Menangi Turnamen, 3 Biksu Muda Bikin Heboh Dunia Esports


Ketiga siswa SMA Balee Sathit Suksa mengenakan jubah biksu ke turnamen (Foto: Facebook/Nkc Academic)
ESPORTS tengah jadi industri paling menjanjikan saat ini. Besarnya jumlah uang yang berputar di industri ini, kepopulerannya di kalangan anak muda, dan perkembagan pesat jadi alasan banyak orang ingin ikut terjun dalam industri olahraga elektronik ini.
Bukan sesuatu yang baru ketika melihat banyak peserta di berbagai turnamen esports masih berusia belasan tahun. Tak jarang mereka lah yang jadi pemenang. Tapi apa jadinya jika biksu-biksu yang jadi pemenang sebuah turnamen esports?
Baca juga:
Menjuarai Piala Dunia DOTA 2, Berikut Fakta Menarik Tim OG dan The International 2019
Hal tersebut yang terjadi pada turnamen Speed Drifters di Thailand. Tiga biksu berhasil menjadi pemenang di acara 'Khon Kaen University (KKU) Nong Khai Fair 2019'. Tiga orang biksu tersebut berasal dari SMA Balee Sathit Suksa.

Dilansir dari laman GameRant, peserta yang hadir dalam acara tersebut dibuat bingung ketika melihat ketiga siswa dari SMA Balee Sathit Suksa. Bagaimana tidak? Mereka datang ke acara tersebut mengenakan jubah atau seragam yang biasa dipakai para biksu.
Banyak orang di media sosial yang melempar protes untuk tiga biksu muda tersebut. Pakaian para biksu dianggap tak pantas digunakan karena berhubungan dengan nilai agama. Kokkiad Chaisamchareonlap, selaku koordinator akademis untuk ketiga siswa tersebut tak setuju dengan pernyataan itu.
"Mereka (ketiga siswa) hanya anak-anak, yang seperti anak seumuran lainnya yang sedang bertumbuh, mengembangkan bakat yang mereka punya, dan menjelajahi keingintahuan mereka," ucap Chaisamchareonlap.
Baca juga:
First Media Luncurkan First Warriors untuk Dukung 'esports' di Indonesia

Banyak murid di SMA mereka tumbuh di tengah kemiskinan. Mereka tak mengenal teknologi di usia dini. Oleh sebab itu SMA Balee Sathit Suksa senang dapat memberikan akses teknologi untuk murid-muridnya. Begitu juga dengan ketiga biksu juara tersebut.
Semua biksu biasanya menghabiskan waktu lebih dari 20 jam seminggu mempelajari nilai-nilai religius. Di luar waktu tersebut, mereka dibebaskan untuk mencari pengetahuan di bidang lain. Ketiga biksu muda tersebut tertarik dengan game Speed Drifters di kelas komputer. Sejak saat itu mereka tertarik dengan dunia esports.
Menurut Chaisamchareonlap, ketiga biksu muda kemudian tertarik untuk ikut dalam turnamen. SMA Balee Sathit Suksa pun memberikan kesempatan bagi tiga muridnya. Tapi mereka tak menyangka ketiga muridnya itu menjadi juara di turnamen. Tentunya tidak ada yang memperkirakan hal ini dan kemenangan yang diraih tiga biksu muda itu jadi kejutan membahagiakan. (sep)
Baca juga:
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Roblox Jadi Ekstrakurikuler SMP di Solo, Walkot Respati Sebut Jadi Edukasi Menarik

Genshin Impact Rayakan Anniversary Ke-5, Nod-Krai Resmi Dibuka

Adaptasi Game Thriller 'Exit 8' Hadir di Layar Lebar: Misteri, Anomali, dan Ketegangan di Stasiun Bawah Tanah Tokyo

Genshin Impact Versi Candra I Hadir 10 September, Bawa Terang Rembulan di Nod-Krai

HoYoverse Umumkan Honkai: Nexus Anima, Buka Pendaftaran Uji Coba Tertutup

Zenless Zone Zero Versi 2.2 Rilis 4 September, Kenalkan Obol Squad yang akan Membalikkan Keadaan

Mengenal Berbagai Cara Top Up Game dengan Aman dan Terjangkau

DPR Dukung Larangan Roblox: Bukan Sekadar Game, Konten di Dalamnya Dicurigai Merusak Moral dan Memicu Kekerasan Anak

Pemerintah Didesak Blokir Roblox, KPAI: Jika Mereka Terbukti Melanggar UU ITE

Pemprov DKI Peringatkan Bahaya Tersembunyi di Balik Game Roblox yang Marak Dimainkan Anak-Anak, Orang Tua Wajib Waspada
