Mengenal Masjid Tertua di Nusantara
Masjid Saka Tunggal (Instagram/kaca_nusa)
PENYEBARAN agama Islam ke Indonesia memang melalui proses yang sangat panjang. Ada yang mengatakan kalau Islam sudah ada di tanah Nusantara sejak abad ke-7, sebagian lainnya menyebutkan di abad ke-13.
Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, para orang terdahulu meninggalkan berbagai kenangan berupa bangunan, prasati atau lainnya. Seperti Masjid Saka Tunggal yang terletak di desa Cikakak, kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, provinsi Jawa Tengah.
Masjid ini bukanlah bangunan sembarangan. Seperti yang tertulis pada saka guru atau tiang utama, Masjid Saka Tunggal dibangun pada abad ke-12 tepatnya di tahun 1288 oleh pria bernama Kyai Mustolih.
Banyak peneliti yang datang ke masjid ini. Namun sedikitnya informasi membuat mereka cukup kesulitan untuk menguak sejarah Masjid Saka Tunggal. Terlebih kitab-kitab yang dibuat sang pendiri telah hilang entah kemana.
Masyarakat sekitar percaya Kyai Mustolih merupakan putra dari Prabu Siliwangi dari Padjajaran. Dikatakan juka kalau Kyai Mustolih adalah pendiri Desa Cikakak. Desa tersebut dijadikan markas utama dalam melakukan penyebaran agama Islam.
Dibangun saat masa Kesultanan Mataram Kuno memang membuat unsur kejawen sangat melekat pada masyarakat di sekitar masjid. Terdapat ritual yang diberi nama Ganti Jaro.
Ritual ini adalah mengganti pagar secara bergotong royong. Masyarakat di sekitar masjid percaya kalau ritual ini bisa menghilangkan sifat jahat manusia. Sejumlah utusan keraton Surakarta dan Yogyakarta juga ikut ambil bagian.
Menariknya ritual ini memiliki pantangan. Masyarakat yang ikut ambil bagian dalam tradisi tak boleh bersuara keras dan memakai alas kaki. Ritual Ganti Jaro diakhiri dengan mengarak 5 gulungan berisi nasi tumpeng.
Tradisi unik lainnya yakni saat berzikir. Mereka akan melantunkan kidung Jawa dengan campuran bahasa Arab dan Jawa. Hal yang sama juga dilakukan saat khutbah Jumat.
Saat memasuki waktu salat, muazin tak menggunakan pengeras suara. Sebagai gantinya adzan dilantunkan oleh empat orang sekaligus. Pakaian yang dipakai empat orang ini sama dengan imam yakni baju lengan panjang putih dan udeng bermotif batik. (*)
Selain artikel ini kamu juga bisa baca Kisah Hijrah 'Anton Medan' Sang Preman Kelas Kakap
Bagikan
Berita Terkait
Gaungkan Hidup Sehat, Coway Indonesia Donasikan Purifier ke Yayasan dan Masjid di Jakarta
Kemenag Tegaskan Tidak Ada Larangan Istirahat di Masjid, Tapi Pengelola Wajib Pasang CCTV Biar Aman
Tragedi Masjid Sibolga: Kemenag Murka Rumah Ibadah Diubah Jadi Arena Kekerasan, Program Inklusif Terancam Gagal Gara-Gara Aksi Para Pelaku
DMI Kecam Peristiwa Tragis Pemuda Musafir Dikeroyok dan Meninggal Saat Mau Istirahat di Masjid
Menag dan Ketua DMI Hadiri Peresmian Masjid Raya Baitul Mukhtar BSD City
Jangan Usir Anak-Anak Saat Bermain di Lingkungan Masjid, Bikin Juga Program Buat Anak Muda
Cegah Anak Kecanduan Ponsel, Masjid-Masjid di Jakarta Bikin Pojok Baca
Kena Blokir YouTube dan Instagram, Masjid Jogokariyan Pusatkan Info Lewat Akun Baru
Membangun Harmoni dan Persaudaraan Kebangsaan, Begini Seruan MUI untuk Kolaborasi Lintas Sektor Melawan Islamofobia dan Menjaga Integrasi Nasional
Marak Hasutan Provokasi, Ketum Walisongo: Jangan Sampai Terprovokasi Adu Domba Oknum Tak Bertanggungjawab