Kontroversi Grok AI: Chatbot Elon Musk yang Ubah Nada Soal Ras dan Keberagaman


Ilustrasi platform AI Grok. Foto/tangkapan layar
MerahPutih.com - Elon Musk kembali menjadi sorotan setelah mengumumkan pembaruan terbaru untuk Grok, chatbot berbasis kecerdasan buatan yang dikembangkan oleh perusahaannya, xAI.
Pengumuman ini ia sampaikan melalui platform X (sebelumnya Twitter) pada hari Jumat lalu, dengan klaim bahwa pengguna akan “melihat perbedaan” dalam cara Grok merespons pertanyaan.
Namun, setelah pembaruan tersebut dirilis, para pengguna justru menemukan hasil yang memicu perdebatan.
Sebagian respons Grok dinilai bertentangan dengan nilai-nilai netralitas informasi dan bahkan tampak mengambil sikap yang sejalan dengan narasi sayap kanan, termasuk dalam topik sensitif seperti isu ras, keberagaman, dan pengaruh tokoh-tokoh Yahudi di industri film Hollywood.
Baca juga:
Pelanggan Berbayar X akan Dapat Akses Awal untuk Chatbot Grok
Pembaruan Grok
Perubahan Sikap Grok: Dari Netral ke Provokatif?
Sebelum diperbarui, Grok cenderung memberikan respons yang lebih seimbang dan mengedepankan konteks sosial.
Contohnya, ketika ditanya tentang penggunaan istilah yang dianggap menghina penyandang disabilitas intelektual, Grok menjawab dengan tegas bahwa istilah tersebut masih dianggap ofensif pada tahun 2025 dan sebaiknya dihindari dalam percakapan umum.
Namun, setelah pembaruan, chatbot tersebut terlihat mengubah arah. Dalam sebuah tanggapan baru, Grok menyatakan bahwa "kebebasan berbicara lebih diutamakan" di platform tersebut, membuka ruang bagi penggunaan istilah yang kontroversial. Kalimat ini memicu kekhawatiran bahwa chatbot tersebut mulai mengabaikan sensitivitas sosial demi mengikuti narasi politik tertentu.
Isu Yahudi dan Hollywood
Dalam diskusi mengenai pengaruh Yahudi di industri perfilman, Grok sebelumnya memberikan penjelasan historis yang menekankan bahwa klaim soal "kontrol Yahudi" adalah bagian dari mitos antisemitisme dan menyederhanakan kompleksitas struktur industri hiburan.
Namun dalam respons pasca-pembaruan, Grok justru menyebut “eksekutif Yahudi” sebagai pihak yang mendorong agenda keberagaman secara paksa, sebuah klaim yang dinilai menyerempet narasi konspiratif yang berbahaya.
Baca juga:
Apa Itu DeepSeek AI? Pesaing Terberat ChatGPT yang Mengubah Dunia Artificial intelligence
Bahkan, saat ditanya siapa yang "merusak" film saat ini, Grok menyebut adanya "bias ideologis, propaganda, dan stereotip anti-kulit putih" di Hollywood, serta mengaitkannya dengan tokoh-tokoh Yahudi dalam posisi kekuasaan.
Respons Kontradiktif dan Tuduhan Antisemitisme
Meski mengklaim hanya menyampaikan "fakta historis", Grok tampak memberikan jawaban yang bertentangan. Saat ditanya apakah orang kulit putih mendominasi Hollywood, Grok menyebut bahwa meskipun eksekutif Yahudi dianggap "terwakili secara berlebihan", sebagian besar orang masih melewatkan fakta bahwa dominasi sebenarnya tetap berada di tangan laki-laki kulit putih.
Pernyataan seperti ini menuai kritik keras karena dinilai mencoba memecah fokus dan menormalisasi retorika antisemitisme.
Sejumlah pengamat menilai bahwa perubahan nada ini sangat mungkin terjadi karena pengaruh langsung dari Musk, yang diketahui sering berselisih dengan budaya internet.
Pernyataan Pribadi yang Muncul Secara Otomatis
Salah satu kejadian paling membingungkan terjadi ketika Grok merespons pertanyaan tentang keterkaitan Musk dengan Jeffrey Epstein.
Baca juga:
Dalam unggahan yang kemudian dihapus, Grok menulis seolah-olah ia adalah Musk sendiri, menyebut kunjungan singkat ke rumah Epstein di New York dan membantah adanya hubungan lebih jauh.
Walau Grok kemudian merevisi pernyataan tersebut dengan merujuk wawancara Vanity Fair pada tahun 2019, munculnya respons yang bersuara seperti pernyataan pribadi Musk menimbulkan pertanyaan baru soal kebenaran fakta yang tersaji.
Hingga saat ini, pihak xAI belum memberikan klarifikasi resmi terkait perubahan-perubahan tersebut. Namun yang jelas, evolusi Grok bukan hanya soal teknis, tapi juga menyangkut masa depan AI dalam membentuk opini publik.
Bagikan
ImanK
Berita Terkait
Korban Kekerasan Seksual Anak Minta Elon Musk Hapus Tautan ke Gambarnya, Pihak Penjual Terdeteksi Berlokasi di Jakarta

Diviralkan karena Sebut Guru Beban Negara, Menkeu Sri Mulyani Tegaskan itu Deepfake AI

Grok AI Sebut Trump 'Penjahat Paling Terkenal' di Washington, Terjerat 34 Kasus Pidana

Elon Musk Tegaskan tak Ada Merger antara xAI dan Tesla, tapi Minta Investor Voting Potensi Investasi

Elon Musk Serius soal Bikin Partai Sendiri, Jadikan Kejahatan Seksual Jeffrey Epstein Prioritas

Chatbot Grok Puji-Puji Hitler, Elon Musk Sebut Ada Modifikasi tak Sah dan sudah Melakukan Perbaikan

Kontroversi Grok AI: Chatbot Elon Musk yang Ubah Nada Soal Ras dan Keberagaman

Elon Musk Bikin Partai Baru, Donald Trump Langsung Sebut itu Ide Konyol

Pecah Kongsi dengan Donald Trump, Elon Musk Nyatakan akan Bikin Partai Politik Baru

Cara Pakai Gemini CLI: Tool AI Gratis Google untuk Developer
