Marhaen, Petani Miskin yang Mengilhami Bung Karno


Makam Marhaen (Foto: Rizal Sopian)
Merahputih Nasional- Nama Marhaen begitu populer bagi pengagum Presiden Pertama RI, Bung Karno. Namanya bahkan menjadi simbol perlawanan terhadap kemapanan kaum feodal yang menindas. Hampir-hampir nama Marhaen disebut disetiap kesempatan.
Alasannya, bagi Bung Karno Marhaen bukan sekadar simbol, lebih dari itu, Marhaen adalah bukti nyata sosok petani miskin yang berjuang demi kehidupan selanjutnya.
“Seorang Marhaen adalah orang yang mempunyai alat-alat yang sedikit, orang kecil dengan milik kecil, dengan alat-alat kecil, sekedar cukup untuk dirinya sendiri. Bangsa kita yang puluhan juta jiwa, yang sudah dimelaratkan, bekerja untuk orang lain dan tidak ada orang bekerja untuk dia. Tidak ada penghisapan tenaga seseorang oleh orang lain. Marhaenisme adalah Sosialisme Indonesia dalam praktek," seperti dikutip dalam buku Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat, karya Cindy Adams.
Marhaen adalah petani yang dalam sejarah disebutkan pernah berdialog dengan Bung Karno ketika masih kuliah di Bandung. Marhaen kemudian dijadikan nama ajaran Bung Karno. Di dalam Otobiografi Bung Karno yang dikarang Cindy Adams dituliskan bahwa setelah Bung Karno berdialog dengan petani (Marhaen), Bung Karno kemudian terinspirasi dan menyebut 'Marhaenisme' sebagai lambang dari penemuan kembali kepribadian nasional bangsa Indonesia.
Marhaen meninggal pada tahun 1943. Disebutkan, ia meninggal karena kekejaman penjajahan Jepang pada saat Romusha (Kerja Paksa). Marhaen dimakamkan di Kampung Cipagalo, Kelurahan Mengger, Kecamatan Bandung Kidul, Kabupaten Bandung.
Sampai saat ini, makam Marhaen sering dikunjungi orang dari berbagai daerah di Indonesia. “Tiap tahun banyak yang ziarah ke makam uyut, tapi saya tidak terlalu tahu tentang sejarahnya”. ujar Ipah Saripah, salah satu pengurus makam keturunan Marhaen. (Zal)
BACA JUGA:
- Johan Budi: 1 Juni 2016 Bukan Hari Libur Nasional
- Jokowi Segera Tetapkan 1 Juni Sebagai Hari Lahir Pancasila
- SBY: Pancasila Ideologi Alternatif antara Komunisme dan Kapitalisme
- Peringati Hari Lahir Pancasila, Jokowi Napak Tilas ke Penjara Banceuy
- Prof Murodi: Yang Ingin Mengganti Pancasila, Silakan Keluar dari NKRI
Bagikan
Berita Terkait
Suara Megawati Bergetar saat Ceritakan Ziarah ke Makam Imam Al-Bukhari: Ingat Bung Karno Buka Pintu Warisan Islam Asia Tengah

Cerita Megawati Anggap Uzbekistan Jadi Bagian Sejarah Spiritual Bangsa Indonesia

Beda dengan Bung Karno, Jokowi Tampilkan Teater Para Penjajah yang Bungkam Rakyat

PDIP Undang 'KPK' untuk Meriahkan Puncak Bulan Bung Karno 2024
Relevansi "Indonesia Menggugat" Bung Karno di Zaman Sekarang
PDIP Setujui Pernyataan Prabowo soal Bung Karno Milik Seluruh Rakyat Indonesia

Tiga Ajaran Bung Karno Bagi Generasi Muda

Megawati Bersama Ganjar-Mahfud akan Ziarah ke Makam Bung Karno

Romo Sindhunata Ungkap Makna Pasang Patung Bung Karno di Kaki Gunung Merapi
