Hari Kartini

Lekat dengan Hari Kartini, ini Makna Mendalam pada Kebaya

Dwi AstariniDwi Astarini - Minggu, 21 April 2019
Lekat dengan Hari Kartini, ini Makna Mendalam pada Kebaya

Kesederhanaan kebaya punya makna mendalam. (foto: pinterest)

Ukuran:
14
Audio:

JIKA ditanya 'apakah yang identik dengan Hari Kartini?', kamu pasti kompak menjawab kebaya dan kain. Ya, di Hari Kartini, tak sedikit perempuan Indonesia yang kembali diingatkan dengan tampilan tradisional perempuan Jawa. Wajah lembut, berkebaya, dengan kain batik, dan rambut berkonde. Ya, kurang lebih demikianlah pahlawan emansipasi perempuan tersebut digambarkan.

Tahukah kamu, ternyata di balik kesederhanaan kebaya, ada makna mendalam yang tersimpan?

Kebaya tak hanya monopoli budaya Jawa. Kebaya kini jadi pakaian yang umum dikenakan perempuan di seluruh Tanah Air. Kata kebaya diduga diambil dari bahasa Arab, 'abaya', yang berarti pakaian. Tak hanya itu, ada juga pendapat yang menyebut kebaya berasal dari Tiongkok ratusan tahun yang lalu. Jenis pakaian itu lalu menyebar ke Malaka, Jawa, Bali, Sumatra, dan Sulawesi. Setelah akulturasi yang berlangsung ratusan tahun, pakaian itu diterima di budaya dan norma setempat.

Meskipun hingga kini masih banyak silang pendapat tentang asal-usulnya, kebaya diketahui sudah ada di ranah budaya Nusantara sejak abad ke-15. Bentuk awal kebaya diketahui muncul di Kerajaan Majapahit sebagai busana permaisuri dan para selir raja.

Oleh karena itulah, sebelum 1600, di Pulau Jawa, kebaya merupakan pakaian yang hanya dikenakan keluarga kerajaan. Selama masa kendali Belanda di pulau itu, para perempuan Eropa mulai mengenakan kebaya sebagai pakaian resmi. Kebaya pun diubah dari hanya berbahan kain mori sederhana menjadi busana berbahan sutra dengan sulaman warna-warni.

Pada abad ke-19, kebaya sudah digunakan semua kelas sosial, baik perempuan Jawa maupun peranakan Belanda. Bahkan, kebaya sempat jadi pakaian wajib bagi perempuan Belanda yang ingin ke Indonesia.

Budaya kolonial yanng amat kental ketika penjajahan Belanda juga berimpak pada kelas sosial kebaya. Busana cantik ini dibuat sebagai pembeda status sosial. Perempuan dari keluarga ningrat, keraton, dan bangsawan memakai kebaya dengan bahan sutra, beludru atau brukat. Sementara itu, perempuan keturunan Belanda atau Indonesia menggunakan kebaya dari bahan katun halus dengan pinggiran brukat. Bagi masyarakat kelas bawah, kebaya yang dipakai biasanya berbahan kain katun yang tipis dan murah.

Ketika penguasaan Nusantara beralih ke Jepang, popularitas kebaya dapat dikatakan turun karena perdagangan tekstil saat itu terputus. Tak hanya itu, kebaya juga dianggap sebagai pakaian perempuan tahanan dan pekerja paksa. Keadaan itu kemudian berubah kembali saat awal kemerdekaan.

Presiden Soekarno menjadi tokoh yang mengubah 'keterpurukan' kebaya. Soekarno, pada 1940-an, menetapkan kebaya sebagai kostum nasional. Kebaya kemudian menjadi lambang emansipasi perempuan, mengingat pakaian itulah yang lekat dikenakan RA Kartini sebagai bentuk kebangkitan tokoh perempuan.


Filosofi mendalam

kartini
Kebaya begitu melekat dengan tampilan ala Kartini. (foto: infobiografi.com)

Kebaya mungkin terlihat sebagai sehelai pakaian sederhana, tapi makna di balik busana itu amatlah mendalam. Model kebaya yang amat sederhana merupakan cermin kesederhanaan masyarakat Indonesia.

Memakai kebaya dengan bawahan jarik atau kain panjang merupakan perlambang sifat dan tampilan perempuan yang lemah gemulai. Lilitan kain yang ketat akan membuat perempuan sulit bergerak, sehingga hal itu 'memaksa' mereka untuk bergerak dalam kehalusan dan gerak-gerik nan lembut. Filosofinya ialah seorang perempuan haruslah lembut dalam tutur kata, halus dalam bertindak.

Selain itu, adanya stagen yang berfungsi sebagai ikat pinggang menyimbolkan usus yang panjang. Dalam filosofi Jawa, hal itu bermakna punya kesabaran.

Potongan kebaya yang mengikuti bentuk tubuh yang melekat bermakna bahwa perempuan harus bisa selalu menyesuaikan diri dengan keadaan, sekaligus menjaga diri sendiri.

Secara keseluruhan, kebaya menjadi lambang nilai-nilai yang diharapkan dari seorang perempuan, yaitu bisa beradaptasi, luwes, lemah lembut, sabar, dan mandiri menjaga diri sendiri.

