Mengenal Sapioseksual, ketika Isi Kepala Lebih Menarik daripada Kelamin


Sapioseksual tertarik kepada isi otak seseorang. (foto: unsplash/michael prewett)
SELAMA ini isu preferensi seksual menjadi hal yang selalu hangat untuk dibicarakan. Secara tradisional, kita diajarkan dalam pola biner. Bahwa perempuan tertarik kepada lelaki secara seksual. Demikian sebaliknya.
Namun, di masa kini, norma tradisional tak lagi pas. Ada berbagai orientasi seksual di luar sana. Kaum LGBTQ misalnya. Belakangan munucl juga istilah panseksual. Terbaru, hadir kata 'sapioseksual'.
Untuk istilah itu, produser musik Mark Ronson punya cerita. Dalam sebuah wawancara dengan Good Morning Britain, produser dan penyanyi Mark Ronson mengungkapkan diri sebagai seorang sapioseksual. "Aku merasa diriku ini ialah seorang sapioseksual," ujarnya.
Meskipun mengaku seorang sapioseksual dalam acara tersebut, Ronson mengaku sebenarnya ia belum pernah tahu ada istilah sapioseksual sampai hal itu diungkap penulis dan jurnalis Nicki Hodgson di acara tersebut.
BACA JUGA: HAM Idola Korea yang Dirampas oleh Agensi
Hodgson sebelumnya mengidentifikasi dirinya sebagai seorang sapioseksual. "Aku pernah berkencan dengan pria, perempuan, transgender, dan mereka yang disebut biseksual. Namun, satu-satunya hal yang menghubungkan orang-orang yang aku kencani ialah isi otak mereka," jelas Hodgson.
Jadi, apa sih artinya menjadi sapioseksual?

Kata 'sapioseksual' berasal dari istilah 'sapiens' yang berarti bijaksana. Jika dikaitkan dengan pengalaman Hodgson dan Ronson, bisa dikatakan bahwa sapioseksual adalah seseorang yang memiliki ketertarikan terhadap orang lain berdasarkan tingkat kecerdasan dan isi pikirannya.
NPR.org melansir popularitas istilah tersebut mulai meningkat saat sebuah aplikasi kencan daring, OkCupid, memperkenalkan berbagai macam pilihan orientasi seksual untuk penggunanya. Salah satunya ialah sapioseksual.
Kini istilah sapioseksual jadi salah satu jenis preferensi tersendiri dalam memilih pasangan. Setiap orang memang punya preferensi dalam memilih pasangan, mulai dari penampilan fisik, selera musik, hingga kesamaan hobi. Beberapa di antaranya memiliki ketertarikan emosional, bahkan seksual, pada orang dengan tingkat kepandaian tertentu.
Dalam artikelnya di Psychology Today, Diana Raab, PhD menyebut mereka yang mengaku sebagai sapioseksual percaya bahwa otak manusia merupakan organ seks terbesar. Mereka lebih bergairah dan antusias pada lawan bicara yang punya rasa ingin tahu, berpikir tajam, serta terbuka akan hal-hal baru.

Orang sapioseksual tertarik pada percakapan berbau filsafat, politik, atau psikologi. Namun, tidak selamanya ketertarikan ini menjurus pada seksualitas. Terkadang, sapioseksualitas juga dapat terjadi pada hubungan pertemanan biasa. Contohnya, kamu lebih suka berteman dengan orang-orang pintar karena kamu bisa mendiskusikan isu-isu seputar politik atau ekonomi. Bisa dikatakan hal tersebut juga bagian dari sapioseksualitas.
Fenomena itu juga didukung oleh sebuah jurnal penelitian yang terbit di Intelligence. Penelitian yang dilakukan kepada 383 orang dewasa tersebut mencari tahu kualitas apa yang dicari dalam pasangan, serta ketertarikan mereka pada tingkat kecerdasan yang berbeda-beda.Hasilnya menunjukkan bahwa 'kecerdasan' menempati posisi kedua pada kualitas yang paling disukai dalam pasangan, setelah 'baik dan pengertian'.
Raab menjelaskan bahwa preferensi sapioseksual ini mungkin saja terbentuk dari apa yang terjadi selama masa kecil seseorang, termasuk bagaimana dia memandang hubungan asmara. Faktor-faktor yang mendasari hal tersebut meliputi hubungan dengan orangtua, pengalaman cinta pertama, serta pengalaman intim pertama dengan pasangan.
Ada kemungkinan seseorang mencari pasangan dengan sifat atau kualitas diri yang tidak pernah dimiliki. Fenomena itu ternyata dapat membantu seseorang mengenal diri sendiri lebih dalam.
Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan seorang sapioseksual juga mempertimbangkan kualitas lain di samping kecerdasan pasangannya, seperti halnya penampilan fisik, kebaikan hatinya, atau selera humor.(dwi)
Bagikan
Berita Terkait
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan

Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga

Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak

Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas

Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan

Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
