Gerakan #KitaBerkebaya Jamah Identitas Lokal Nusantara, Jadi Upaya Melestarikan Kebudayaan


Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian. (Foto: MerahPutih.com/Tika)
Merahputih.com - Gerakan #KitaBerkebaya berupaya membuat Para Puan Tanah Air terus menjamah warisan fasyen nusantara lewat praktik berbusana kebaya dalam kehidupan sehari-hari, agar terus lestarinya budaya lokal Indonesia.
Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian bersama Indonesia Kaya, masih konsisten dan berkomitmen terus menggaungkan style fasyen kebaya hingga saat ini.
Hal tersebut mereka lakukan karena Kebaya sudah menjadi bagian identitas perempuan tanah air sejak dahulu.
"Kita ingin membuat sesuatu yang ini bisa mengalir, hidup seperti Kebaya, dan menghidupi. Jadi saya men-challenge ke Bramski waktu itu, 'apa yang kita bisa buat yang sehingga nanti bisa secara organik mengalir'," kata Renita di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia Mall, Jakarta Pusat, Selasa (22/7), mengingat konsep #Kita Berkebaya lewat jalan alternatif yang berdampak luas.
Baca juga:
Dari penjelasan Renita, ia menekankan untuk melestarikan praktik berkebaya ini tidak harus berasal dari kelompok suku tertentu. Menurutnya berkebaya bukan simbol tunggal dari suku, melainkan identitas perempuan Indonesia. Artinya siapapun perempuan tanah air, ia bisa berkebaya dan melestarikannya.
"Ya seperti yang tadi saya bilang ya, (beranggapan) kebaya ini milik orang Jawa katanya. No, bukan. Kebaya ini adalah milik kita perempuan Indonesia. Ini adalah identitas kita. Kebaya ini kan pakaian, sebuah bentuk siluet yang berkancing di depan ya guys, betul seperti itu kan," kata dia.
Lewat gerakan #KitaBerkebaya membuat berbagai aktivitas berkebaya tetap relevan dengan mengikuti perkembangan modest kekinian. Berkebaya tidak ketinggalan zaman, karena bisa mengelaborasikan tren klasik dan viral.
"Kebaya itu model-modelnya ada beragam, ada putu baru, ada kerancang, ada kebaya labuh, dan lain-lain. Nah yang menarik kebaya ini akan menjadi semakin menarik jika dipadankan dengan wastra. Wastra Indonesia, setiap daerah punya wastra yang benar-benar beda. Ada batik, ada ternun yang dipakai sama andin, segala macem gitu ya.
Baca juga:
Peluncuran Film Pendek Bertajuk #KitaBerkebaya Meriahkan Hari Kebaya Nasional 2025
Renita membayangkan jika siklus penggunaan kebaya menjadi masif di tanah air laiknya tren fast fasyen yang digandrungi artinya akan banyak potensial ekonomi terbangun.
"Dan itu berdampaknya akan menghidupi UMKM-UMKM yang ada di daerah. Jadi harapannya kita ke depannya dengan film pendek ini bisa menginspirasi yang muda-muda untuk mereka banyak memakai kebaya dalam kesehariannya, memadupadarkan dengan wastra Indonesia dan bisa menghidupi dari mulia tukang kain, tukang jahit, artisan wastra, batik, ternun, dan sebagainya. Sehingga UMKM Indonesia bisa tumbuh dan kita bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri," pungkasnya. (Tka)
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Teater Koma Bawa Karakter Punokawan Melintasi Ruang dan Zaman dalam Pertunjukan 'Mencari Semar'

Jelang Pementasan Teater Mencari Semar Angkat Cerita Tradisi Punakawan yang Futuristik

Lirik Lagu 'Kebaya Indonesia' 5 Wanita, Jadi Persembahan Spesial untuk Rayakan Hari Kebaya Nasional

Deretan Spg Berkebaya Meriahkan Hari Kebaya Nasional dalam Ajang Otomotif GIIAS 2025

Gerakan #KitaBerkebaya Jamah Identitas Lokal Nusantara, Jadi Upaya Melestarikan Kebudayaan

Film Pendek 'Kita Berkebaya' Segera Rilis 24 Juli 2025, Angkat Keresahan Tradisi Berkebaya Agar Tak Ditinggalkan

Peluncuran Film Pendek Bertajuk #KitaBerkebaya Meriahkan Hari Kebaya Nasional 2025

Menilik Pertunjukan Musikal Petualangan Sherina 2025 di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta

Pertunjukan Musikal Keluarga Cemara 2025: Perpaduan Cerita Klasik dan Teater Megah

Gaungkan Kreativitas Seni Pertunjukan, Logo Indonesia Kaya Lebih Filosofis
