Menakar Peluang Kiai Said dan Gus Yahya Jadi Ketum PBNU

Andika PratamaAndika Pratama - Rabu, 22 Desember 2021
Menakar Peluang Kiai Said dan Gus Yahya Jadi Ketum PBNU

panduk Muktamar NU ke-34 terpasang di salah satu jalan Protokol di Bandar Lampung, Lampung, Selasa (21/12/2021) ANTARA FOTO/Ardiansyah

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih.com - Calon Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mungerucut pada dua nama jelang Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar hari ini hingga besok. Keduanya yakni, Ketum PBNU petahana KH Said Aqil Siradj dan Rais Aam PBNU Yahya Cholil Staquf.

Lalu siapa yang berpotensi menang dan menjadi orang nomor satu di organisasi Islam terbesar di Indonesia itu?

Baca Juga

Kenakan Jas dan Sarung, Jokowi Bertolak ke Lampung Buka Muktamar NU

Pakar politik Khairul Umam menilai, setidaknya ada beberapa faktor yang berpotensi mempengaruhi arah keputusan pemilik hak suara di Muktamar kali ini. Pertama, level independensi dan netralitras PWNU, PCNU dan juga PCI-NU dalam menentukan pilihan di pemungutan suara nanti.

"Kedua, efektivitas kekuatan masing-masing loyalis dalam mendukung calon masing-masing," kata Khoirul Umam yang merupakan Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina, dalam keterangannya, Rabu (22/12).

Ketiga, pengaruh kekuatan sel-sel ekonomi-politik dari internal Nahdliyin yang tersebar di berbagai lini, baik di level state actor maupun non-state actor. Kemudian yang keempat, potensi adanya intervensi kekuatan ekonomi-politik dari pihak eksternal Nahdliyin, yang mencoba mencari untung dari agenda dukung-mendukung calon Ketum PBNU.

"Hipotesisnya, jika faktor pertama dan kedua kuat, sedangkan faktor ketiga dan keempat lemah, maka hasil Muktamar NU ke-34 kali ini akan menghasilkan produk keputusan dan kepemimpinan yang lebih genuine dan sesuai aspirasi jamaah Nahdliyyin di nusantara," ujarnya.

Calon Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya bersilaturahmi dengan PCNU dan PWNU di Graha Wangsa, Bandarlampung, Selasa (21/12). ANTARA/HO-Wibowo P
Calon Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya bersilaturahmi dengan PCNU dan PWNU di Graha Wangsa, Bandarlampung, Selasa (21/12). ANTARA/HO-Wibowo P

Namun sebaliknya, menurut Khoirul, jika faktor pertama dan kedua lemah, sedangkan faktor ketiga dan keempat tinggi, maka hasil Muktamar NU akan lebih ditentukan oleh kekuatan ekonomi-politik yang mencoba mencari untung dan membangun pengaruh jelang Pemilu 2024.

Khoirul menilai, Kiai Said paling berpeluang memenangkan kontestasi ini. Hal itu lantaran Kiai Said telah memimpin NU selama 10 tahun, dan telah membangun akar yang cukup kuat di tingkat wilayah (PWNU), cabang (PCNU) dan juga cabang istimewa (PCI-NU).

"Kiai Said juga merupakan figur yang tegas dan clear dalam menyikapi tren fundamentalisme Islam di Indonesia," ujarnya.

Baca Juga

Jokowi-Ma'ruf Dipastikan Hadiri Pembukaan Muktamar NU

Kiai Said, kata dia, juga dianggap tokoh sentral yang berhasil mengawinkan pasangan Presiden Joko Widodo (Jokowi)-Wapres Maruf Amin sebagai representasi bersatunya kelompok nasionalis dan Islam moderat di PIlpres 2019 lalu. Artinya, Kiai Said memiliki hubungan erat dengan Istana Presiden dan Ketum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri sebagai pemilik saham utama pemerintahan saat ini.

Namun demikian, Khoirul menilai Muktamar NU lebih ditentukan sikap para pemilik suara yang cukup sensitif pada narasi-narasi kontroversial. Saat ini, kata dia, Kiai Said berpotensi dihantam oleh sejumlah narasi kontroversial.