#Hari Ibu Kartini #R.A Kartini #Kebaya Indonesia #APRIL EKSIS
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Indonesia
Viral! Surat-Surat R.A. Kartini Masuk Daftar Memory of the World, Bukti Perempuan Indonesia Punya Kontribusi Penting untuk Peradaban Dunia
Masuknya surat-surat Kartini ke dalam daftar UNESCO menunjukkan bahwa dunia mengakui warisan intelektual dan sumbangan pemikiran Indonesia bagi peradaban global
Angga Yudha Pratama - Rabu, 20 Agustus 2025
Viral! Surat-Surat R.A. Kartini Masuk Daftar Memory of the World, Bukti Perempuan Indonesia Punya Kontribusi Penting untuk Peradaban Dunia
ShowBiz
Lirik Lagu 'Kebaya Indonesia' 5 Wanita, Jadi Persembahan Spesial untuk Rayakan Hari Kebaya Nasional
Lagu ini menyoroti kebaya sebagai simbol keindahan budaya Nusantara, serta mencerminkan identitas dan karakter perempuan Indonesia.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 25 Juli 2025
Lirik Lagu 'Kebaya Indonesia' 5 Wanita, Jadi Persembahan Spesial untuk Rayakan Hari Kebaya Nasional
Fun
Gerakan #KitaBerkebaya Jamah Identitas Lokal Nusantara, Jadi Upaya Melestarikan Kebudayaan
Berkebaya bukan simbol tunggal dari suku, melainkan identitas perempuan Indonesia.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 23 Juli 2025
Gerakan #KitaBerkebaya Jamah Identitas Lokal Nusantara, Jadi Upaya Melestarikan Kebudayaan
ShowBiz
Film Pendek 'Kita Berkebaya' Segera Rilis 24 Juli 2025, Angkat Keresahan Tradisi Berkebaya Agar Tak Ditinggalkan
Film ini merupakan iktikad dan semangat melestarikan praktik berkebaya.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 23 Juli 2025
Film Pendek 'Kita Berkebaya' Segera Rilis 24 Juli 2025, Angkat Keresahan Tradisi Berkebaya Agar Tak Ditinggalkan
Berita Foto
Deretan Tokoh Perempuan Indonesia Raih Penghargaan RA Kartini Award 2025
Ketua Umum Pita putih Indonesia Giwo Rubianto Wiyogo (kanan) menerima penghargaan RA Kartini Award 2025 Kategori Inspiring Women in Empowering Women dari CEO Transmedia, Atiek Nur Wahyuni dalam malam anugerah RA Kartini Award 2025 di Jakarta, Kamis (26/6/2025).
Didik Setiawan - Kamis, 26 Juni 2025
Deretan Tokoh Perempuan Indonesia Raih Penghargaan RA Kartini Award 2025
ShowBiz
Pementasan ‘Terbitlah Terang’ Gemakan Suara Kartini lewat Pembacaan Surat dan Gagasannya
Sebuah penghormatan terhadap pemikiran, perjuangan, dan jiwa seorang Raden Ajeng Kartini, sosok yang hingga hari ini masih menjadi nyala api bagi perempuan dan bangsa Indonesia.
Dwi Astarini - Rabu, 23 April 2025
Pementasan ‘Terbitlah Terang’ Gemakan Suara Kartini lewat Pembacaan Surat dan Gagasannya
Indonesia
Hari Kartini, Ketua DPR Soroti Angka Pelecehan Perempuan Tinggi Minta Korban Berani Bersuara
Ketua DPR RI Puan Maharani mengajak perempuan Indonesia untuk tidak takut bersuara jika menjadi korban kekerasan atau pelecehan seksual.
Wisnu Cipto - Senin, 21 April 2025
Hari Kartini, Ketua DPR Soroti  Angka Pelecehan Perempuan Tinggi Minta Korban Berani Bersuara
Indonesia
MRT Jakarta Gratis untuk Umum di Hari Angkutan Nasional, Tarif Khusus Rp1 bagi Wanita di Hari Kartini
Masyarakat dapat memperoleh informasi lebih lanjut melalui akun media sosial atau menghubungi layanan pelanggan resmi MRT Jakarta
Angga Yudha Pratama - Senin, 21 April 2025
MRT Jakarta Gratis untuk Umum di Hari Angkutan Nasional, Tarif Khusus Rp1 bagi Wanita di Hari Kartini
Indonesia
Hari Kartini, Gubernur Jawa Timur: Perempuan Aktor Utama Ketahanan Bangsa
Perempuan jadi aktor utama ketahanan bangsa dimulai dari keluarga, karena memiliki peran strategis sebagai penjaga stabilitas sosial, ekonomi, dan psikologis keluarga.
Frengky Aruan - Senin, 21 April 2025
Hari Kartini, Gubernur Jawa Timur: Perempuan Aktor Utama Ketahanan Bangsa
Indonesia
Hari Kartini Jadi Momentum Perempuan Tunjukkan Kelas, Berdaya dan Mematahkan Diskriminasi
Jika perempuan berdaya, maka dapat mengakhiri kekerasan dan permasalahan tindak pidana yang ada, seperti dikatakan Asisten Deputi Pengarusutamaan Gender Bidang Pembangunan Manusia, Kebudayaan, dan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Daerah Wilayah III, Dewa Ayu Laksmiadi Janapriati
Frengky Aruan - Senin, 21 April 2025
Hari Kartini Jadi Momentum Perempuan Tunjukkan Kelas, Berdaya dan Mematahkan Diskriminasi
Bagikan