Memaknai Kunjungan Paus Agar Kreativitas Kaum Muda Gereja Terus Bergerak Maju


Direktur Perkumpulan Strada Romo Odemus Bei Witono, SJ, M.M, bersalaman dengan Paus Fransiskus (kiri) ketika melakukan kunjungan ke Indonesia. (Foto: Dok Pribadi Romo Odemus Bei Witono)
Oleh: Odemus Bei Witono*
Tokoh dalam Bayangan
Ah, rasanya sulit kubayangkan
Berjumpa dalam arus yang berbeda,
Namun di balik mega, ku tersenyum lega.
Kiprah dan tindakan berpadu nyata,
Paus Fransiskus, pembawa cahaya,
Obor yang tak kunjung padam, sinar wajah penuh makna.
Untuk setiap langkah dalam kebaikan,
Ia menggerakkan “dunia simbolik” tanpa ragu,
Hadir menjadi cahaya yang menyatukan kalbu.
Puisi "Tokoh dalam Bayangan" mencerminkan kehadiran Paus Fransiskus sebagai simbol kepemimpinan yang diimajinasikan penuh cahaya dan harapan, yang tidak hanya memandu umat yang dilayani tetapi juga menyentuh hati banyak orang dengan tindakan penuh arti simbolik. Dalam konteks kreativitas kaum muda, puisi ini mengingatkan bahwa kepemimpinan moral dan tindakan nyata dapat menjadi inspirasi kuat bagi generasi muda agar berani berkarya.
Baca juga:
Aksi Jemaat Misa Akbar Minta Paus Fransiskus Berkati GBK untuk Timnas Indonesia
Paus Fransiskus sebagai "obor kebaikan" memberi teladan tentang bagaimana nilai-nilai spiritual dapat menyatu dengan tindakan sosial kreatif dan inovatif. Kaum muda dapat meniru semangat demikian dengan tidak hanya berpikir kritis, tetapi juga berani menciptakan perubahan positif melalui seni, teknologi, atau gerakan sosial, menjadikan kreativitas sebagai kekuatan untuk kebaikan dunia.
Kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia pada tanggal 3-6 September 2024 mendapat sambutan hangat, termasuk dari kalangan orang muda. Banyak yang menantikan momen bersejarah ini, mengingatkan kita pada kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia pada tahun 1989. Saya sendiri, saat itu masih duduk di bangku SMP Strada Kampung Sawah, ikut menyambut kedatangan Paus dengan penuh kegembiraan. Pengalaman tersebut membekas dalam ingatan, membawa perasaan bangga, haru, dan syukur mendalam atas kehadiran pemimpin Gereja Katolik Roma di tanah air.
Suasana penuh semangat ini saya kira akan memberikan dampak positif bagi generasi muda. Kunjungan Paus tidak sekedar menjadi momen spiritual bagi umat Katolik, tetapi juga menjadi pengalaman berharga bagi penganut agama lain yang turut menyaksikan dan merasakan kehadiran figur yang dihormati di seluruh dunia. Kesempatan ini menjadi ajang memperkuat persaudaraan lintas agama, di mana perbedaan keyakinan justru menjadi peluang bagi upaya saling menghargai dan belajar satu sama lain.
Baca juga:
Homili Paus Ingatkan Umat Katolik Indonesia Jangan Lelah Menebar Jala Kebaikan
Tanggapan positif dari berbagai kalangan masyarakat terlihat jelas dalam banyak komentar di media. Tidak hanya umat Katolik yang merasakan dampak dari kunjungan ini, tetapi juga masyarakat luas yang melihat sebagai momen bersejarah dan inspiratif. Dialog dan kerjasama antaragama yang terjalin selama kunjungan ini menunjukkan bahwa semangat persatuan dan kesatuan dalam keberagaman dapat menjadi fondasi kokoh bagi pembangunan bangsa yang harmonis dan damai.
Dalam Seruan Apostolik Christus Vivit, Paus Fransiskus menegaskan bahwa Gereja yang diharapkan adalah Gereja yang terus bergerak maju, didorong oleh semangat mendengarkan, berdialog, dan melakukan discernment yang terus-menerus akan kehendak Tuhan. Pernyataan ini bukanlah sekadar dorongan, melainkan sebuah panggilan yang lahir dari Sinode Kaum Muda 2018, yang kemudian membuka jalan bagi Sinode tentang Sinodalitas.
Dalam konteks ini, Paus dengan tegas menyerukan kepada kaum muda agar mereka berani memanfaatkan kreativitas mereka dalam menggali jalan-jalan baru, namun tetap setia pada akar iman. Kreativitas yang dimaksud bukan hanya dalam bentuk inovasi teknologi atau sosial, melainkan juga dalam cara manusia memahami dan menghidupi iman kita di tengah dunia yang semakin kompleks.
Baca juga:
Bikin Adem! Ini Momen Keakraban Paus Fransiskus dengan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar
Gereja bergerak maju, bukanlah Umat Allah yang meninggalkan tradisi, tetapi persekutuan orang beriman yang setia pada akarnya sambil berani menghadapi tantangan zaman. Kaum muda, dengan semangat dan daya inovasi, dipanggil agar menjadi motor penggerak dalam perjalanan ini. Mereka bukan hanya penerima warisan iman, tetapi juga penggiat aktif membentuk masa depan Gereja.
Akan tetapi, tantangan terbesar adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara kesetiaan pada akar dan keberanian dalam berinovasi. Dalam era di mana perubahan begitu cepat, ada risiko Gereja terseret dalam arus modernitas yang bisa melunturkan nilai-nilai fundamental yang dimiliki. Oleh karena itu, discernment atau pemahaman mendalam akan kehendak Tuhan menjadi kunci dalam menavigasi perjalanan ini.
Paus Fransiskus mengajak kita semua, terutama kaum muda, untuk tidak takut mengambil peran dalam sinodalitas Gereja, yakni berjalan bersama sebagai komunitas yang mendengarkan satu sama lain dan bersama-sama mencari kehendak Tuhan. Hanya dengan demikian, Gereja dapat terus menjadi relevan dan bermakna di tengah dunia yang terus berubah. Kaum muda bukan hanya harapan masa depan Gereja, tetapi juga pelaku utama dalam mewujudkan Gereja yang selalu hidup dan bergerak dalam kasih dan kebenaran Tuhan.
Baca juga:
Paus Ingatkan Teladan Bunda Teresa: Jangan Lelah Menabur, Meski Tak Menuai
Sebagai catatan akhir, semoga kaum muda Gereja Katolik, bersama dengan mereka yang berbeda keyakinan, dapat bergerak kreatif dan saling bersinergi dalam membangun bangsa. Sebuah bangsa besar dan maju akan selalu berakar pada persatuan, di mana setiap elemen masyarakat—termasuk Gereja—tidak hanya diam pasif menunggu harapan kosong, tetapi aktif terlibat dalam proses transformasi sosial, budaya, dan moral.
Kaum muda, sebagai generasi penerus, memiliki peran krusial dalam memelopori inovasi dan perubahan yang berdampak luas, menjembatani perbedaan demi kepentingan bersama. Kehadiran mereka di tengah masyarakat, yang didorong oleh nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, dapat menjadi kekuatan penggerak yang menuntun bangsa menuju kemajuan berkeadilan dan berkelanjutan. Dalam hal ini, kreativitas menjadi jembatan penghubung yang menyatukan berbagai keyakinan, memperkuat persaudaraan, serta membuka ruang dialog konstruktif bagi kemajuan bersama. (*)
*Penulis adalah Direktur Perkumpulan Strada dan Pemerhati Pendidikan
Tulisan merupakan opini pribadi Romo Odemus Bei Witono, tidak mewakili padangan redaksi MerahPutih.com
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
Israel Hancurkan Gereja Katolik di Gaza, Paus Leo XIV Tegur Netanyahu