"(misalnya) pentingnya regenerasi, kuatnya nuansa politisasi PBNU hingga tudingan sebagian pihak pada elemen lini tengah tim Kiai Said yang beberapa waktu lalu dianggap berani memalsukan tanda tangan Rois Aam," ungkapnya.

Oleh karena itu, Khoirul berpendapat, untuk menang, tim Kiai Said harus mampu menetralisir narasi-narasi sensitif itu, yang belakangan terasa cukup efektif mempengaruhi sikap keorganisasian sejumlah pimpinan PWNU dan PCNU di sejumlah wilayah.

Kendati Khoirul menilai Kiai Said paling berpeluang menjadi Ketum PBNU, namun dirinya menyebut Yahya Cholil Staquf atau yang karib disapa Gus Yahya memiliki peluang yang sama.

Gus Yahya, saat ini dianggap menjadi penantang terberat bagi petahana. Secara perlahan, menurut Khoirul, pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah itu, berhasil mengonsolidasikan dukungan, dengan berselancar di atas narasi-narasi sensitif yang harus diklarifikasi Kiai Said.

"Meskipun tidak mudah dibuktikan, namun keberadaan Menteri Agama Gus Yaqut yang notabene adik kandung Kiai Yahya, berpotensi memberikan keleluasaan untuk membangun komunikasi dengan PWNU dan PCNU di daerah yang notabene juga berkhidmat di Kementerian Agama," ujarnya.

Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj memantau lokasi Muktamar Ke-34 NU di Ponpes Darussa'adah Kabupaten Lampung Tengah, Senin (20/12/2021). (ANTARA/Agus Wira Sukarta)
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj memantau lokasi Muktamar Ke-34 NU di Ponpes Darussa'adah Kabupaten Lampung Tengah, Senin (20/12/2021). (ANTARA/Agus Wira Sukarta)

Selain itu, Khoirul melanjutkan, secara politik Gus Yahya dianggap sebagai tokoh baru yang berpotensi mengubah pola relasi antara NU dengan sejumlah stakeholders di Tanah Air. Mulai dengan partai-partai politik tertentu hingga ormas-ormas lain yang selama ini cukup sering bersitegang dengan NU.

"Karena itu secara politik, Kiai Yahya tidak memiliki resistensi besar dari kekuatan-kekuatan politik internal maupun eksternal NU," imbuhnya.

Terlebih lagi, lanjut dia, jika Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar bisa membuat kesepakatan agar kemenangan Gus Yahya tidak dijadikan sebagai ajang konsolidasi kekuatan untuk men-challenge kepemimpinan Cak Imin yang telah bertahan selama lebih dari 20 tahun di PKB.

Terlepas dari itu, menurut Khoirul, narasi sensitif yang bisa digarap untuk melemahkan dukungan Gus Yahya salah satunya terletak pada isu “pro-Israel” yang seringkali dikaitkan dengan kehadirannya di sebuah even forum internasional di Tel Aviv beberapa tahun lalu.

"Jika Kiai Yahya mampu mentralisir dan menjelaskan alasan kehadirannya di forum internasional tersebut dengan baik pada PWNU, PCNU, dan PCI-NU, maka besar kemungkinan ia mampu mengonsolidasikan kekuatannya untuk memenangkan kontestasi di Muktamar ke-34 ini," tutup dia.


Wacana untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel juga sempat disuarakan oleh Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Hanya saja yang patut diingat Gus Yahya, rencana Presiden, yang juga tokoh besar NU itu tidak terealisasi karena ditentang oleh kebanyakan masyarakat Indonesia, termasuk penolakan dari kelompok NU. (Pon)

