peserta SOTR sudah menyiapkan kelompok dengan sejumlah senjata tajam dan lainnya untuk membekali diri bila terjadi kericuhan di jalan dengan kelompok lainnya. Akibatnya SOTR malah menimbulkan korban luka bahkan korban jiwa.
Maka, pihak berwajib melarang pelaksanaan SOTR demi keamanan dan kenyamanan warga masyarakat. Apalagi situasi pandemi Covid-19 tak memungkinkan ada kerumanan orang di ruang terbuka. (waf)
Baca juga:
Aksi Vandalisme dan Tawuran Peserta SOTR Nodai Bulan Ramadan
Bagikan
Andrew Francois
Berita Terkait
'Demon Slayer: Infinity Castle' Jadi Inspirasi Kolaborasi Menu Minuman Eksklusif

Jeritan UMKM di District Blok M, Harga Sewa Naik Langsung Bikin Tenant Cabut

Menemukan Ketenangan dan Cita Rasa Bali di Element by Westin Ubud, Momen Sederhana Jadi Istimewa

Karyawan Palsukan Tanggal Kedaluwarsa, Jaringan Ritel Jepang Hentikan Penjualan Onigiri

Oase Seribu Rasa di Arena Lakeside Kemayoran, Sajikan Kelezatan Nusantara dan Asia Tenggara dengan Sentuhan Modern

Berburu Promo Makanan di 17 Agustus, dari Potongan Harga sampai Tebus Murah

Bertualang Rasa di Senopati, ini nih Rekomendasinya
Gerakan ’SAPU PLASTIK’ Kumpulkan 2,5 Ton Limbah, Beri Apresiasi Pelanggan dengan Diskon 20 Persen

Menilik Deretan Menu Spesial ala Future Menu 2025 Ramaikan Industri Kuliner Indonesia

Dukung Gaya Hidup Sehat, ini nih Manfaat Sehat Jus Cold-Pressed