Kemenlu Kecam Serangan Israel ke Gereja Katolik Palestina, Merusak Nilai Kemanusiaan dan Kesucian

Paus Leo XIV dan Zelenskyy Bahas Perdamaian Ukraina-Rusia setelah Misa Perdana, Berharap Gereja Bisa Jadi Simbol Persatuan

Ketua KWI Prediksi Arah Gereja Katolik di Bawah Kepemimpinan Paus Leo XIV, Lebih Pro ke Rakyat Miskin dan Menderita

Sudah Tidak Asing dengan Indonesia, Paus Leo XIV Diharapkan Datang Lagi

Ketua KWI Sebut Paus Leo XIV Manusia Biasa, Ajak Indonesia Atasi Kemiskinan Spiritual Bersama-sama

Direktur Pers Takhta Suci Beberkan Alasan Pemilihan Nama Leo XIV dan Agenda Kerja Paus Baru, Dunia yang Damai dan Penuh Dialog

Paus Baru Ambil Nama Leo XIV, Pengamat Menduga Akan Teruskan Warisan Paus Leo XIII yang Pro-Buruh

Hari Pertama Konklaf Belum Ada Paus Terpilih, Asap Hitam Keluar Dari Kapel Sistina

Vatikan Bersiap untuk Konklaf, Kapel Sistina Dikunci, 6 Nama Mencuat Jadi Calon Kuat