Baca Juga

NU Mulai Muktamar, Ini Agenda Detailnya

#Nahdlatul Ulama #Nahdlatul Ulama (NU) #Said Aqil Siradj
Bagikan
Ditulis Oleh

Ponco Sulaksono

Berita Terkait

Indonesia
Gubernur Pramono Bantah Orang NU Dipermudah Masuk Kerja di BUMD
Gubernur Jakarta mengaku mendapatkan bisikan dari Ketua PW Muslimat NU DKI Hizbiyah Rochim untuk memasukan kader Muslimat ke dalam BUMD.
Ananda Dimas Prasetya - Minggu, 27 Juli 2025
Gubernur Pramono Bantah Orang NU Dipermudah Masuk Kerja di BUMD
Indonesia
Konflik Palestina-Israel Terus Berlangsung: Pendekatan Non-State Actor Punya Perang Penting
Konflik Palestina-Israel menjadi bahan penelitian menarik bagi Tenaga Ahli Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPR RI Eneng Ervi Siti Zahroh Zidni.
Frengky Aruan - Selasa, 01 Juli 2025
Konflik Palestina-Israel Terus Berlangsung: Pendekatan Non-State Actor Punya Perang Penting
Indonesia
NU Uraikan Kiprah Muslimat dalam Membangun Bangsa, Bukti Perempuan Punya Peran Besar!
Temukan bagaimana Muslimat NU berperan penting dalam menjaga persatuan bangsa, dari pendidikan hingga pelatihan militer, demi kedaulatan dan kemajuan Indonesia.
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 14 Februari 2025
NU Uraikan Kiprah Muslimat dalam Membangun Bangsa, Bukti Perempuan Punya Peran Besar!
Lifestyle
Nisfu Syaban 2025: Tanggal, Keutamaan, dan Jadwal Menurut NU, Muhammadiyah, dan Kemenag
Nisfu Syaban 2025: Menurut Nahdlatul Ulama berdasarkan data hilal yang dirilis oleh Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
ImanK - Selasa, 11 Februari 2025
Nisfu Syaban 2025: Tanggal, Keutamaan, dan Jadwal Menurut NU, Muhammadiyah, dan Kemenag
Indonesia
Pemerintah Diminta Percepat Bentuk Lembaga Perlindungan Data Pribadi
Lembaga PDP ini, tidak harus benar-benar baru
Angga Yudha Pratama - Kamis, 06 Februari 2025
Pemerintah Diminta Percepat Bentuk Lembaga Perlindungan Data Pribadi
Indonesia
Anak Gus Dur Tegaskan Muktamar Luar Biasa Hanya akan Memecah Belah NU
Yenny berharap siapapun yang mendalangi wacana dan gerakan MLB NU mengurungkan niatnya
Angga Yudha Pratama - Senin, 23 Desember 2024
Anak Gus Dur Tegaskan Muktamar Luar Biasa Hanya akan Memecah Belah NU
Indonesia
PBNU Otomatis Nonaktif Pengurus yang Maju atau Masuk Timses Pilkada 2024
Seluruh pengurus NU di semua tingkatan yang maju menjadi calon tetap kepala daerah atau mereka yang masuk timses pemenangan pilkada.
Wisnu Cipto - Sabtu, 12 Oktober 2024
PBNU Otomatis Nonaktif Pengurus yang Maju atau Masuk Timses Pilkada 2024
Indonesia
Tak Perlu Penyeragaman Paskibraka Berjilbab, BPIP: Kita Ini Bhinneka
Pada tahun-tahun sebelumnya, anggota Paskibraka boleh menggunakan jilbab dalam upacara pengukuhan maupun pengibaran bendera pada tanggal 17 Agustus
Angga Yudha Pratama - Kamis, 15 Agustus 2024
Tak Perlu Penyeragaman Paskibraka Berjilbab, BPIP: Kita Ini Bhinneka
Indonesia
Gus Yahya Tegaskan Banser Ototnya Nahdlatul Ulama
Ratusan kader Banser melakukan Apel Siaga Satu Komando di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (5/8).
Wisnu Cipto - Senin, 05 Agustus 2024
Gus Yahya Tegaskan Banser Ototnya Nahdlatul Ulama
Indonesia
Ketum PBNU Ungkap Ada Organisasi Pelobi Israel di Indonesia
Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya mengimbau pelobi itu dilakukan secara kelembagaan atau tidak lewat jalur tertutup.
Frengky Aruan - Selasa, 16 Juli 2024
Ketum PBNU Ungkap Ada Organisasi Pelobi Israel di Indonesia
Bagikan