Masuk Tahun Ketiga, Sompo Latih Puluhan Mahasiswa Sadar Lingkungan
Kegiatan Sompo Enviroment Foundation. (Foto: https://www.instagram.com/sef_internship)
MerahPutih.com - Sedikitnya 20 orang mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), mengikuti program belajar terkait lingkungan di organisasi non pemerintah (NGO), sebagai bagian aktivitas agar mahasiswa sadar lingkungan walaupun di masa pandemi COVID-19.
20 Mahasiswa ini, hasil seleksi panitia dari 293 mahasiswa yang mendaftar. Program ini merupakan program tahun ketiga yang digelar Sompo Environment Foundation yang terafiliasi dengan perusahaan PT Sompo Insurance Indonesia (Asuransi Sompo).
"Kami memilih mereka bukan hanya dari jurusan atau pengetahuan lingkungan, namun lebih pada motivasi untuk sadar akan kesehatan lingkungan," ujar Direktur Umum Japan Environmental Education Forum Indonesia Makoto Yata, Rabu (10/2).
Baca Juga:
JHL Group Kembali Berdonasi ke Rumah Tahanan Jambe dan Rumah Sakit Sekitarnya
Direktur Eksekutif Sompo Enviroment Foundation mengatakan, program ini sebagai dukungan tidak langsung Sompo, pada target pemerintah terkait perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan bidang lingkungan.
"Kami mendorong agen perubahan aktivitas mengatasi perubahan iklim dalam membangun negara," ujarnya saat rilis program magang SOMPO Environmental Foundation.
Ia mengatakan, Sompo Environment Foundation berharap bisa memperluas jangkauan pada mahasiswa di luar Jabodetabek dan melibatkan lebih banyak lembaga swadaya masyarakat sebagai tempat belajar dan berlatih mahasiswa terkait isu lingkungan.
Mahasiswa IPB Shabrina Agustin yang ikut terpilih dalam program ini menegaskan, lewat program ini, ingin memperluas perspektif terkait lingkungan. Apalagi saat ini, banyak bencana alam yang terjadi di Indonesia.
Direktur DeTara Foundation Latipah Hendarti, yang menjadi mitra Sompo Environment Foundation menegaskan, dalam tahun ini, karena masa pandemi, pihaknya menyusun berbagai kurikulum seperti isu pembangunan berkelanjutan, perubahan iklim, keanekaragaman hayati, terutama bagi mahasiswa magang yang bukan belakang saint atau ilmu lingungan.
"Kondisi pembatasan sosial skala besar atau masa pandemi ini, pembelajaran terpaksa secara online. Tapi tetap ada kegiatan pertemuan, terutama dengan mahasiswa yang berlokasi di Bogor," ujarnya.
Program magang ini, sejak diluncurkan pada 2020 di Jepang, telah menghasilkan lulusan 1.100 mahasiswa. Khusus di Indonesia yang dimulai 2019 telah meluluskan 40 orang maahsiswa yang sadar dan menjadi penggerak isu lingkungan.
"Di Jepang, program ini dengan dukungan Sompo, sudah menjadi salah satu mata kuliah. Untuk Indonesia, belum. Tapi kami berusaha memberikan yang terbaik pada mahasiswa Indonesia terkait lingkungan. Lingkungan sehat mengurangi resiko kesehatan," ujarnya.
Dalam program di Indonesia, para mahasiswa terpilih menjalani magangnya selama kurang lebih 75 hari antara Februari dan September 2021, di salah satu LSM dari 7 LSM yang menjadi mitra. Para Mahasiswa tersebut, menerima biaya operasional Rp100 per hari atau mencapai Rp7,5 juta selama program magang. (*)
Baca Juga:
JHL Group Sumbang Ratusan APD untuk Rumah Sakit dan Makanan untuk Ojol
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Seperlima Pantai Italia Terancam Tenggelam Akibat Pemanasan Global, Terbagi 4 Zona
Nyamuk Pertama Ditemukan di Islandia: Tanda Pemanasan Global Kian Nyata
Forum Indonesia Climate Change Forum (ICCF) 2025 Bahas RUU Pengelolaan Perubahan Iklim
Pertama Kali dalam Sejarah Nyamuk Bisa Bertahan Hidup di Islandia, Ada 3 Ekor
MPR Dorong RUU Pengelolaan Perubahan Iklim, Minta Aktivis Lingkungan Kolaborasi di ICCF 2025
Jokowi Ditunjuk Jadi Dewan Penasihat Bloomberg New Economy, ini Tugas Utamanya
Perubahan Iklim ‘Membunuh’ 16.500 Orang Selama Musim Panas di Eropa
Perubahan Iklim makin Nyata, Kenaikan Permukaan Laut Ancam 1,5 Juta Warga Australia pada 2050
Mayoritas Kawasan Industri di Indonesia Dalam Kategori Merah Proper, Tidak Patuh Dikenai Sanksi
Perubahan Iklim, Pakistan Dilanda Banjir Mematikan Membuat Lebih dari Dua Juta Orang Dievakuasi